Klaster Sekolah, Satgas Covid: Kerumunan Penjemput Anak Sekolah Perlu Dievaluasi
loading...
A
A
A
DEPOK - Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok menyebut terjadinya penularan di sekolah mulanya berasal dari klaster keluarga. Klaster keluarga tersebut terpapar karena merupakan pekerja commuter yang bekerja di luar Depok.
”Awalnya dari klaster keluarga. Mereka ini pekerja commuter yang bekerja di luar Depok. Mereka menularkan pada anaknya, dari anaknya di sekolah menularkan pada teman-teman dan gurunya,” kata Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Depok Dadang Wihana, Senin (22/11/2021).
Diketahui bahwa terjadi peningkatan cukup tinggi pada pekan ini sehingga Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) dihentikan sementara sejak 19-29 November 2021. Pada Rabu (17/11) terdapat 105 kasus Covid-19 dimana 80 persen atau sekitar 84 kasus adalah dari klaster PTMT.
”Dari semua kasus konfirmasi positif, ada 2 SD, 1 SMP dan 1 MTS. Dari data saat ini, hampir sama, tidak ada yang mendominasi. Di beberapa wilayah juga sempat ada, tapi tidak sebanyak di Pancoran Mas. Di Cinere baru ditemukan satu,” ujarnya.
Wali Kota Depok Mohammad Idris pun langsung mengambil langkah cepat dengan mengeluarkan Surat Edaran Nomor 8.02/648/SATGAS/2021 tentang Penghentian Sementara Secara Terbatas Pada Penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT).
”Tentunya ini ikhtiar kita dari Pemkot Depok, kami coba menyampaikan ini kepada seluruh warga. Mohon izin dan mohon maaf demi keselamatan kita bersama, Pak Wali Kota sudah mengambil langkah tentang penerapan prokes bagi sekolah, siswa dan orang tua,” ungkapnya.
Dengan adanya klaster PTMT maka proses skrining di sekolah akan lebih diperketat. Pihaknya juga melakukan pemantauan terhadap sekolah-sekolah. Saat ini seluruh sekolah diberi waktu untuk melakukan pengecekan kembali terhadap protokol kesehatan 5M.
Kemudian pihaknya juga melakukan swab antigen secara acak terhadap seluruh siswa. Untuk saat ini diberikan waktu 10 hari untuk mengecek kembali terhadap prokes PTMT.”Kami juga melanjutkan swab antigen acak terhadap seluruh siswa. Kementerian kesehatan juga akan membantu swab antigen secara keliling,” paparnya.
Dadang menuturkan, siswa yang terpapar di klaster PTMT ini mulanya berasal dari klaster keluarga. Kemudian siswa berangkat ke sekolah dan mereka termasuk dalam kategori orang tanpa gejala (OTG). Dikatakan dia bahwa prokes 5M di sekolah sudah sangat ketat.
Hanya saja memang ada hal yang perlu dievaluasi yaitu kerumunan ketika antar jemput. “Setelah di swab PCR yang bersangkutan positif dan mereka paling banyak menularkan pada kontak erat di kelasnya dan menyebar ke kelas yang lain,” tegasnya.
”Awalnya dari klaster keluarga. Mereka ini pekerja commuter yang bekerja di luar Depok. Mereka menularkan pada anaknya, dari anaknya di sekolah menularkan pada teman-teman dan gurunya,” kata Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Depok Dadang Wihana, Senin (22/11/2021).
Diketahui bahwa terjadi peningkatan cukup tinggi pada pekan ini sehingga Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) dihentikan sementara sejak 19-29 November 2021. Pada Rabu (17/11) terdapat 105 kasus Covid-19 dimana 80 persen atau sekitar 84 kasus adalah dari klaster PTMT.
”Dari semua kasus konfirmasi positif, ada 2 SD, 1 SMP dan 1 MTS. Dari data saat ini, hampir sama, tidak ada yang mendominasi. Di beberapa wilayah juga sempat ada, tapi tidak sebanyak di Pancoran Mas. Di Cinere baru ditemukan satu,” ujarnya.
Wali Kota Depok Mohammad Idris pun langsung mengambil langkah cepat dengan mengeluarkan Surat Edaran Nomor 8.02/648/SATGAS/2021 tentang Penghentian Sementara Secara Terbatas Pada Penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT).
”Tentunya ini ikhtiar kita dari Pemkot Depok, kami coba menyampaikan ini kepada seluruh warga. Mohon izin dan mohon maaf demi keselamatan kita bersama, Pak Wali Kota sudah mengambil langkah tentang penerapan prokes bagi sekolah, siswa dan orang tua,” ungkapnya.
Dengan adanya klaster PTMT maka proses skrining di sekolah akan lebih diperketat. Pihaknya juga melakukan pemantauan terhadap sekolah-sekolah. Saat ini seluruh sekolah diberi waktu untuk melakukan pengecekan kembali terhadap protokol kesehatan 5M.
Kemudian pihaknya juga melakukan swab antigen secara acak terhadap seluruh siswa. Untuk saat ini diberikan waktu 10 hari untuk mengecek kembali terhadap prokes PTMT.”Kami juga melanjutkan swab antigen acak terhadap seluruh siswa. Kementerian kesehatan juga akan membantu swab antigen secara keliling,” paparnya.
Dadang menuturkan, siswa yang terpapar di klaster PTMT ini mulanya berasal dari klaster keluarga. Kemudian siswa berangkat ke sekolah dan mereka termasuk dalam kategori orang tanpa gejala (OTG). Dikatakan dia bahwa prokes 5M di sekolah sudah sangat ketat.
Hanya saja memang ada hal yang perlu dievaluasi yaitu kerumunan ketika antar jemput. “Setelah di swab PCR yang bersangkutan positif dan mereka paling banyak menularkan pada kontak erat di kelasnya dan menyebar ke kelas yang lain,” tegasnya.
(ams)