Sejarah Jembatan Bekasi, Saksi Bisu Pembantaian Tentara Jepang di Kali Bekasi
loading...
A
A
A
Tragedi Kali Bekasi bermula saat Letnan Dua Zakaria Burhanuddin yang mendapat instruksi penting dari Jakarta untuk membiarkan kereta api yang berisikan 90 anggota Kaigun (angkatan laut Jepang) untuk melintas di Stasiun Bekasi.
Namun, hal tersebut tidak dilakukan dan malah memerintahkan Kepala Stasiun Bekasikala ituuntuk mengalihkan perlintasan kereta tersebut ke jalur buntu yang mengakibatkan sembilan gerbong kereta tersebut diberhentikan.
Tiba-tiba rakyat dan pejuang menyerbu gerbong kereta tersebut dan disitulah pertumpahan darah dimulai antara tentara jepang dengan para pejuang Indonesia hingga menyebabkan Kali Bekasi menjadi merah.
Setelah melalui pertempuran kecil, beberapa menit kemudian, massa berhasil menguasai kereta api. Mereka merampas barang-barang yang ada di dalamnya (termasuk ratusan pucuk senjata) dan memasukan 90 tawanan berkebangsaan Jepang itu ke sebuah sel.
Empat jam kemudian, tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan Komandan Resimen V TKR Mayor Sambas, massa rakyat dan pejuang lantas menggiring para tawanan perang itu ke tepian Kali Bekasi.
Satu persatu, serdadu malang itu disembelih dan mayatnya dihanyutkan ke dalam sungai. Kali Bekasi sampai berwarna merah karena darah yang keluar dari tubuh para serdadu Jepang itu.Sampai saat ini Jembatan Bekasi masih beroperasi dan sudah mengalami pemugaran.
Jembatan tersebutterbagi menjadi dua bagian.Pertama dibangun tahun 1890, sedangkan yang kedua adalahjembatankeretabaru dengankonstruksi baja untuk mendukung jalurdouble track(DDT)dari Manggarai menuju Cikarang.
Tak sampai disitu, jembatan Bekasi yang asli juga sudah dijadikan bangunan cagar budaya dan menjadi aset Daerah Operasional (Daop) 1 Jakarta yang disebut dengan BH 134.Hingga saat ini, dekat dengan jembatan tersebut ada sebuah monument bersejarah mengenang tragedi tersebut.
Namun, hal tersebut tidak dilakukan dan malah memerintahkan Kepala Stasiun Bekasikala ituuntuk mengalihkan perlintasan kereta tersebut ke jalur buntu yang mengakibatkan sembilan gerbong kereta tersebut diberhentikan.
Tiba-tiba rakyat dan pejuang menyerbu gerbong kereta tersebut dan disitulah pertumpahan darah dimulai antara tentara jepang dengan para pejuang Indonesia hingga menyebabkan Kali Bekasi menjadi merah.
Baca Juga
Setelah melalui pertempuran kecil, beberapa menit kemudian, massa berhasil menguasai kereta api. Mereka merampas barang-barang yang ada di dalamnya (termasuk ratusan pucuk senjata) dan memasukan 90 tawanan berkebangsaan Jepang itu ke sebuah sel.
Empat jam kemudian, tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan Komandan Resimen V TKR Mayor Sambas, massa rakyat dan pejuang lantas menggiring para tawanan perang itu ke tepian Kali Bekasi.
Satu persatu, serdadu malang itu disembelih dan mayatnya dihanyutkan ke dalam sungai. Kali Bekasi sampai berwarna merah karena darah yang keluar dari tubuh para serdadu Jepang itu.Sampai saat ini Jembatan Bekasi masih beroperasi dan sudah mengalami pemugaran.
Baca Juga
Jembatan tersebutterbagi menjadi dua bagian.Pertama dibangun tahun 1890, sedangkan yang kedua adalahjembatankeretabaru dengankonstruksi baja untuk mendukung jalurdouble track(DDT)dari Manggarai menuju Cikarang.
Tak sampai disitu, jembatan Bekasi yang asli juga sudah dijadikan bangunan cagar budaya dan menjadi aset Daerah Operasional (Daop) 1 Jakarta yang disebut dengan BH 134.Hingga saat ini, dekat dengan jembatan tersebut ada sebuah monument bersejarah mengenang tragedi tersebut.
(ams)