Dibutuhkan Lawan Corona, Konsumsi Air Bersih Diprediksi Meningkat di Masa PSBB Transisi
loading...
A
A
A
Selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berlangsung di Jakarta, konsumsi air bersih PAM Jaya menurun. Pada PSBB fase transisi ini, PAM Jaya memprediksi akan ada penambahan pendistribusian air bersih.
Saat ini banyak perusahaan atau fasilitas publik yang membutuhkan tempat cuci tangan. Mengingat perkantoran di Jakarta sudah mulai buka kembali.
PAM Jaya juga membuat wastafel portable di lebih dari 100 lokasi di Jakarta untuk kebutuhan masyarakat mencuci tangan. Hal itu untuk menjalankan protokol kesehatan dalam pencegahan penularan Covid-19. (Baca juga: Lindungi Air Jakarta dari Cemaran Limbah Domestik, Kementerian PUPR Bangun JSDP)
"Kami memasang titik cuci tangan wastafel portable, itu mengisinya setiap hari untuk kebutuhan ketika misalnya ada publik yang ingin menggunakan atau butuh cuci tangan," bebernya.
Bambang menegaskan air bersih saat ini sangat dibutuhkan untuk penangan Corona dan sebagai pengganti vaksin Covid-19 yang hingga kini belum ditemukan.
"Sebetulnya akses air bersih menjadi syarat bagi kita melawan penyebaran wabah yang ada saat ini. Karena ketika vaksin belum ada, prilaku hidup bersih dan sehat itulah kemudian yang jadi kuncinya," ucap Bambang. (Baca juga: Soal Tagihan Listrik Naik, PLN Jakarta: Hanya Suasana Kebatinan Masyarakat)
Ia menyebutkan, sebelum masa PSBB total air terdistribusi ke warga sebanyak 20.200 liter. Sedangkan di masa PSBB hanya 19.500 hingga 19.800 liter.
"Secara sumber air kita enggak ada masalah. Kalau kita lihat Januari sampai dengan Mei, itu tidak terjadi disruption yang signifikan, kita bisa mengalirkan air. Seperti masa normal biasanya kita 20200 liter, kemarin (PSBB) kita bisa 19.500-19.800 liter," katanya.
Bambang menyebut berkurangnya pendistribusian air bersih di masa PSBB karena sejumlah perusahaan dan pelaku industri tidak beroperasi. Tetapi ada kenaikan konsumsi air bersih di sektor rumah tangga. Hal itu lantaran pemerintah mengimbau kepada masyarakat untuk tetap di rumah.
Terjadi kecenderungan perpindahan konsumsi air bersih dari sektor komersil ke rumah tangga, seiring adanya arahan pemerintah ke masyarakat untuk tetap di rumah dan bekerja di rumah atau Work From Home (WFH). (Baca juga: Bandara Soetta Tak Wajibkan SIKM, DKI Tetap Berlakukan Sanksi Isolasi Dua Pekan)
"Untuk hotel dan apartement komposisinya itu (air bersih) berkurang 5,75 persen dari pada sebelum adanya wabah ini, dan itu berpindah ke rumah tangga sederhana dan rumah tangga menengah secara signifikan," tukasnya.
Saat ini banyak perusahaan atau fasilitas publik yang membutuhkan tempat cuci tangan. Mengingat perkantoran di Jakarta sudah mulai buka kembali.
PAM Jaya juga membuat wastafel portable di lebih dari 100 lokasi di Jakarta untuk kebutuhan masyarakat mencuci tangan. Hal itu untuk menjalankan protokol kesehatan dalam pencegahan penularan Covid-19. (Baca juga: Lindungi Air Jakarta dari Cemaran Limbah Domestik, Kementerian PUPR Bangun JSDP)
"Kami memasang titik cuci tangan wastafel portable, itu mengisinya setiap hari untuk kebutuhan ketika misalnya ada publik yang ingin menggunakan atau butuh cuci tangan," bebernya.
Bambang menegaskan air bersih saat ini sangat dibutuhkan untuk penangan Corona dan sebagai pengganti vaksin Covid-19 yang hingga kini belum ditemukan.
"Sebetulnya akses air bersih menjadi syarat bagi kita melawan penyebaran wabah yang ada saat ini. Karena ketika vaksin belum ada, prilaku hidup bersih dan sehat itulah kemudian yang jadi kuncinya," ucap Bambang. (Baca juga: Soal Tagihan Listrik Naik, PLN Jakarta: Hanya Suasana Kebatinan Masyarakat)
Ia menyebutkan, sebelum masa PSBB total air terdistribusi ke warga sebanyak 20.200 liter. Sedangkan di masa PSBB hanya 19.500 hingga 19.800 liter.
"Secara sumber air kita enggak ada masalah. Kalau kita lihat Januari sampai dengan Mei, itu tidak terjadi disruption yang signifikan, kita bisa mengalirkan air. Seperti masa normal biasanya kita 20200 liter, kemarin (PSBB) kita bisa 19.500-19.800 liter," katanya.
Bambang menyebut berkurangnya pendistribusian air bersih di masa PSBB karena sejumlah perusahaan dan pelaku industri tidak beroperasi. Tetapi ada kenaikan konsumsi air bersih di sektor rumah tangga. Hal itu lantaran pemerintah mengimbau kepada masyarakat untuk tetap di rumah.
Terjadi kecenderungan perpindahan konsumsi air bersih dari sektor komersil ke rumah tangga, seiring adanya arahan pemerintah ke masyarakat untuk tetap di rumah dan bekerja di rumah atau Work From Home (WFH). (Baca juga: Bandara Soetta Tak Wajibkan SIKM, DKI Tetap Berlakukan Sanksi Isolasi Dua Pekan)
"Untuk hotel dan apartement komposisinya itu (air bersih) berkurang 5,75 persen dari pada sebelum adanya wabah ini, dan itu berpindah ke rumah tangga sederhana dan rumah tangga menengah secara signifikan," tukasnya.
(thm)