Soal Tagihan Listrik Naik, PLN Jakarta: Hanya Suasana Kebatinan Masyarakat
loading...
A
A
A
JAKARTA - General Manager PLN Unit Induk Jakarta Raya Doddy B Pangaribuan menanggapi keluhan masyarakat terkait adanya kenaikan tagihan listrik beberapa bulan belakangan ini.
Menurut Doddy, masyarakat menilai demikian karena suasana kebatinan dari lesunya perekonomian akibat pandemi Covid-19, khususnya di Ibu Kota. Dari keluhan itu, Doddy mengaku jajaran PLN DKI mengevaluasi konsumsi listrik pelanggan satu per satu.
Untuk di DKI, kata dia, hampir 97% keluhan itu sudah bisa dijawab dan ditangani. Artinya, komplain tersebut bisa dijelaskan dan bisa dipahami. (Baca juga: PLN Berhasil Tangani 97,6% Aduan Lonjakan Tagihan Listrik di DKI Jakarta)
"Untuk anggapan bahwa tarif listrik naik, saya tegaskan kembali bahwa tarif listrik itu tidak naik. Lagi pula, tarif listrik tidak naik sejak tahun 2017," ujar Doddy dalam diskusi virtual bersama wartawan, Rabu 10 Juni 2020.
Ia menegaskan, tagihan listrik yang membengkak dihitung dari jumlah pemakaian pelanggan setiap bulannya. Jika pemakaian listrik di rumah semakin sering dilakukan, otomatis biaya yang dibebankan turut naik.
Doddy lalu memberi gambaran soal survei konsumsi listrik di Jakarta pada Mei 2020. Survei dilakukan kepada 50 sampel pelanggan dari berbagai sektor. Hasilnya, pemakaian listrik dari awal Bulan Mei pada sektor rumah tangga naik sebesar 4,73 persen. (Baca juga: Tagihan Listrik Melonjak, PLN Sarankan Pelanggan Lapor ke Posko Pengaduan)
Sebaliknya, konsumsi listrik di sektor bisnis turun 11,38 persen, sektor sosial turun 9,52 persen, pemerintah turun 6,9 persen, dan sektor industri turun 15,8 persen. Di Bulan Mei, Jakarta sedang menerapkan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Selama PSBB masyarakat lebih banyak beraktivitas, belajar, dan bekerja dari rumah.
Saat PSBB, sejumlah perusahaan dan pusat perbelanjaan juga tutup. Beberapa dari mereka bahkan mengajukan penurunan daya hingga berhenti berlangganan. "Ini mungkin menjadi penyebab dari banyaknya pelanggan kami yang cukup terkejut menerima tagihan listrik," tutur Doddy.
Bagi konsumen yang masih meragukan pengolahan data PLN, kata Doddy, perusahaan membuka ruang komunikasi di PLN contact center 123. "Kemudian kita juga membuka channel di Facebook, Twitter, Instagram dan lain-lain," tutupnya.
Menurut Doddy, masyarakat menilai demikian karena suasana kebatinan dari lesunya perekonomian akibat pandemi Covid-19, khususnya di Ibu Kota. Dari keluhan itu, Doddy mengaku jajaran PLN DKI mengevaluasi konsumsi listrik pelanggan satu per satu.
Untuk di DKI, kata dia, hampir 97% keluhan itu sudah bisa dijawab dan ditangani. Artinya, komplain tersebut bisa dijelaskan dan bisa dipahami. (Baca juga: PLN Berhasil Tangani 97,6% Aduan Lonjakan Tagihan Listrik di DKI Jakarta)
"Untuk anggapan bahwa tarif listrik naik, saya tegaskan kembali bahwa tarif listrik itu tidak naik. Lagi pula, tarif listrik tidak naik sejak tahun 2017," ujar Doddy dalam diskusi virtual bersama wartawan, Rabu 10 Juni 2020.
Ia menegaskan, tagihan listrik yang membengkak dihitung dari jumlah pemakaian pelanggan setiap bulannya. Jika pemakaian listrik di rumah semakin sering dilakukan, otomatis biaya yang dibebankan turut naik.
Doddy lalu memberi gambaran soal survei konsumsi listrik di Jakarta pada Mei 2020. Survei dilakukan kepada 50 sampel pelanggan dari berbagai sektor. Hasilnya, pemakaian listrik dari awal Bulan Mei pada sektor rumah tangga naik sebesar 4,73 persen. (Baca juga: Tagihan Listrik Melonjak, PLN Sarankan Pelanggan Lapor ke Posko Pengaduan)
Sebaliknya, konsumsi listrik di sektor bisnis turun 11,38 persen, sektor sosial turun 9,52 persen, pemerintah turun 6,9 persen, dan sektor industri turun 15,8 persen. Di Bulan Mei, Jakarta sedang menerapkan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Selama PSBB masyarakat lebih banyak beraktivitas, belajar, dan bekerja dari rumah.
Saat PSBB, sejumlah perusahaan dan pusat perbelanjaan juga tutup. Beberapa dari mereka bahkan mengajukan penurunan daya hingga berhenti berlangganan. "Ini mungkin menjadi penyebab dari banyaknya pelanggan kami yang cukup terkejut menerima tagihan listrik," tutur Doddy.
Bagi konsumen yang masih meragukan pengolahan data PLN, kata Doddy, perusahaan membuka ruang komunikasi di PLN contact center 123. "Kemudian kita juga membuka channel di Facebook, Twitter, Instagram dan lain-lain," tutupnya.
(thm)