Alat Swab Antigen Dikuasai Asing, Pengusaha Lokal dan Buruh di Bekasi Menjerit

Kamis, 18 November 2021 - 12:35 WIB
Buruh pabrik produsen alat kesehatan menggelar demo di PT Sri Tita Medika, Desa Hegarmukti, Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi, Kamis (18/11/2021). Foto: SINDOnews/Abdullah M Surjaya
BEKASI - Alat swab antigen dikuasai produk asing membuat pengusaha lokal dan buruh di Bekasi menjerit. Lesunya produk alat kesehatan dalam negeri telah membuat buruh pabrik pembuatan alat kesehatan kehilangan pekerjaan.

Kondisi ini terjadi di salah satu pabrik produsen alat kesehatan di Kabupaten Bekasi. Akibat dirumahkan, karyawan menggelar demo di depan tempat kerja mereka di PT Sri Tita Medika, Desa Hegarmukti, Kecamatan Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi, Kamis (18/11/2021).

Baca juga: Buruh Tuntut UMP DKI Jakarta Naik 10%, Begini Respons Pengusaha Pribumi

Mereka menyuarakan aspirasi terkait kesejahteraan selama bekerja yang semakin memburuk. Bahkan beberapa di antaranya telah dirumahkan tanpa pernah dipanggil kembali. "Kami mohon manajemen perusahaan untuk memerhatikan nasib kami ke depannya dan juga teman-teman kami yang sudah dirumahkan," ujar Owi Indra, perwakilan buruh.

Berdasarkan hasil perundingan dengan pihak manajemen, kondisi perusahaan tengah lesu. Kendati di tengah pandemi persoalan kesehatan sangat diprioritaskan, namun pabrik pembuatan peralatan kesehatan ini justru kekurangan pesanan.



"Memang sekarang banyak produk yang dipakainya itu yang impor padahal kan di kami ada. Kami berharap Presiden Jokowi mendengar supaya bisa mengutamakan produksi alat kesehatan dalam negeri ketimbang alat kesehatan impor," kata Owi.

Manajemen PT Sri Tita Medika tidak memungkiri perusahaannya sedang terpuruk menyusul sulitnya pendistribusian alat kesehatan. Produksi alat swab dalam negeri tidak digunakan karena lebih banyak impor. "Perusahaan sedang berusaha mendapatkan pasar untuk dipasok. Tapi, kondisinya saat ini banyak produk yang malah dari luar negeri sedangkan produk dalam negeri justru tidak dipakai padahal secara kualitas kami lebih baik dan harganya lebih terjangkau," ujar General Manager PT Sri Tita Medika Heru Purnomo.

Dia menyayangkan banyak pihak yang lebih memilih menggunakan produk impor untuk kebutuhan tes PCR maupun antigen. Bahkan, alat impor itu digunakan oleh BUMN yang bergerak di bidang transportasi seperti di stasiun dan bandara. Padahal, seharusnya perusahaan pelat merah mendukung penggunaan produk dalam negeri.

Baca juga: Buruh Ngotot Upah Tahun 2022 Naik 10 Persen, Pengusaha Minta Ditunda
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More