Belajar via WA atau Zoom Tak Mengobati Rasa Rindu Guru SDN Ini pada Anak Didiknya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Uji coba kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) kembali digelar di sejumlah sekolah, salah satunya SDN Rawajati 05 Pagi, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (9/6/2021). Pihak guru lebih senang melakukan kegiatan PTM dibandingkan melakukan kegiatan BDR (Belajar dari Rumah).
"Kita kan ada kebiasaan yang harus dibiasakan. Kita juga ada pembangunan karakter. Kalau tatap muka kita bisa membiasakan itu," ujar guru SDN Rawajati 05 Pagi Dina Tamasari, Rabu (9/6/2021).
Baca juga: Cuma Sedikit Siswa Ikuti Uji Coba Sekolah Tatap Muka di Jakarta
Sebenarnya kegiatan belajar mengajar bisa dilakukan di mana saja, tak hanya di sekolah, tapi juga di rumah dan melalui online. Namun, selain kegiatan belajar mengajar, pembangunan karakter siswa penting dilakukan dan itu lebih efektif dan lebih baik dilakukan secara tatap muka. Misalnya saja pembangunan karakter untuk bertanggungjawab.
"Misalnya, piket nih tanggungjawabnya siapa (bagi siswa untuk membangun karakter bertanggungjawab). Nah itu kita belajar tanggung jawab, lalu misalnya tetap menjaga kebersihan. Kalau di rumah kan belum tentu seperti itu," ucapnya.
Dia lebih ingin bertemu setiap hari dengan anak didiknya, apalagi selama melakukan kegiatan BDR, dia merasakan sepi dan ada sesuatu yang hilang dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Saat melakukan kegiatan PTM, dia dapat memantau persoalan yang mungkin dihadapi anak didiknya terkait pelajaran dari sisi psikologisnya maupun perilaku di kelas.
Baca juga: Gelar Pembelajaran Tatap Muka, Sekolah Laporkan Kegiatan Setiap Hari ke Sudin Pendidikan
Lalu, guru bisa lebih dekat dengan anak-anak didiknya karena bakal selalu berinteraksi secara langsung di sekolah dan berkomunikasi lebih intens dibandingkan bertemu secara online.
"Pengennya sih ketemu tiap hari. Saya rasa kok sepi banget belajar di rumah meski bisa lewat WA dan Zoom sebulan sekali misal, tapi rasanya beda saja. Kalau anak-anak ada masalah pun kita bisa langsung tahu, misal kelemahan anak di mana juga bisa langsung tahu, dia lemah di pelajaran apa, tak bisa di pelajaran mana. Kalau di rumah saya rasa anak pun ditanyai udah paham belum nak, dia kayaknya bingung mau mengungkapkan kurang yang ini-ini pun kayaknya juga sungkan, seperti itu," ungkap Dina.
"Kita kan ada kebiasaan yang harus dibiasakan. Kita juga ada pembangunan karakter. Kalau tatap muka kita bisa membiasakan itu," ujar guru SDN Rawajati 05 Pagi Dina Tamasari, Rabu (9/6/2021).
Baca juga: Cuma Sedikit Siswa Ikuti Uji Coba Sekolah Tatap Muka di Jakarta
Sebenarnya kegiatan belajar mengajar bisa dilakukan di mana saja, tak hanya di sekolah, tapi juga di rumah dan melalui online. Namun, selain kegiatan belajar mengajar, pembangunan karakter siswa penting dilakukan dan itu lebih efektif dan lebih baik dilakukan secara tatap muka. Misalnya saja pembangunan karakter untuk bertanggungjawab.
"Misalnya, piket nih tanggungjawabnya siapa (bagi siswa untuk membangun karakter bertanggungjawab). Nah itu kita belajar tanggung jawab, lalu misalnya tetap menjaga kebersihan. Kalau di rumah kan belum tentu seperti itu," ucapnya.
Dia lebih ingin bertemu setiap hari dengan anak didiknya, apalagi selama melakukan kegiatan BDR, dia merasakan sepi dan ada sesuatu yang hilang dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Saat melakukan kegiatan PTM, dia dapat memantau persoalan yang mungkin dihadapi anak didiknya terkait pelajaran dari sisi psikologisnya maupun perilaku di kelas.
Baca juga: Gelar Pembelajaran Tatap Muka, Sekolah Laporkan Kegiatan Setiap Hari ke Sudin Pendidikan
Lalu, guru bisa lebih dekat dengan anak-anak didiknya karena bakal selalu berinteraksi secara langsung di sekolah dan berkomunikasi lebih intens dibandingkan bertemu secara online.
"Pengennya sih ketemu tiap hari. Saya rasa kok sepi banget belajar di rumah meski bisa lewat WA dan Zoom sebulan sekali misal, tapi rasanya beda saja. Kalau anak-anak ada masalah pun kita bisa langsung tahu, misal kelemahan anak di mana juga bisa langsung tahu, dia lemah di pelajaran apa, tak bisa di pelajaran mana. Kalau di rumah saya rasa anak pun ditanyai udah paham belum nak, dia kayaknya bingung mau mengungkapkan kurang yang ini-ini pun kayaknya juga sungkan, seperti itu," ungkap Dina.
(jon)