Fenomena Bocah Disunat Jin, Begini Penjelasan Ketua IDI Tangsel

Senin, 29 Juni 2020 - 17:12 WIB
loading...
Fenomena Bocah Disunat...
Keluarga bocah bernama Gazi yang disunat jin saat ditemui di kontrakannya, Ciputat, Tangsel.Foto/Hambali/Okezone
A A A
TANGERANG SELATAN - Kabar seorang bocah berinisial MG (3) "disunat jin" membuat heboh masyarakat. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pun angkat bicara menjelaskan bahwa kejadian itu dalam dunia medis sebenarnya diawali dengan kelainan Phimosis.

Phimosis sendiri merupakan kondisi pada bayi dan anak-anak yang disebabkan kulit kepala atau kulup penis belum terlepas secara sempurna dari kepala penis. Kulup akan terlepas dengan sendirinya seiring bertambahnya usia anak.

Namun dilarang keras upaya untuk melepaskan kulup tersebut. Sebab, akan memicu risiko gangguan yang dalam dunia medis disebut Parafimosis. Yakni kondisi kelainan bentuk penis yang terjadi karena preputium yang tertarik ke belakang dan melipat serta menjerat batang penis.

Jika terjadi demikian, maka kulup penis tidak bisa lagi ditarik ke depan yang menyebabkan kepala penis terlihat seperti telah dikhitan. Pemicu Parafimosis antara lain faktor setelah ereksi, menarik penis terlalu kuat pada saat mau kencing, atau karena penis sering dibuat main (pelintir) oleh anak.

Ketua IDI Tangsel, Imbar Umar Ghazali, mengatakan, istilah "disunat jin" tidak dikenal dalam dunia kesehatan. Menurut dia, hal yang sebenarnya terjadi adalah Parafimosis. Di mana penyebabnya adalah infeksi atau gatal-gatal pada ujung penis yang memiliki kelainan Phimosis.

"Kalau Phimosis itu biasanya terjadi pada anak kecil, dia didiagnosa Phimosis kalau kulit penisnya itu tidak bisa ditarik-tarik ke atas, sehingga keliatan kepala penisnya. Jadi istilah yang disebut masyarakat itu kuncup," katanya kepada Okezone, Senin (29/6/2020).

Mereka yang tak memiliki kelainan Phimosis, lanjut Imbar, maka kulit pada ujung penisnya bisa dibuka. Namun hal sebaliknya terjadi pada orang-orang yang mengidap Phimosis, di mana kulit pada ujung penisnya rapat, menyempit dan kuncup. Sehingga berdampak pada rasa nyeri saat pengidapnya buang air kecil.

"Gejalanya itu kalau kencing sakit, teriak, nangis, dan bisa badannya sampai panas," ujarnya. (Baca: Bocah 3 Tahun "Disunat Jin" di Tangsel, Ceritanya Bikin Merinding)

Bagi pengidap Phimosis, sangat mungkin sisa air seni yang dikeluarkan tak sepenuhnya terbuang Melainkan terdapat sisa-sisa air seni akibat kulit pada ujung penisnya merapat dan kuncup. Kondisi demikian jika dibiarkan berlangsung beberapa hari dapat menimbulkan rasa gatal pada ujung penis.

"Kalau sisa-sisa air seni itu dibiarkan satu-dua hari maka akan menimbulkan gatal. Kalau dia gatal, biasanya reaksi anak kecil dipelintir-pelintir kulit pada ujung penisnya. Nah kalau dipelintir itu keseringan, dia bisa iseng tarik ke atas kulit ujung penisnya itu. Karena dia Phimosis kulitnya ketarik, dia sudah tidak bisa lagi diturunkan karena dia lengket, ditarik turun sudah tidak mau. Biasanya hal itu yang didefinisikan sudah sunat," ungkapnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1388 seconds (0.1#10.140)