Bupati Bogor: Jadi Pasien Corona Itu Menyakitkan, Move On Lah, Patuhi Aturan PSBB
loading...
A
A
A
BOGOR - Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) kian meluas di Kabupaten Bogor sudah berjalan sepekan. Namun, hingga kini masih banyak ditemukan pelanggaran atau tidak mematuhi aturan PSBB.
"Saya lebih meyakini bahwa orang yang masih ke luar rumah dan tidak mematuhi aturan PSBB adalah orang yang tidak bisa move on, orang yang belum biasa mengubah kebiasaan-kebiasaan sebelum ada Corona," ungkap Bupati Bogor Ade Yasin, Rabu (22/4/2020).
Ade Yasin sangat memahami para pasien yang dinyatakan terkonfirmasi positif Corona sangat menyakitkan. Secara mental pasti terganggu karena obat atau vaksin Covid-19 belum ditemukan. (Baca juga: Protokol Kesehatan Covid-19 Banyak Dilanggar, Bupati Bogor: PSBB Akan Sia-sia dan Berkepanjangan
"Belum lagi situasi rumah sakit yang saat ini penuh dengan pasien. Selain itu, orang-orang terdekat bisa ikut tertular," kata Ade yang juga menjabat sebagai Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Bogor itu. Pasti juga sangat memilukan jika sudah tertular, harus diisolasi di rumah sakit, di ruangan tersendiri tanpa bisa dibesuk oleh keluarga dan orang-orang terdekat.
"Oleh sebab itu, move on lah, ubahlah kebiasaan-kebiasaan sebelumnya sampai pandemi ini berakhir. Patuhilah aturan PSBB, tinggalah di rumah, diamlah di rumah. Kalau harus keluar rumah, pakailah masker, dan jaga jarak dengan orang lain. Pedulilah pada kesehatan diri sendiri, pedulilah pada keselamatan diri sendiri," katanya.
Ade menyebutkan bahwa PSBB yang sudah berlangsung sejak 15 April atau setengah jalan dari 14 hari masa PSBB, dari hasil evaluasi masih banyak pelanggaran.
"Masih banyak yang keluar rumah tanpa tujuan yang jelas, masih banyak yang lalu-lalang di jalanan, masih banyak yang berkumpul lebih dari lima orang, masih banyak yang tidak menggunakan masker dan lain sebagainya," ungkapnya. (Baca juga: 51 Pegawai RSUD Bogor di Luar Tenaga Medis Pasien Covid-19 Terpapar Corona)
Ketika meninjau penumpang kereta api di Stasiun Bojonggede, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor, pada Senin (20/04/2020) lalu, Ade masih menemukan beberapa orang yang pergi ke Jakarta dengan alasan yang tidak jelas.
"Banyak pula yang tidak menggunakan sarung tangan, dan membiarkan diri duduk atau berdiri berdempetan dengan penumpang lain, mengabaikan imbauan jaga jarak atau physical distancing, atau social distancing," katanya.
Seharusnya sudah lebih dari cukup bagi masyarakat untuk mengerti, karena informasi tentang bahaya Covid-19 sudah tersebar diberbagai media. Oleh sebab itu, sudah seharusnya masyarat mematuhi aturan dalam PSBB.
"Semua imbauan pemerintah, semua aturan yang ada dalam PSBB, bukan untuk menyusahkan melainkan untuk membantu masyarakat agar tidak tertular virus Corona yang mematikan. Sudah hampir dua bulan virus Corona masuk ke Indonesia, yang diawali dua kasus di Depok," tukasnya.
Lantas Ade bertanya-tanya mengapa masih ada saja masyarakat tidak mematuhi aturan yang ada dalam PSBB? Mengapa masyarakat mengabaikan imbauan pemerintah?
Menurut pakar, lanjut Ade, terdapat tiga golongan masyarakat yang tidak patuh PSBB. Pertama, orang yang mengerti bahaya Corona, tetapi merasa diri sudah aman dari penularan. Kedua, orang yang tidak tahu apa itu PSBB, apa itu protokol kesehatan. Ketiga, golongan masyarakat yang mengerti bahaya corona, tetapi mengatakan terpaksa keluar rumah untuk mencari nafkah.
"Sah-sah saja semua alasan yang dikemukakan. Tetapi satu hal adalah virus Corona adalah virus mematikan. Di luar negeri seperti Amerika Serikat, Italia, dan belakangan viral video yang menggambarkan bagaimana rakyat Ekuador meninggal bergelimpangan karena corona," paparnya.
Belajar dari pengalaman masyarakat di negara maju seperti Amerika, Italia dan lain sebagainya itu, kata Ade, dapat disimpulkan tidak ada jaminan bagi seseorang tidak tertular virus Corona jika tidak tinggal di rumah, tidak menjaga jarak, apalagi menghampiri kerumunan.
"Apalagi sekarang banyak dibicarakan apa yang disebut orang tanpa gejala atau OTG, yakni orang yang tampak sehat tetapi sesunggguhnya sudah tertular Corona. Fenomena OTG ini semakin meyakinkan, tidak ada jaminan seseorang tidak tertular Corona jika tidak menjaga diri, tidak menjaga keselamatan diri dengan tinggal di rumah, diam di rumah, tidak menjaga jarak, tidak kontak fisik dengan orang lain, apalagi menghampiri kerumunan," pungkasnya.
