Kisah Kalijodo, dari Tempat Pesta Peh Coen, Pelacuran dan Judi, Kini Jadi Taman Bermain Anak

Minggu, 27 Maret 2022 - 05:49 WIB
loading...
Kisah Kalijodo, dari...
Kalijodo yang berada di kawasan Angke, Jakarta Barat, memiliki sejarah panjang sebagai wilayah yang terkait perjudian, pelacuran hingga tempat hiburan ilegal. Foto: SINDOnews/Dok
A A A
JAKARTA - Kalijodo yang berada di kawasan Angke, Jakarta Barat, memiliki sejarah panjang sebagai wilayah yang terkait perjudian, pelacuran hingga tempat hiburan ilegal. Nama Kalijodo sendiri sebenarnya bukan merupakan nama dari suatu daerah tertentu.

Dalam novel Ca-Bau-Kan yang ditulis oleh Remy Syalado, istilah Kalijodo bermula dari adanya pedagang keturunan Tionghoa ke bantaran Kali Angke untuk melakukan tradisi Peh Coen, yaitu bernyanyi dan berpantun di atas perahu perahu yang telah dihiasi.

Baca juga: Asal Usul Kali Angke, Tempat Pembantaian Massal VOC 1740

Pada tradisi ini perahu-perahu yang dihiasi tersebut akan diisi oleh laki-laki dan perempuan secara terpisah. Jika kemudian laki-laki dan perempuan yang berada dalam perahu berbeda tersebut saling tertarik, maka baik laki-laki dan perempuan saling melemparkan sebuah kue yang terbuat dari terigu dan kacang yang dilapisi daun bernama Bak Cang.

Kisah Kalijodo, dari Tempat Pesta Peh Coen, Pelacuran dan Judi, Kini Jadi Taman Bermain Anak


Dalam versi lain disebutkan Kalijodo berawal dari masyarakat berlatar etnis Tionghoa yang melarikan diri dari Manchuria, wilayah yang dulunya terletak di dekat perbatasan Korea Utara dan Rusia. Saat melarikan diri ke Batavia, mereka tidak membawa istri, sehingga mereka akhirnya mencari gundik atau selir pengganti istri di Batavia. Dalam proses mencari selir, mereka kerap bertemu di kawasan bantaran sungai, lalu tempat itu dinamakan Kalijodo.

Zaenuddin HM dalam bukunya 212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe yang diterbitkan Ufuk Press pada Oktober 2012, juga menyebutkan, dalam sejarahnya kawasan Kalijodo pernah menjadi tempat pesta Peh Coen untuk memperingati hari ke-100 Imlek atau Tahun Baru China.



Pesta itu berlangsung persis di Kali Angke, dengan perahu-perahu yang dihias dan diiringi musik Gambang Kromong dan pertunjukan Barongsai. Di situlah para pria dan wanita bertemu, dan ada yang sambil mencari jodoh atau pasangan hidup. Dari situlah tempat itu dijuluki dengan nama Kalijodo. Semula kawasan Kalijodo itu merupakan tempat pemancingan ikan. Sedangkan pesta Peh Coen hanya diselenggarkan setahun sekali.

Seiring ditutupnya beberapa tempat prostitusi di Jakarta, seperti Planet Senen, para wanita tuna susila itu pindah ke lokasi lain, seperti Kramat Tunggak dan Kali Jodo.

Sehingga dalam perkembangannya, Kalijodo berubah menjadi lingkungan prostitusi dan perjudian bergaya mewah. Polisi pernah mengungkapkan bahwa pada tahun 2002 perputaran uang dari lapak-lapak judi di Kalijodo mencapai Rp500 juta hingga Rp1,5 miliar per hari.

Baca Juga: Penguasa Kalijodo Ditetapkan Sebagai Tersangka

Pada tahun 2016 muncul rencana Pemerintah DKI Jakarta menertibkan kawasan prostitusi dan perjudian Kalijodo. Kini Kalijodo sudah berubah 180 derajat menjadi ruang terbuka ramah anak atauRuang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) yang bisa dikunjungi keluarga di akhir pekan.

Kisah Kalijodo, dari Tempat Pesta Peh Coen, Pelacuran dan Judi, Kini Jadi Taman Bermain Anak
(thm)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2177 seconds (0.1#10.140)