Ruang Perawatan Penuh, Pasien Suspect COVID-19 RSU Tangsel Meninggal Dalam Tenda Darurat
loading...
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Seorang pasien bernama Elih (47) meninggal dunia dalam tenda darurat yang dibangun di depan Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSU Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Elih sudah dua hari dirawat di tenda darurat karena kamar perawatan yang tersedia di RSU Kota Tangsel penuh terisi.
Pihak keluarga mengaku sudah ikhlas, meskipun tetap terlihat menyesalkan minimnya tindakan darurat yang diambil pihak medis. Elih mengalami keluhan nyeri di bagian dada dan dibawa ke IGD RSU Tangsel pada Selasa 8 September 2020 dini hari dengan kondisi dipapah.
Suaminya, Edi Mulyadi (51), menceritakan pada Senin 7 September 2020 istrinya mengeluh sakit di bagian dada. Lantas Elih dibawa ke klinik dekat rumahnya, Kampung Cilalung, RT05 RW05, Jombang, Ciputat.
Karena peralatan terbatas, Elih kemudian diminta langsung menjalani perawatan di Puskesmas Jombang. Setibanya di Puskesmas, petugas medis memberikannya sejumlah obat, namun dengan catatan jika belum sembuh harus dibawa ke rumah sakit terdekat.
"Sampai pada malam harinya, istri saya masih sakit nyeri. Akhirnya karena sesuai anjuran di Puskesmas, langsung saya bawa ke Rumah Sakit IMC Bintaro, tapi di sana penuh semua kamar. Terus saya pindah lagi ke Rumah Sakit Buah Hati Ciputat, sempat dicek medis di sana," tutur Edi kepada wartawan, Jumat (11/9/2020).
Tim medis IGD RS Buah Hati pun sempat memeriksa Elih, termasuk dengan melakukan rontgen dan rapid test. Hasil test menunjukkan non reaktif, namun terdiagnosa ada pembengkakan di bagian dalam tubuh. Karena bukan peserta BPJS, pihak keluarga merogoh kocek hingga Rp1,3 jutaan untuk biaya perawatan awal.
"Di sana sudah rapid hasilnya negatif, tapi ada pembengkakan di bagian dalam dada. Dokter Buah Hati meminta kita melanjutkan perawatan ke RSU Tangsel," jelasnya. (Baca juga; RSU Tangsel Siapkan Ruang Isolasi Sementara Pasien Terduga Corona )
Sesampainya di IGD RSU, dokter jaga menjelaskan bahwa ruang perawatan telah penuh. Jadi pasien dengan gejala COVID-19, terpaksa dirawat sementara dalam tenda di halaman depan IGD. Pihak keluarga pun tak keberatan, asalkan tak mengurangi pelayanan darurat yang diberikan.
"Waktu itu yang bawa anak saya dan mantu, jadi katanya kamar penuh dan harus dirawat di tenda. Tapi setelah beberapa lama di tenda itu, sampai berjam-jam nggak ada yang kontrol, cuma diinfus sama dikasih obat. Kalau infusnya habis ya mesti kita dari keluarga yang bawelin bolak-balik ke dalam kasih tahu, itu pun lama berjam-jam baru dicek," terang Edi.
Barulah setelah pihak keluarga mendesak meminta rujukan pindah rumah sakit, petugas medis mulai memberi perhatian dengan mendatangi tenda pukul 23.00 WIB. Ketika itu, perawat memberikan obat dan penggantian tabung oksigen. Sementara kondisi Elih terlihat kian drop dan lemas. (Baca juga; Pasien DBD di RSU Tangsel Dirawat di Lorong-lorong )
Pihak keluarga mengaku sudah ikhlas, meskipun tetap terlihat menyesalkan minimnya tindakan darurat yang diambil pihak medis. Elih mengalami keluhan nyeri di bagian dada dan dibawa ke IGD RSU Tangsel pada Selasa 8 September 2020 dini hari dengan kondisi dipapah.
Suaminya, Edi Mulyadi (51), menceritakan pada Senin 7 September 2020 istrinya mengeluh sakit di bagian dada. Lantas Elih dibawa ke klinik dekat rumahnya, Kampung Cilalung, RT05 RW05, Jombang, Ciputat.
Karena peralatan terbatas, Elih kemudian diminta langsung menjalani perawatan di Puskesmas Jombang. Setibanya di Puskesmas, petugas medis memberikannya sejumlah obat, namun dengan catatan jika belum sembuh harus dibawa ke rumah sakit terdekat.
"Sampai pada malam harinya, istri saya masih sakit nyeri. Akhirnya karena sesuai anjuran di Puskesmas, langsung saya bawa ke Rumah Sakit IMC Bintaro, tapi di sana penuh semua kamar. Terus saya pindah lagi ke Rumah Sakit Buah Hati Ciputat, sempat dicek medis di sana," tutur Edi kepada wartawan, Jumat (11/9/2020).
Tim medis IGD RS Buah Hati pun sempat memeriksa Elih, termasuk dengan melakukan rontgen dan rapid test. Hasil test menunjukkan non reaktif, namun terdiagnosa ada pembengkakan di bagian dalam tubuh. Karena bukan peserta BPJS, pihak keluarga merogoh kocek hingga Rp1,3 jutaan untuk biaya perawatan awal.
"Di sana sudah rapid hasilnya negatif, tapi ada pembengkakan di bagian dalam dada. Dokter Buah Hati meminta kita melanjutkan perawatan ke RSU Tangsel," jelasnya. (Baca juga; RSU Tangsel Siapkan Ruang Isolasi Sementara Pasien Terduga Corona )
Sesampainya di IGD RSU, dokter jaga menjelaskan bahwa ruang perawatan telah penuh. Jadi pasien dengan gejala COVID-19, terpaksa dirawat sementara dalam tenda di halaman depan IGD. Pihak keluarga pun tak keberatan, asalkan tak mengurangi pelayanan darurat yang diberikan.
"Waktu itu yang bawa anak saya dan mantu, jadi katanya kamar penuh dan harus dirawat di tenda. Tapi setelah beberapa lama di tenda itu, sampai berjam-jam nggak ada yang kontrol, cuma diinfus sama dikasih obat. Kalau infusnya habis ya mesti kita dari keluarga yang bawelin bolak-balik ke dalam kasih tahu, itu pun lama berjam-jam baru dicek," terang Edi.
Barulah setelah pihak keluarga mendesak meminta rujukan pindah rumah sakit, petugas medis mulai memberi perhatian dengan mendatangi tenda pukul 23.00 WIB. Ketika itu, perawat memberikan obat dan penggantian tabung oksigen. Sementara kondisi Elih terlihat kian drop dan lemas. (Baca juga; Pasien DBD di RSU Tangsel Dirawat di Lorong-lorong )