Melihat Tangguh dan Gigihnya Nakes Pahlawan Masa Kini Tangani Pasien Covid-19

Minggu, 15 Agustus 2021 - 05:10 WIB
loading...
Melihat Tangguh dan...
Tenaga kesehatan (nakes). Foto: Dok SINDOnews
A A A
JAKARTA - Menjelang HUT Ke-76 RI tahun ini seluruh pihak berjuang memerangi wabah Covid-19, termasuk tenaga kesehatan ( nakes ) yang menjadi garda terdepan. Mereka tak kenal lelah dan tangguh dalam merawat pasien.

Tak berlebihan jika para nakes disebut pahlawan kekinian karena tanpa mereka tak bisa dibayangkan bagaimana upaya penyembuhan pasien terpapar Covid-19 dan perawatan warga yang tengah isolasi mandiri (isoman).
Baca juga: Kisah Tangguh TNI-Polri Jelang HUT RI: Memerdekakan Masyarakat Lawan Badai Pandemi Covid-19

Dari sekian banyak nakes, MNC Portal berusaha menggali cerita dari Tiara (26), nakes yang bertugas merawat pasien Covid-19 di salah satu rumah sakit swasta.

Selama 11 bulan Tiara bertugas sebagai perawat di ruang isoman Covid-19. Sebelumnya, dia dipindahalihkan dari merawat pasien VIP menjadi pasien Covid.

Dia bekerja dengan shift di mana terdapat shift pagi, sore dan malam dengan waktu bekerja selama 8 jam setiap harinya. Dia bertugas melayani sekitar 37 pasien bersama dua perawat lainnya.

"Sebenarnya besar banget sih daya juang kami para perawat ataupun nakes karena saat merawat itu seperti keluarga sendiri seperti mengganti pampers, memandikan pasien, menyuapi makan,dan memberikan obat setiap harinya," ujar Tiara, Minggu (15/8/2021).

Saat bekerja dia diharuskan menggunakan hazmat dan pampers. "Hari pertama disuruh pakai pampers harus banyak makan dan minum lalu menjalankannya selama 8 jam. Pengen minum tapi nggak bisa pasien banyak lama kelamaan ya puji Tuhan sudah biasa," katanya.

Saat merawat pasien Covid, mereka juga memiliki risiko terpapar Covid-19. "Kita berjuang benar-benar mati-matian sampai saya menjadi penyintas semua rata-rata di ruangan saya. Jadi tinggal cara kita menghadapi ini sih kuatin imun, makan yang banyak, minum yang banyak, vitamin,” ungkapnya.

Belum lagi saat banyaknya komplain keluarga yang tidak dapat melihat anggota keluarganya yang meninggal dunia karena keluarga hanya dapat melihat jenazah usai dimandikan, dikafani, dibungkus serta dimasukkan ke peti.

Dia juga menyayangkan oknum-oknum yang tidak percaya Covid-19. Karena itu, dia terus menyosialisasikan kepada masyarakat agar menjaga protokol kesehatan. "Tapi, kadang-kadang orang yang enggak percaya Covid itu rata-rata kayak menganggap remeh. Kami para nakes ingin merdeka dari Covid dengan cara menggalakkan vaksinasi, edukasi ke seluruh masyarakat yang tidak percaya Covid dan kami selalu meminta kepada masyarakat untuk menggunakan masker, menghindari kerumunan dan tetap stay di rumah saja," papar Tiara.
Baca juga: Stok Vaksin Booster Banyak, Cukup untuk Semua Nakes di Kabupaten Tangerang

Sementara itu, Relawan Covid-19 dr Muhammad Fajri Adda'i turut membagikan pengalamannya menjadi dokter layanan primer sebagai tulang punggung dari manajemen pasien Covid-19 sebelum dirujuk ke rumah sakit. "Saya kerjanya di layanan primer yaitu fungsinya untuk triase lalu mendeteksi awal isolasi itu juga mengelola pasien isoman," ujarnya.

Sebagai dokter layanan primer, dia bekerja menerima konsul pasien suspect, gejala kecurigaan Covid atau antigen positif yang membutuhkan konfirmasi. Setelah itu pasien akan dihubungi jika terkonfirmasi positif dan dirujuk ke rumah sakit terdekat.

"Kalau kosong dalam hitungan menit udah dapet sih dirujuk ke RS tapi kalau penuh extra effort bisa nyari ke mana-mana dan pasti dapat juga sih ujungnya," katanya.

Dia menceritakan tantangan saat terjadi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia. Dia bersama timnya kewalahan memantau dengan waktu yang terbatas. "Susahnya lagi outbreak besar. Bayangin kalau satu kecamatan waktu itu di Cengkareng 500 orang positif per hari dan bagaimana follow up-nya itu per hari. Kalau seminggu kan pasien masih pemantauan minimum 10 hari kalau dia tidak bergejala, kalau dia bergejala 14 hari tambahin aja udah 1.000 orang makanya keteteran juga," jelasnya.

Menurut dia, seberapa banyak tenaga kesehatan ditambah jika kasusnya meledaknya luar biasa juga harus dilakukan penambahan yang luar biasa. "Timnya terbatas karena ini masyarakat yang dipantau jadinya susah. Idealnya Puskesmas memberikan perawatan preventif ke level grass root ya itulah mengapa pentingnya melibatkan elemen kelurahan, satuan fungsional eksekutif di level terkecil seperti RT/RW, Satpol PP, dan lainnya," ujarnya.

Menyambut era Kemerdekaan RI, sebagai dokter layanan primer dia tidak lengah untuk terus melakukan pelacakan dan menyosialisasikan vaksinasi. "Di era kemerdekaan kita ngapain ya kita meneruskan perjuangan dan melanjutkan pekerjaan karena pandemi belum selesai paling bantu-bantu edukasi aja gitu di media sosial untuk masyarakat," kata Fajri.

Dia berharap pemerintah terus mengupayakan peningkatan 3T dan masyarakat juga harus membantu dengan penerapan 5M dan menjadi bagian dari subjek penanganan pandemi untuk turut serta melawan virus Covid-19 di Indonesia.

"Pada prinsipnya tidak perlu mendikotomi antara pemakaian protokol kesehatan terhadap segala kegiatan apapun termasuk kegiatan ekonomi karena sesungguhnya semua kegiatan itu bisa dilakukan secara beriringan itu kuncinya untuk penanganan ke depan," ucapnya.
(jon)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2412 seconds (0.1#10.140)