2 Polisi Penembak 6 Laskar FPI Divonis Bebas, PA 212: Keadilan Telah Mati
Minggu, 20 Maret 2022 - 09:00 WIB
JAKARTA - Keadilan di negeri ini dianggap telah mati. Hal demikian buntut dari vonis bebas dua polisi sekaligus penembak enam anggota laskar Front Pembela Islam ( FPI ) di KM 50 Tol Cikampek.
"Innalillahi wa inna ilaihiraji'un telah mati keadilan yang selalu terulang dalam kasus kasus yang berkenaan terhadap kelompok kontra rezim saat ini," ujar Wakil Ketua Sekretaris Jenderal Persadaraan Alumni (Wasekjen PA) 212 Habib Novel Bamukmin saat dikonfirmasi, Minggu (20/3/2022).
Dia menyebutkan, wibawa penegakan hukum kini sudah tercoreng dengan menggelar sidang pengadilan dagelan. Pasalnya, sidang tersebut penuh dengan rekayasa.
"Dengan kepiawaian merekayasa demi kelompok penguasa yang tentunya bersama oligarki demi menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa dengan membunuh putra putra terbaik anak bangsa," tambah Haib Novel.
Dia mengungkapkan, rezim ini telah memberi contoh membunuh adalah hal yang biasa bukan lagi hal sanksi hukum terberat.
"Sehingga pembunuhan tanpa keputusan pengadilan akan berlanjut bisa dilakukan oleh para oknum aparat penegak hukum atas nama konstitusi," kata Novel.
Ia melihat oknum jaksa, hakim, juga pengacara terdakwa jelas akan menanggung akibatnya cash dari Allah di dunia.
“Namun yang pasti mereka tidak akan lolos di akhirat nanti dengan hukuman neraka jahanam sebagai perjumpaan nanti dipengadilan akhirat dengan enam para syuhada dan keluarga besarnya di hisab akhirat nanti," tambah Habib Novel.
Dikatakan Habib Novel, kemungkaran mempertontonkan ketidak adilan rezim pemerintahan saat ini jelas akan mengundang murkanya Allah.
"Innalillahi wa inna ilaihiraji'un telah mati keadilan yang selalu terulang dalam kasus kasus yang berkenaan terhadap kelompok kontra rezim saat ini," ujar Wakil Ketua Sekretaris Jenderal Persadaraan Alumni (Wasekjen PA) 212 Habib Novel Bamukmin saat dikonfirmasi, Minggu (20/3/2022).
Dia menyebutkan, wibawa penegakan hukum kini sudah tercoreng dengan menggelar sidang pengadilan dagelan. Pasalnya, sidang tersebut penuh dengan rekayasa.
"Dengan kepiawaian merekayasa demi kelompok penguasa yang tentunya bersama oligarki demi menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa dengan membunuh putra putra terbaik anak bangsa," tambah Haib Novel.
Dia mengungkapkan, rezim ini telah memberi contoh membunuh adalah hal yang biasa bukan lagi hal sanksi hukum terberat.
"Sehingga pembunuhan tanpa keputusan pengadilan akan berlanjut bisa dilakukan oleh para oknum aparat penegak hukum atas nama konstitusi," kata Novel.
Ia melihat oknum jaksa, hakim, juga pengacara terdakwa jelas akan menanggung akibatnya cash dari Allah di dunia.
“Namun yang pasti mereka tidak akan lolos di akhirat nanti dengan hukuman neraka jahanam sebagai perjumpaan nanti dipengadilan akhirat dengan enam para syuhada dan keluarga besarnya di hisab akhirat nanti," tambah Habib Novel.
Dikatakan Habib Novel, kemungkaran mempertontonkan ketidak adilan rezim pemerintahan saat ini jelas akan mengundang murkanya Allah.
tulis komentar anda