Sejarah Jembatan Bekasi, Saksi Bisu Pembantaian Tentara Jepang di Kali Bekasi

Selasa, 29 November 2022 - 07:38 WIB
loading...
Sejarah Jembatan Bekasi, Saksi Bisu Pembantaian Tentara Jepang di Kali Bekasi
Jembatan Bekasi yang berada diatas Kali Bekasi Kota Bekasi saksi bisu pembantain tentara Jepang. Foto/Istimewa
A A A
BEKASI - Jembatan Bekasi merupakan nama yang diberikan masyarakat Bekasi tempo dulu, karena di bawah jembatan tersebut terdapat Kali Bekasi dan menyatukan Kota Bekasi menjadi satu.Jembatan ini sudah berdiri selama 130 tahun lamanya.

Jembatan ini dilintasikereta api jarak jauh atau KRL menuju ke Bekasi atau Cikarang pastinya akan melintasi sebuah jembatan baik yang lama maupun yang baru. Seperti contohnya jembatan ini berada di atas Kali Bekasi yang memiliki kedalaman sekitar 15 meter.

Mengutip Heritage Kereta Api Indonesia, jembatan Bekasi yang lama memiliki panjang 70 meter dan dinamakan seperti itu oleh masyarakat karena berada di atas Kali Bekasi yang membelah kota tersebut.

Jembatan ini terletak diantara Stasiun Bekasi dan Tambun.

Resmi beroperasi untuk pertama kalinya pada 14 Agustus 1890 ketika Batavia Ooster Stoomtram Maatscapphij (BOS) meresmikan jalur yang menghubungkan Stasiun Bekasi dengan Stasiun Gunung Gede yang kini bernama Stasiun Cikarang.

Jembatan ini pertama kali dibangun oleh perusahaan kereta api swasta zaman Belanda yakni BOS.Jembatan Bekasi ini termasuk jembatan dengan tipe Lalu Lintas Bawah yang masih menggunakan rangka baja.

Bahkan pada masa penjajahan tepatnya pada 19 Oktober 1945 ada tragedi sejarah di Stasiun dan Kali Bekasi dekat dengan jembatan.Jembatan Bekasi merupakan nama yang diberikan oleh masyarakat setempat, karena di bawah jembatan tersebut terdapat Kali Bekasi.

Jembatan ini pertama kali beroperasi tahun 1890 dibawah perusahaan kereta api swasta Batavia Ooster Stoomtram Maatscapphij (BOS). Delapan tahun kemudian, perusahaan kereta api BOS diambil alih oleh perushaan kereta api negara bernama Staatsspoorwegen.

Sejarah Jembatan Bekasi, Saksi Bisu Pembantaian Tentara Jepang di Kali Bekasi

Foto: Istimewa/Heritage Kereta Api Indonesia

Dibangun masa penjajahan, Jembatan Bekasi menjadi salah satu bangunan saksi sejarah besar pada masa setelah kemerdekaan, yakni tragedi Kali Bekasi yang terjadi pada 19 Oktober 1945silam.

Tragedi Kali Bekasi bermula saat Letnan Dua Zakaria Burhanuddin yang mendapat instruksi penting dari Jakarta untuk membiarkan kereta api yang berisikan 90 anggota Kaigun (angkatan laut Jepang) untuk melintas di Stasiun Bekasi.

Namun, hal tersebut tidak dilakukan dan malah memerintahkan Kepala Stasiun Bekasikala ituuntuk mengalihkan perlintasan kereta tersebut ke jalur buntu yang mengakibatkan sembilan gerbong kereta tersebut diberhentikan.

Tiba-tiba rakyat dan pejuang menyerbu gerbong kereta tersebut dan disitulah pertumpahan darah dimulai antara tentara jepang dengan para pejuang Indonesia hingga menyebabkan Kali Bekasi menjadi merah.

Setelah melalui pertempuran kecil, beberapa menit kemudian, massa berhasil menguasai kereta api. Mereka merampas barang-barang yang ada di dalamnya (termasuk ratusan pucuk senjata) dan memasukan 90 tawanan berkebangsaan Jepang itu ke sebuah sel.

Empat jam kemudian, tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan Komandan Resimen V TKR Mayor Sambas, massa rakyat dan pejuang lantas menggiring para tawanan perang itu ke tepian Kali Bekasi.

Satu persatu, serdadu malang itu disembelih dan mayatnya dihanyutkan ke dalam sungai. Kali Bekasi sampai berwarna merah karena darah yang keluar dari tubuh para serdadu Jepang itu.Sampai saat ini Jembatan Bekasi masih beroperasi dan sudah mengalami pemugaran.

Jembatan tersebutterbagi menjadi dua bagian.Pertama dibangun tahun 1890, sedangkan yang kedua adalahjembatankeretabaru dengankonstruksi baja untuk mendukung jalurdouble track(DDT)dari Manggarai menuju Cikarang.

Tak sampai disitu, jembatan Bekasi yang asli juga sudah dijadikan bangunan cagar budaya dan menjadi aset Daerah Operasional (Daop) 1 Jakarta yang disebut dengan BH 134.Hingga saat ini, dekat dengan jembatan tersebut ada sebuah monument bersejarah mengenang tragedi tersebut.
(ams)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1264 seconds (0.1#10.140)