Misteri Enny Arrow dan Bacaan Erotis yang Digandrungi Remaja Tahun 1980-1990-an

Sabtu, 10 April 2021 - 05:50 WIB
loading...
Misteri Enny Arrow dan Bacaan Erotis yang Digandrungi Remaja Tahun 1980-1990-an
Novel Puncak Bukit Kemesraan karya Enny Arrow. Foto: mangkardi.wordpress.com
A A A
JAKARTA - Remaja tahun 1980-1990-an tentunya tidak asing dengan bacaan erotis karya Enny Arrow . Konon, membacanya pun sembunyi-sembunyi karena takut ketahuan guru atau orang tua di rumah. Bahkan, ada yang disobek covernya atau dilapisi buku lain demi menyembunyikan identitas bacaan porno itu.

Dikutip dari mangkardi.wordpress.com, Sabtu (10/4/2021), Enny Arrow adalah sosok penulis novel erotis yang paling produktif pada zamannya. Sebenarnya Enny Arrow adalah nama samaran dari penulis aslinya atau semacam nama pena.
Baca juga: Bahaya Pornografi pada Anak dan Cara Mengatasinya

Bisa dibilang, novel-novel karya Enny Arrow setara dengan VCD atau situs-situs porno internet di zaman sekarang.

Ada beberapa versi yang menyebutkan sosok di balik Enny Arrow ini. Enny Arrow adalah seorang perempuan bernama Eni Sukaisih yang lahir di Hambalang, Bogor, pada 1924 dan wafat tahun 1995.

Sebelum menulis novel stensilan, Eni mulanya seorang jurnalis. Pada pemerintahan Soekarno, Eni diketahui pindah ke Amerika Serikat dan bekerja di sana sebagai copywriter.

Entah apa yang membuat Eni kembali lagi ke Indonesia pada zaman Orba. Saat itulah, dia mulai menulis novel-novel erotis. Karya Enny Arrow begitu meledak di pasaran. Seri terbarunya sangat ditunggu-tunggu para pembaca. Isinya luar biasa vulgar. Bercerita tentang sepasang manusia sedang bercinta. Lengkap dengan deskripsi yang rinci dan hiperbola sehingga mengundang imajinasi anak baru gede (ABG).

Cover novel Enny Arrow juga terbilang berani. Tak ada satupun buku bergambar wanita berpose panas ketika itu, kecuali karya-karyanya. Dibalut dengan judul yang aduhai seperti Selembut Sutera, Malam Kelabu, Gairah Cinta, Noda-Noda Merah, Balada Didong, Tante Ratna, dan masih banyak lagi.
Misteri Enny Arrow dan Bacaan Erotis yang Digandrungi Remaja Tahun 1980-1990-an

Novel erotis karya Enny Arrow. Foto: mangkardi.wordpress.com

Enny Arrow Pernah Bekerja Sebagai Penjahit di Kalimalang

Sumber lain menyatakan Enny Arrow dulunya hanyalah pekerja di toko usaha tukang jahit bernama Arrow di Kalimalang, Jakarta Timur. Entah karena suntuk sebagai penjahit, dia menulis novel pertama pada 1965.

Judulnya agak seram juga yakni Sendja Merah di Pelabuhan Djakarta. Judul yang oleh para communistofobi akan dituding kiri. Nama Arrow di belakang nama aslinya, Enny (Sukaesih Probowidagdo) memang diambilkan dari nama tempatnya bekerja.
Baca juga: Kisah Taman Mini; Digagas Ibu Tien, Diperjuangkan Ali Sadikin, Kini Diambil Alih Jokowi

Masih menurut mangkardi.wordpress.com, soal riwayat Enny Arrow masih simpang siur. Ada yang mengatakan, Abdullah Harahap (penulis novel-novel horor sejaman Motinggo Boesje) konon tahu persis Enny Arrow adalah nama samaran penulis lelaki. Siapa? Sayangnya, Abdullah Harahap sudah almarhum sehingga tak bisa dikonfirmasi.

Pertengahan dekade 70-an, nama Enny Arrow melambung melampaui popularitas Teguh Esha dengan Ali Topan. Selama satu dekade ke depan hingga pertengahan 80-an, Enny Arrow merajai bacaan remaja Indonesia bersamaan dengan zaman keemasan komik-komik roman seperti Zaldy, Sim, Jan, dan seterusnya termasuk kemudian disusul komik-komik silat Ganes TH, Man, Djair, serta Hans.

Kemampuan menulis Enny tak kalah dengan sastrawan sekaliber Angkatan Pujangga Baru atau bahkan Balai Pustaka. Hanya saja, Enny bercerita soal seks dan selangkangan. Kemampuan itu barangkali dia dapatkan sewaktu tinggal di Amerika.

Karya Arrow sebenarnya menyindir karya-karya sastra pada saat itu. Sastra yang berkembang terlalu eksklusif dan normatif. Dia pun ingin menghadirkan karya segar yang bisa dibaca kelas menengah hingga ke bawah sekalipun.

Jika dicermati karya Enny Arrow juga mengajarkan kebaikan, namun dengan cara yang berbeda. Misalnya, dia selalu membuat cerita tokoh dalam bukunya happy ending. Seburuk apapun yang telah dilakukan tokoh itu pada akhirnya si tokoh akan mendapatkan ganjaran yang setimpal lalu bertobat.
Baca juga: Asal Usul Nama Depok Berasal dari Padepokan yang Didirikan Embah Raden Wujud

Walau sebenarnya berisiko itu yang membuat Enny Arrow tak pernah ditinggalkan pembacanya. Walau sosoknya tak pernah dikenal orang apalagi diceritakan di buku-buku pelajaran, Enny Arrow tetap punya tempat di hati para penggemarnya hingga sekarang.

Anehnya selain Enny Arrow, nama penerbit pun disamarkan. Dari ratusan judul hanya tertera penerbit Mawar, tanpa nomor telepon atau alamat kantor. Semuanya bungkam dan hanya geleng-geleng tak tahu menahu siapa Enny Arrow.

Novel karya Enny Arrow terbilang sangat murah. Per buku yang rata-rata berisi 40 halaman hanya dihargai Rp1.000. Itu tak sebanding dengan harga kertas pada saat itu.
(jon)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1152 seconds (0.1#10.140)