"Saya lebih meyakini bahwa orang yang masih ke luar rumah dan tidak mematuhi aturan PSBB adalah orang yang tidak bisa move on, orang yang belum biasa mengubah kebiasaan-kebiasaan sebelum ada Corona," ungkap Bupati Bogor Ade Yasin, Rabu (22/4/2020).
Ade Yasin sangat memahami para pasien yang dinyatakan terkonfirmasi positif Corona sangat menyakitkan. Secara mental pasti terganggu karena obat atau vaksin Covid-19 belum ditemukan. (Baca juga: Protokol Kesehatan Covid-19 Banyak Dilanggar, Bupati Bogor: PSBB Akan Sia-sia dan Berkepanjangan
"Belum lagi situasi rumah sakit yang saat ini penuh dengan pasien. Selain itu, orang-orang terdekat bisa ikut tertular," kata Ade yang juga menjabat sebagai Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Bogor itu. Pasti juga sangat memilukan jika sudah tertular, harus diisolasi di rumah sakit, di ruangan tersendiri tanpa bisa dibesuk oleh keluarga dan orang-orang terdekat.
"Oleh sebab itu, move on lah, ubahlah kebiasaan-kebiasaan sebelumnya sampai pandemi ini berakhir. Patuhilah aturan PSBB, tinggalah di rumah, diamlah di rumah. Kalau harus keluar rumah, pakailah masker, dan jaga jarak dengan orang lain. Pedulilah pada kesehatan diri sendiri, pedulilah pada keselamatan diri sendiri," katanya.
Ade menyebutkan bahwa PSBB yang sudah berlangsung sejak 15 April atau setengah jalan dari 14 hari masa PSBB, dari hasil evaluasi masih banyak pelanggaran.
"Masih banyak yang keluar rumah tanpa tujuan yang jelas, masih banyak yang lalu-lalang di jalanan, masih banyak yang berkumpul lebih dari lima orang, masih banyak yang tidak menggunakan masker dan lain sebagainya," ungkapnya. (Baca juga: 51 Pegawai RSUD Bogor di Luar Tenaga Medis Pasien Covid-19 Terpapar Corona)
Ketika meninjau penumpang kereta api di Stasiun Bojonggede, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor, pada Senin (20/04/2020) lalu, Ade masih menemukan beberapa orang yang pergi ke Jakarta dengan alasan yang tidak jelas.
"Banyak pula yang tidak menggunakan sarung tangan, dan membiarkan diri duduk atau berdiri berdempetan dengan penumpang lain, mengabaikan imbauan jaga jarak atau physical distancing, atau social distancing," katanya.
Seharusnya sudah lebih dari cukup bagi masyarakat untuk mengerti, karena informasi tentang bahaya Covid-19 sudah tersebar diberbagai media. Oleh sebab itu, sudah seharusnya masyarat mematuhi aturan dalam PSBB.
"Semua imbauan pemerintah, semua aturan yang ada dalam PSBB, bukan untuk menyusahkan melainkan untuk membantu masyarakat agar tidak tertular virus Corona yang mematikan. Sudah hampir dua bulan virus Corona masuk ke Indonesia, yang diawali dua kasus di Depok," tukasnya.
Lantas Ade bertanya-tanya mengapa masih ada saja masyarakat tidak mematuhi aturan yang ada dalam PSBB? Mengapa masyarakat mengabaikan imbauan pemerintah?
Menurut pakar, lanjut Ade, terdapat tiga golongan masyarakat yang tidak patuh PSBB. Pertama, orang yang mengerti bahaya Corona, tetapi merasa diri sudah aman dari penularan. Kedua, orang yang tidak tahu apa itu PSBB, apa itu protokol kesehatan. Ketiga, golongan masyarakat yang mengerti bahaya corona, tetapi mengatakan terpaksa keluar rumah untuk mencari nafkah.
"Sah-sah saja semua alasan yang dikemukakan. Tetapi satu hal adalah virus Corona adalah virus mematikan. Di luar negeri seperti Amerika Serikat, Italia, dan belakangan viral video yang menggambarkan bagaimana rakyat Ekuador meninggal bergelimpangan karena corona," paparnya.
Belajar dari pengalaman masyarakat di negara maju seperti Amerika, Italia dan lain sebagainya itu, kata Ade, dapat disimpulkan tidak ada jaminan bagi seseorang tidak tertular virus Corona jika tidak tinggal di rumah, tidak menjaga jarak, apalagi menghampiri kerumunan.
"Apalagi sekarang banyak dibicarakan apa yang disebut orang tanpa gejala atau OTG, yakni orang yang tampak sehat tetapi sesunggguhnya sudah tertular Corona. Fenomena OTG ini semakin meyakinkan, tidak ada jaminan seseorang tidak tertular Corona jika tidak menjaga diri, tidak menjaga keselamatan diri dengan tinggal di rumah, diam di rumah, tidak menjaga jarak, tidak kontak fisik dengan orang lain, apalagi menghampiri kerumunan," pungkasnya.
(thm)