Sindir Anies Berpikir seperti Dosen, Ahok Dinilai Sudah Emosi

Sabtu, 14 Januari 2017 - 15:24 WIB
Sindir Anies Berpikir seperti Dosen, Ahok Dinilai Sudah Emosi
Sindir Anies Berpikir seperti Dosen, Ahok Dinilai Sudah Emosi
A A A
JAKARTA - Debat publik Cagub-Cawagub DKI Jakarta yang digelar KPU DKI itu seharusnya menjadi ajang adu argumen dan saling serang pada tiap program yang akan dijalaninya. Faktanya, paslon Basuki T Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat malah menyerang paslon lain dengan karakternya.

Pengamat Politik dari Lembaga Penelitian Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, dia mengkritik paslon nomor urut 2 dalam debat publik yang digelar KPU DKI. Sebab, Ahok-Djarot kerap menyerang paslon lainnya dengan persoalan karakternya, bukan pada program kerja yang bakal dijalaninya nanti.

"Saya sayangkan dari sosok Ahok itu, dia menyerang karakter paslon lainnya, seperti Anies (Baswedan). Dia bilang Anies berpikirnya sebagai dosen tapi bukan tataran kerja, hanya dari hapalan, dan hanya pintar retorika saja," ujarnya pada SINDOnews, Sabtu (14/1/2017).

Menurutnya, pada sesi ketiga debat, Ahok menjadi dirinya, yakni sosok yang selalu menyerang lawan bicaranya dan emosional. Debat tersebut, memang ibarat sepak bola, pertahanan yang bagus itu menyerang. Namun, seharusnya tidak menyerang dengan karakter seseorang.

Lebih jauh, kata Pangi, Ahok pun menyerang Cawagub Sylviana Murni saat dia bekerja di massa pemerintahan Fauzi Bowo dahulu. Namun memang, dalam debat tersebut, tak akan menarik bila Ahok tak menjadi dirinya. Seperti dalam sesi pertama dan kedua.

"Debat di awal, sesi pertama dan kedua, Ahok tidak jadi dirinya sendiri, aslinya belum kelihatan, maka itu dia tampak tak menguasai konten. Baru setelah dia gunakan pola menyerang dan jadi aslinya. Semakin diserang semakin membahayakan lawan. Dan dalam debat itu terjadi perang asimetris, dinamis, dan saling lempar bola serta saling sindir ketiga calon," tuturnya.

Pada sesi pertama debat misalnya, beber Pangi, dia melihat saat Ahok tak menjadi dirinya, Ahok tampak canggung saat menekankan kesantunan itu sangat penting, dia mengakui kelemahan, dan akan memperbaiki diri terutama dalam hal kesantunan. Bahkan, dia berulangkali menyebut kata santun di segmen pertama seakan-akan dia berusaha meyakinkan publik kalau dia sudah berubah.

Adapun dalam debat tersebut, ungkapnya, memang cukup mudah bagi Ahok dalam menjawab pertanyaan, seperti persoalan kemiskinan. Paslon Ahok-Djarot mudah memaparkan program yang telah mereka lakukan, bukan lagi akan melakukannya dan beranji. Namun, Ahok menyampaikan dialah yang menguasai tataran implementatif karena memang dia sebagai petahana.

Begitu juga dengan soal penggusuran, tambah Pangi, Ahok-Djarot mampu memaparkan program yang sudah dilakukannya selama ini untuk kebahagian masyarakat dengan cara memindahkan orang yang tinggal dikolong atau pinggir sungai ke rusun yang manusiawi, dan diberi bantuan pendidikan.

"Namun, terkait soal komitmen untuk menyelesaikan jabatan sebagai gubernur 5 tahun ke depan, hanya Agus dan Ahok yang tampak seperti tidak punya komitmen. Dugaan saya, Pilkada DKI Jakarta hanya sebagai batu loncatan ke tangga Pilpres, mengikuti pendahulunya, yaitu Presiden Jokowi tempo dulu," katanya.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8316 seconds (0.1#10.140)