Bang Pi'ie Jawara Senen yang Menolak Diangkat Menjadi Komandan Cakrabirawa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pasar Senen , Jakarta Pusat, nama kawasan ini tak lagi asing di telinga masyarakat Jakarta. Pasar Senen merupakan salah satu pasar tertua di Jakarta yang menyimpan berbagai cerita bagi masyarakat Ibu Kota.
Seperti di wilayah Jakarta lain pada zaman dahulu, kawasan-kawasan tertentu dihuni oleh jawara. Tak terkecuali, Kawasan Pasar Senen. Di Kawasan Senen ada salah satu jawara bernama Kapten Imam Syafi'ie. Pria yang akrab disapa Bang Pi'ie ini lahir pada 27 Agustus 1923 di Kampung Bangka, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Bang Pi'ie mendirikan organisasi bernama Oesaha Pemoeda Indonesia (OPI). Di sini Bang Pi'ie mengumpulkan para jawara dari berbagai tempat di Jakarta, bukan saja yang berasal dari Betawi. Boleh dibilang di Pasar Senen semua jawara atau preman berada di bawah pengaruhnya. Mereka menganggap Bang Pi'ie pemimpinnya.
Saat Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan, Bang Pi'ie mengumpulkan para jawara. Mereka diajak bergabung dalam Pasukan Istimewa (PI) yang langsung di bawah komandonya. Berbagai pertempuran dilakukan Pasukan Istimewa ini di berbagai tempat di Jakarta yang sedang bergolak melawan pasukan Belanda, NICA.
Banyak serdadu Belanda dan kaki tangannya yang mati di tangan Bang Pi'ie dan pasukannya. Seperti dalam pertempuran di wilayah Jakarta Pusat antara lain belakang bioskop Rex, bioskop Rialto--yang kini bernama Gedung Wayang Orang Senen, Kwitang, dan Gang Sentiong.
Setelah penyerahan kedaulatan pada awal 1950 karena banyak anggotanya yang tidak mendapat tempat di TNI, Bang Pi'ie menghimpun para pejuang kemerdekaan itu dalam organisasi Cobra. Pada masa itu, Bang Pi'ie yang berpangkat kapten merupakan perwira yang diperbantukan di Komando Militer Kota Besar Djakarta Raya (KMKBDR).
Di organisasi Cobra, Bang Pi'ie mendidik anggotanya dengan disiplin. Anggota yang melakukan kejahatan akan ditindak tegas, dengan terlebih dulu menanyakan alasan berbuat kejahatan.
Jika alasan anggotanya melakukan kejahatan karena tidak memiliki pekerjaan dan modal, maka Bang Pi'ie pun memberikan modal usaha. Untuk itu, Bang Pi'ie tak segan-segan meminta bantuan tauke China. Namun, bila anggota tersebut sudah mendapat bantuan modal kembali melakukan kejahatan, Bang Pi'ie akan memberikan hukuman.
Keberhasilan Cobra membantu aparat keamanan mengamankan Jakarta, tak lepas dari pendekatan Bang Pi'ie, terutama kedekatannya dengan ulama, yang pada kala itu tokoh yang disegani di Betawi. Adanya foto Bang Pi'ie biasanya merupakan jaminan toko tersebut tidak ada yang berani mengganggu.
Tugas berat Bang Pi’iie adalah menumpas kejahatan di Jakarta yang kala itu rawan, negara dalam keadaan darurat perang (SOB). Para preman di Jakarta pada masa itu benar-benar tidak berkutik dengan keberadaan organisasi Cobra. Seperti seorang yang kehilangan atau kecopetan di suatu tempat, dia dapat mengadukan ke tokoh masyarakat setempat. Lebih-lebih terhadap para ulamanya.
Seperti di wilayah Jakarta lain pada zaman dahulu, kawasan-kawasan tertentu dihuni oleh jawara. Tak terkecuali, Kawasan Pasar Senen. Di Kawasan Senen ada salah satu jawara bernama Kapten Imam Syafi'ie. Pria yang akrab disapa Bang Pi'ie ini lahir pada 27 Agustus 1923 di Kampung Bangka, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Bang Pi'ie mendirikan organisasi bernama Oesaha Pemoeda Indonesia (OPI). Di sini Bang Pi'ie mengumpulkan para jawara dari berbagai tempat di Jakarta, bukan saja yang berasal dari Betawi. Boleh dibilang di Pasar Senen semua jawara atau preman berada di bawah pengaruhnya. Mereka menganggap Bang Pi'ie pemimpinnya.
Saat Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan, Bang Pi'ie mengumpulkan para jawara. Mereka diajak bergabung dalam Pasukan Istimewa (PI) yang langsung di bawah komandonya. Berbagai pertempuran dilakukan Pasukan Istimewa ini di berbagai tempat di Jakarta yang sedang bergolak melawan pasukan Belanda, NICA.
Banyak serdadu Belanda dan kaki tangannya yang mati di tangan Bang Pi'ie dan pasukannya. Seperti dalam pertempuran di wilayah Jakarta Pusat antara lain belakang bioskop Rex, bioskop Rialto--yang kini bernama Gedung Wayang Orang Senen, Kwitang, dan Gang Sentiong.
Setelah penyerahan kedaulatan pada awal 1950 karena banyak anggotanya yang tidak mendapat tempat di TNI, Bang Pi'ie menghimpun para pejuang kemerdekaan itu dalam organisasi Cobra. Pada masa itu, Bang Pi'ie yang berpangkat kapten merupakan perwira yang diperbantukan di Komando Militer Kota Besar Djakarta Raya (KMKBDR).
Di organisasi Cobra, Bang Pi'ie mendidik anggotanya dengan disiplin. Anggota yang melakukan kejahatan akan ditindak tegas, dengan terlebih dulu menanyakan alasan berbuat kejahatan.
Baca Juga
Jika alasan anggotanya melakukan kejahatan karena tidak memiliki pekerjaan dan modal, maka Bang Pi'ie pun memberikan modal usaha. Untuk itu, Bang Pi'ie tak segan-segan meminta bantuan tauke China. Namun, bila anggota tersebut sudah mendapat bantuan modal kembali melakukan kejahatan, Bang Pi'ie akan memberikan hukuman.
Keberhasilan Cobra membantu aparat keamanan mengamankan Jakarta, tak lepas dari pendekatan Bang Pi'ie, terutama kedekatannya dengan ulama, yang pada kala itu tokoh yang disegani di Betawi. Adanya foto Bang Pi'ie biasanya merupakan jaminan toko tersebut tidak ada yang berani mengganggu.
Tugas berat Bang Pi’iie adalah menumpas kejahatan di Jakarta yang kala itu rawan, negara dalam keadaan darurat perang (SOB). Para preman di Jakarta pada masa itu benar-benar tidak berkutik dengan keberadaan organisasi Cobra. Seperti seorang yang kehilangan atau kecopetan di suatu tempat, dia dapat mengadukan ke tokoh masyarakat setempat. Lebih-lebih terhadap para ulamanya.