Kisah Noni Belanda, Penunggu Gedung Tua Polsek Palmerah Jakarta Barat
loading...
A
A
A
Tugi langsung menanyakan maksud pedagang yang kala itu duduk di kursi lobi. “Kenapa bang?” katanya. “Ini tadi ada wanita yang pesan,” jawab pedagang sekoteng.
Baca Juga: Siap-siap Lur! Mulai 30 Januari Tarif Tol BORR Naik Jadi Rp14.000
Bulu kuduk pun merinding. Tugi bertanya heran tak ada satu pun perempuan maupun orang di gedung itu. Dia menjelaskan bahwa saat ini polisi sedang berpatroli dan akan kembali lewat tengah malam.
Makin penasaran, Tugi lantas mengajak pedagang itu masuk gedung utama mengecek satu per satu ruangan di sana. “Ayo kalo engga percaya saya antar juga ke atas,” kata Tugi.
Baru melangkah, wajah pedagang itu mendadak pucat. Tangan dan kakinya sedikit gemetar. Nampan yang dipegangnya kemudian bergoyang. Membuat air sekoteng tumpah.
Tak banyak bicara, pedagang itu bergegas kembali ke gerobaknya membawa sekoteng yang mulai dingin. Setelah menaruh mangkuk di atas gerobak, pedagang langsung berjalan cepat tanpa mengucapkan salam.
Kini hingga sebulan lamanya, pedagang sekoteng itu tak pernah melintas di Polsek Palmerah.
Baca Juga: Siap-siap Lur! Mulai 30 Januari Tarif Tol BORR Naik Jadi Rp14.000
Bulu kuduk pun merinding. Tugi bertanya heran tak ada satu pun perempuan maupun orang di gedung itu. Dia menjelaskan bahwa saat ini polisi sedang berpatroli dan akan kembali lewat tengah malam.
Makin penasaran, Tugi lantas mengajak pedagang itu masuk gedung utama mengecek satu per satu ruangan di sana. “Ayo kalo engga percaya saya antar juga ke atas,” kata Tugi.
Baca Juga
Baru melangkah, wajah pedagang itu mendadak pucat. Tangan dan kakinya sedikit gemetar. Nampan yang dipegangnya kemudian bergoyang. Membuat air sekoteng tumpah.
Tak banyak bicara, pedagang itu bergegas kembali ke gerobaknya membawa sekoteng yang mulai dingin. Setelah menaruh mangkuk di atas gerobak, pedagang langsung berjalan cepat tanpa mengucapkan salam.
Kini hingga sebulan lamanya, pedagang sekoteng itu tak pernah melintas di Polsek Palmerah.
(jon)