Olah TKP Bus Transjakarta vs Bajaj, 2 Sopir Sampaikan Kronlogis versi Masing-masing
Senin, 25 Mei 2020 - 22:00 WIB
JAKARTA - Subdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya menggelar olah TKP kecelakaan maut antara bus Transjakarta dengan bajaj di persimpangan Jalan Lodan Raya, Pademangan, Jakarta Utara, yang menyebabkan satu orang tewas. Sopir bajaj dan pramudi bus Transjakarta dihadikan ke lokasi guna mengetahui penyebab kecelakaan maut tersebut pada Senin (25/5/2020) sore.
Pengemudi Transjakarta PPD 215, Sukijo (45) menjelaskan, ketika itu bus baru saja keluar dari jalur shelter Ancol, tiba-tiba muncul bajaj dari arah Jalan Lodan dengan kecepatan tinggi. "Mungkin karena sopir bajaj kaget lihat bus transjakarta, dia banting setir ke kiri, tapi tidak mampu. Makanya langsung tabrak mobil saya, posisi bus saat kejadiaanya di tengah," kata Sukijo di TKP, Senin (25/5/2020) sore.
Sukijo mengaku dirinya dalam keadaan sadar dan tidak mengantuk saat mengemudik bus tersebut. "Ada saksi saya empat orang, saksi saya sudah bilang ke polisi, kalau kami dihantam sama bajaj. Harusnya dia tahu kalau ada jalur Transjakarta," ujarnya.
Meski demikian, Sukijo mengakui bahwa dirinya membawa bus sempat keluar jalur yang bukan semestinya yakni mengambil jalur lawan. "Saya keluar dari shelter Ancol, saya agak keluar sedikit garis merah dan bajaj juga agak kencang dari arah Lodan," tuturnya.
Sementara itu pengemudi sopir bajaj, Daryono (41) mengungkapkan, saat itu membawa penumpang yang merupakan teman-temannya sehabis bekerja sebagai juru parkir."Setelah menjemput tiga teman saya di perjalanan tiba tiba saya kaget ada muncul bus dari sebelah kiri," katanya.
Daryono pun mengaku sudah melihat bus sebelum melintas, akan tetapi pada saat mendekati lokasi. Bus terlihat mengambil jalur yang bukan jalurnya. (Baca: Bus Transjakarta Tabrak Bajaj di Pademangan, Satu Tewas Terpental)
"Kalau jalurnya benar, enggak mungkin ada kecelakaan. Kan ada dua jalur ini, buat masuk sama keluar. Itu kan jauh di bintang putih itu sama ini kan jauh. Kalau dia ngambil lurus, saya ke makan. Seharusnya kan ngikutin jalur merah," ujarnya.
Bicara soal kecepatan, Daryono mengakui telah melaju bajaj dengan kecepatan maksimal. "Tapi saya sudah berusaha ngerem. Dan rem saya juga pakem. Buktinya kan di situ berhenti, 'kepepes' dan kejadiannya sudah kebanting sudah enggak tahu lagi," jelasnya.
Ketika bajaj-nya menabrak badan Bus dan terpelanting ke kiri, Daryono pun heran pengemudi bus tidak mencoba berhentikan kendaraannya. "Sebelum menabrak saya sempat banting stir ke kiri tapi ternyata masih terserempet juga dan kebalik. Penumpang jebol dari jendela tapi terus masih jalan saja bukannya ngerem akhirmya kelindas," terang Daryono.
Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya AKBP Fahri Siregar memastikan hasil olah TKP akan segera dirilis. "Kita akan rilis kalau sudah olah TKP. Ini kan setelah kejadian perkara kan kita melakukan olah TKP Untuk menentukan bagaimana key point dan sebagainya. Biarkan anggota kerja," katanya kepada SINDOnews.
Pengemudi Transjakarta PPD 215, Sukijo (45) menjelaskan, ketika itu bus baru saja keluar dari jalur shelter Ancol, tiba-tiba muncul bajaj dari arah Jalan Lodan dengan kecepatan tinggi. "Mungkin karena sopir bajaj kaget lihat bus transjakarta, dia banting setir ke kiri, tapi tidak mampu. Makanya langsung tabrak mobil saya, posisi bus saat kejadiaanya di tengah," kata Sukijo di TKP, Senin (25/5/2020) sore.
Sukijo mengaku dirinya dalam keadaan sadar dan tidak mengantuk saat mengemudik bus tersebut. "Ada saksi saya empat orang, saksi saya sudah bilang ke polisi, kalau kami dihantam sama bajaj. Harusnya dia tahu kalau ada jalur Transjakarta," ujarnya.
Meski demikian, Sukijo mengakui bahwa dirinya membawa bus sempat keluar jalur yang bukan semestinya yakni mengambil jalur lawan. "Saya keluar dari shelter Ancol, saya agak keluar sedikit garis merah dan bajaj juga agak kencang dari arah Lodan," tuturnya.
Sementara itu pengemudi sopir bajaj, Daryono (41) mengungkapkan, saat itu membawa penumpang yang merupakan teman-temannya sehabis bekerja sebagai juru parkir."Setelah menjemput tiga teman saya di perjalanan tiba tiba saya kaget ada muncul bus dari sebelah kiri," katanya.
Daryono pun mengaku sudah melihat bus sebelum melintas, akan tetapi pada saat mendekati lokasi. Bus terlihat mengambil jalur yang bukan jalurnya. (Baca: Bus Transjakarta Tabrak Bajaj di Pademangan, Satu Tewas Terpental)
"Kalau jalurnya benar, enggak mungkin ada kecelakaan. Kan ada dua jalur ini, buat masuk sama keluar. Itu kan jauh di bintang putih itu sama ini kan jauh. Kalau dia ngambil lurus, saya ke makan. Seharusnya kan ngikutin jalur merah," ujarnya.
Bicara soal kecepatan, Daryono mengakui telah melaju bajaj dengan kecepatan maksimal. "Tapi saya sudah berusaha ngerem. Dan rem saya juga pakem. Buktinya kan di situ berhenti, 'kepepes' dan kejadiannya sudah kebanting sudah enggak tahu lagi," jelasnya.
Ketika bajaj-nya menabrak badan Bus dan terpelanting ke kiri, Daryono pun heran pengemudi bus tidak mencoba berhentikan kendaraannya. "Sebelum menabrak saya sempat banting stir ke kiri tapi ternyata masih terserempet juga dan kebalik. Penumpang jebol dari jendela tapi terus masih jalan saja bukannya ngerem akhirmya kelindas," terang Daryono.
Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya AKBP Fahri Siregar memastikan hasil olah TKP akan segera dirilis. "Kita akan rilis kalau sudah olah TKP. Ini kan setelah kejadian perkara kan kita melakukan olah TKP Untuk menentukan bagaimana key point dan sebagainya. Biarkan anggota kerja," katanya kepada SINDOnews.
(hab)
tulis komentar anda