Kampus UKI-Pena 98 Gelar Diskusi Refleksi 25 Tahun Reformasi

Sabtu, 13 Mei 2023 - 13:09 WIB
loading...
Kampus UKI-Pena 98 Gelar Diskusi Refleksi 25 Tahun Reformasi
Universitas Kristen Indonesia (UKI) dan Persatuan Nasional Aktivis (PENA) 98 menggelar Diskusi Interaktif Refleksi 25 Tahun Reformasi – Kami Tidak Pernah Lupa Siapa Pelakunya!. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Universitas Kristen Indonesia (UKI) dan Persatuan Nasional Aktivis (PENA) 98 menggelar Diskusi Interaktif “Refleksi 25 Tahun Reformasi – Kami Tidak Pernah Lupa Siapa Pelakunya!”. Diskusi ini digelar dalam memperingati seperempat abad reformasi.

Diskusi digelar di Gedung Grha William Soeryadjaya, UKI Cawang, Jakarta. Rektor UKI, Dhaniswara K. Harjono
menceritakan rekam ingatan situasi Indonesia sejak tahun 80 hingga 90, dan menjelang jatuhnya rezim Orde Baru di 1998.

Menurut Dhaniswara, dirinya berjuang untuk datang di acara diskusi ini sebagai bagian dari menghormati dan mengenang, perjuangan aktivis reformasi, meskipun kondisi tubuhnya sedang tidak fit. Sebagai pemimpin UKI, Dhaniswara mengajak semua mahasiswa untuk menggali, memahami dan meneruskan cita-cita Reformasi.

“Tugas belum selesai, misi juga belum selesai. Saatnya mengisi masa depan reformasi, dengan mengenang dan melanjutkan cita-cita reformasi. Acara ini akan bermanfaat untuk adik-adik mahasiswa yang mungkin belum tahu secara penuh apa yang terjadi di 1998, dan apa pelajaran yang bisa kita petik dari perjuangan para aktivis di masa itu. Saya ucapkan selamat kita berdikusi dan mari mewujudnyatakan rakyat yang sejahtera dan Indonesia kita bawa bersama menuju arah yang lebih baik.” katanya.

Fendy Mugni dari PENA 98, mengatakan, perjuangan reformasi yang membuahkan hasil dan membuat begitu banyak perubahan yang bisa dinikmati dan dirasakan bersama saat ini.


“Perubahan yang terjadi dalam era reformasi memungkinkan kebebasan yang bersama kita rasakan saat ini. Jika dulu ada tiga partai, sekarang kita bisa melihat banyak partai, kebebasan pers, juga kesempatan untuk menjadi penjabat negara. Sehingga memungkinkan orang seperti Presiden Joko Widodo yang berasal dari keluarga yang bukan apa-apa, tapi bisa menjadi Presiden,” ujarnya.

Aktivis Forum Kota (Forkot) dr. Batara Imanuel Sirait mempunyai segudang cerita unik, khususnya bantuan medis dengan semangat solidaritas yang sangat tinggi. “25 tahun yang lalu, hampir tidak mungkin membuat acara diskusi seperti ini. Kumpul 3-5 orang saja, pasti ada tukang nasi goreng muncul di depan rumah. Semua kita merasakan gas air mata hingga pentungan PHH. Saat itu situasi tentu membuat takut. Namun kita lebih takut lagi jika negara kita hancur," ujarnya.

Sementara itu Komisioner Komnas HAM Suarlin Siagian, melihat bahwa mahasiswa punya posisi spesial dan terhormat, yang dilaksanakan dengan baik dalam aksi di 98. Namun sayangnya mendapat perlakuan yang tidak semestinya.

“Ini menimbulkan trauma tersendiri bagi para mahasiswa yang menjadi aktivis saat itu dan menjadi korban dari tindakan represif aparat. Tidak hanya mahasiswa yang korban, namun keluarga juga ikut merasakan. Sampai saat ini Presiden telah mengeluarkan satu inpres dan kepres untuk pemulihan terhadap keluarga korban. Itu berita baik untuk setidaknya mengobati para korban dan keluarga yang menderita secara psikologis, sosial dan ekonomi,” ucapnya.
(hab)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2084 seconds (0.1#10.140)