Kenakalan Remaja Sudah Memprihatinkan, Akademisi: Perlu Peran Bersama Mengatasinya

Jum'at, 10 Maret 2023 - 02:16 WIB
loading...
Kenakalan Remaja Sudah Memprihatinkan, Akademisi: Perlu Peran Bersama Mengatasinya
Akademisi dari STIE PBM Jakarta Dr Rita Zahara menilai kenakalan remaja sudah menjadi masalah sosial di lingkungan masyarakat, sekaligus bagian dari patologi sosial. Foto: SINDOnews/Dok
A A A
JAKARTA - Maraknya kenakalan remaja, seperti penganiayaan dan aksi tawuran , sudah sangat memprihatinkan dan meresahkan masyarakat. Untuk itu, perlu peran keluarga, masyarakat, sekolah, dan pemerintah dalam mengatasinya.

Akademisi dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pengembangan Bisnis Manajemen (STIE PBM) Jakarta Dr Rita Zahara mengatakan, kenakalan remaja merupakan sebuah fenomena sosial yang seringkali ditemui pada kalangan pelajar. Bentuk kenakalan remaja berkaitan dengan sikap menyimpang yang dilakukan baik di sekolah, rumah, atau lingkungan masyarakat.

"Kenakalan remaja bukan hanya sekedar kejahilan semata, namun menjadi masalah serius yang dihadapi di tengah masyarakat. Kenakalan remaja ini bertentangan dengan hukum. Kenakalan remaja ini biasanya merupakan tanda dari remaja yang ingin diperhatikan," ujar Rita, dalam keterangan tertulis, Kamis (9/3/2023).


Wanita yang juga menjabat Ketua STIE PBM ini menjelaskan, terdapat beberapa bentuk kenakalan remaja, di antaranya kenakalan yang melanggar hukum, melanggar disiplin (meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah), kabur atau pergi meninggalkan rumah, dan berpesta semalaman.

Kenakalan yang melawan hukum misalnya memakai dan mengedarkan obat terlarang, pelanggaran tata susila, tawuran, dan penganiayaan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kenakalan remaja.

Dari sisi faktor internal, yakni krisis identitas. Suatu perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan menjadi dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuk perasaan akan konsisten dalam kehidupan. Kedua tercapai identitas peran.

"Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua. Kontrol diri yang lemah, belum dapat mempelajari dan membedakan tingkah laku yang bisa diterima dengan yang tidak bisa diterima akan terseret dengan prilaku nakal," katanya.

Begitupun bagi remaja yang sudah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, tapi tidak dapat mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.

Penyebab lainnya, kata Rita, faktor biologis dan kepribadian, pola asuh yang salah, kurangnya kasih sayang orang tua, kurangnya pemahaman mengenai agama, dan kondisi lingkungan sekitar. "Yang bisa memberhentikan kenakalan remaja adalah peran keluarga, masyarakat, sekolah, dan pemerintah,” katanya.

Baca juga: Bisa Cegah Kenakalan Remaja, DPR Dukung Langkah Polda Metro Jaya Gelar Street Boxing

Kemajuan teknologi juga dapat memengaruhi perkembangan remaja. Era globalisasi menunjukkan pengaruh yang dahsyat sebagai faktor penyebab kenakalan remaja. Rita menyebut dampak postif dan negatif dari era globalisasi dan digitalisasi terhadap kenakalan remaja sangan tinggi.

Dari sisi dampak positif, globalisasi membuat pola pikir generasi milenial atau remaja lebih maju dalam penggunaan teknologi infornasi dan komunikasi.

Sedangkan dampak negatif, di antaranya kebudayaan instan, memudarkan dan bergesernya nilai-nilai budaya lokal yang menimbulkan anomi dan sangat mempengaruhi kehidupan remaja, baik di bidang ekonomi, sosial, dan budaya.

"Dalam era globalisasi saat ini, khususnya bidang informasi dan teknologi, para remaja memiliki prilaku yang berpotensi menyimpang dari budaya dan norma yang berlaku di Indonesia. Sikap, mental, dan prilaku remaja-ramaja ini sangat mudah terpengaruh dengan hal-hal baru,” ucapnya.

Peran tenaga pendidik terhadap kenakalan remaja sangat diharapkan untuk menjadi wadah dalam mengembangkan talenta dan waktu para remaja melakukan kegiatan yang positif. Kemudian membuat mereka memiliki kompetensi yang baik di masyarakat.

Menurut Rita, kenakalan remaja sudah menjadi masalah sosial di lingkungan masyarakat, sekaligus bagian dari patologi sosial (penyakit dalam masyarakat). Sebab kenakalan remaja dapat mengganggu kenyamanan masyarakat, serta melibatkan banyak pihak dalam prosesnya.

Rita mengungkapkan, terdapat beberapa cara mengatasi kenakalan remaja. Cara yang paling efektif adalah menciptakan lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang di rumah.

Solusi lain, orang tua perlu memahami kenapa anak terlibat dalam kenakalan remaja, membuat peraturan dan hukuman, serta memberikan reward untuk dapat menjadi motivasi.

Kemudian, saling terbuka dalam berkomunikasi, buat kesepakatan tertulis, tegas dan konsisten, jadilah panutan yang baik, ajarkan tanggung jawab, jangan pernah lepas tangan dalam segala hal yang telah disepakati dari awal, batasi penggunaan gadget, serta biarkan mereka menjalani konsekuensinya sendiri.

"Sebagai seorang ibu, saya melihat dampak kenakalan remaja yang terjadi pada siswa akan dapat menyebabkan ketidakharmonisan dalam keluarga dan terputusnya komunikasi antara anak dan orang tua," katanya.

Pergaulan bebas juga sering dikaitkan dengan kenakalan remaja, sering tidak terkontrol dan menjerumuskan ke hal negatif. Tuntutan para remaja untuk melakukan pergaulan bebas kerap ditemukan di kalangan pelajar, terutama pada usia 15-19 tahun dan terjadi dimana-mana. Hal ini terjadi karena ada gejolak dari dalam dirinya dan oleh lingkungan sekitar.

Oleh karena itu, Rita berharap pemerintah dapat mengatasi kenakalan-kenakalan remaja ini. Salah satunya dengan menyiapkan fasiltas sarana dan prasarana pengembangan diri remaja, baik secara umum maupun secara khusus.

Kemudian, memberikan perlindungan hukum bagi anak-anak remaja, pelatihan skill, serta ilmu dan moral yang baik dalam mejalankan proses kehidupan.
(thm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1146 seconds (0.1#10.140)