Kasus COVID-19 di Kota Bogor Melonjak, Bima Arya Sibuk Urusi Vaksinasi
Jum'at, 04 Desember 2020 - 02:30 WIB
BOGOR - Kasus COVID-19 di Kota Bogor melonjak. Data terbaru, Kamis (3/12/2020), jumlah pasien terinfeksi virus corona bertambah 53 orang. Dengan adanya penambahan itu, maka total pasien COVID-19 di Kota Bogor sebanyak 3.501 orang.
"Rinciannya masih sakit 591 orang, selesai isolasi/sembuh 2.812 orang, dan meninggal 98 orang," ungkap Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, Kamis (3/12/2020).
Menurut Wali Kota Bogor ini, pemkot sedang mempersiapkan program vaksinasi nasional yang dicanangkan pemerintah pusat. Ia menekankan tiga hal sebelum program vaksinasi COVID-19 dilaksanakan secara nasional. Pertama adalah sosialisasi dan edukasi. Kedua, target dan ketiga, teknis simulasi pemberian vaksin. (
)
"Sebelum pemberian vaksin kepada warga, yang utama adalah pemberian pemahaman, sosialisasi edukasi tentang vaksin kepada warga. Hal ini sempat saya sampaikan ke Bapak Presiden saat simulasi vaksinasi di Puskesmas Tanah Sareal pertengahan November kemarin. Karena jangankan vaksin, hingga hari ini masih ada warga yang tidak percaya bahwa COVID-19 itu nyata dan ada," kata Bima.
Menurutnya, 19% warga Kota Bogor tidak percaya COVID-19 dan 50% lainnya ragu-ragu. "Jadi, menurut saya, paling menentukan adalah pemahaman warga tentang vaksin," kata Bima Arya.
Bima Arya membagi tiga kategori warga yang enggan diberi vaksin, yakni ada warga yang tidak ingin diberi vaksin karena tidak percaya bahwa COVID-19 itu ada dan nyata. Kemudian ada juga karena alasan keagamaan dan ada juga karena takut, tidak percaya bahwa vaksin itu aman. Untuk itu, diperlukan edukasi dan pemahaman yang baik agar warga dapat memberi respons positif. ( )
"Untuk sosialisasi dan edukasi, kita tidak sendiri tetapi harus berkolaborasi, sebagai contoh perlunya keterlibatan para tokoh agama dan tenaga medis. Jadi, aspek pertama adalah sosialisasi," kata Arya.
Selanjutnya adalah menentukan target siapa saja yang diberikan vaksin. Berdasarkan data, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor telah menetapkan target penerima vaksin yang difokuskan pada warga usia produktif, kisaran 17-59 tahun.
Namun demikian, kata Bima Arya, untuk vaksinasi tahap awal nanti kuotanya hanya 20% dari jumlah yang sudah ditetapkan atau kurang lebih jumlahnya 160.000 warga. Dari jumlah tersebut nantinya akan disortir kembali, salah satu di antaranya warga yang tidak memiliki penyakit penyerta atau komorbid.
"Jadi, kita tetapkan sasaran seperti apa, kita perlu untuk memastikan administratifnya terpenuhi, kita kroscek dengan Disdukcapil dan yang lainnya," kata Bima.
Setelah target usia secara keseluruhan, di samping usia produktif, pemberian vaksin juga didasari skala prioritas. Di antaranya para tenaga pendidik, pelayan publik, termasuk di dalamnya ASN, TNI dan Polri, baru kemudian yang lainnya.
Mengenai teknis simulasi pemberian vaksin (vaksinasi), Bima Arya juga mengingatkan vaksinasi dimulai dari tempat mana, siapa petugas dan prosesnya bagaimana. Kota Bogor telah melakukan simulasi berkali-kali dan berjalan lancar, yang diikuti semua kalangan, khususnya para pelayan publik.
"Rinciannya masih sakit 591 orang, selesai isolasi/sembuh 2.812 orang, dan meninggal 98 orang," ungkap Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, Kamis (3/12/2020).
Menurut Wali Kota Bogor ini, pemkot sedang mempersiapkan program vaksinasi nasional yang dicanangkan pemerintah pusat. Ia menekankan tiga hal sebelum program vaksinasi COVID-19 dilaksanakan secara nasional. Pertama adalah sosialisasi dan edukasi. Kedua, target dan ketiga, teknis simulasi pemberian vaksin. (
Baca Juga
"Sebelum pemberian vaksin kepada warga, yang utama adalah pemberian pemahaman, sosialisasi edukasi tentang vaksin kepada warga. Hal ini sempat saya sampaikan ke Bapak Presiden saat simulasi vaksinasi di Puskesmas Tanah Sareal pertengahan November kemarin. Karena jangankan vaksin, hingga hari ini masih ada warga yang tidak percaya bahwa COVID-19 itu nyata dan ada," kata Bima.
Menurutnya, 19% warga Kota Bogor tidak percaya COVID-19 dan 50% lainnya ragu-ragu. "Jadi, menurut saya, paling menentukan adalah pemahaman warga tentang vaksin," kata Bima Arya.
Bima Arya membagi tiga kategori warga yang enggan diberi vaksin, yakni ada warga yang tidak ingin diberi vaksin karena tidak percaya bahwa COVID-19 itu ada dan nyata. Kemudian ada juga karena alasan keagamaan dan ada juga karena takut, tidak percaya bahwa vaksin itu aman. Untuk itu, diperlukan edukasi dan pemahaman yang baik agar warga dapat memberi respons positif. ( )
"Untuk sosialisasi dan edukasi, kita tidak sendiri tetapi harus berkolaborasi, sebagai contoh perlunya keterlibatan para tokoh agama dan tenaga medis. Jadi, aspek pertama adalah sosialisasi," kata Arya.
Selanjutnya adalah menentukan target siapa saja yang diberikan vaksin. Berdasarkan data, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor telah menetapkan target penerima vaksin yang difokuskan pada warga usia produktif, kisaran 17-59 tahun.
Namun demikian, kata Bima Arya, untuk vaksinasi tahap awal nanti kuotanya hanya 20% dari jumlah yang sudah ditetapkan atau kurang lebih jumlahnya 160.000 warga. Dari jumlah tersebut nantinya akan disortir kembali, salah satu di antaranya warga yang tidak memiliki penyakit penyerta atau komorbid.
"Jadi, kita tetapkan sasaran seperti apa, kita perlu untuk memastikan administratifnya terpenuhi, kita kroscek dengan Disdukcapil dan yang lainnya," kata Bima.
Setelah target usia secara keseluruhan, di samping usia produktif, pemberian vaksin juga didasari skala prioritas. Di antaranya para tenaga pendidik, pelayan publik, termasuk di dalamnya ASN, TNI dan Polri, baru kemudian yang lainnya.
Mengenai teknis simulasi pemberian vaksin (vaksinasi), Bima Arya juga mengingatkan vaksinasi dimulai dari tempat mana, siapa petugas dan prosesnya bagaimana. Kota Bogor telah melakukan simulasi berkali-kali dan berjalan lancar, yang diikuti semua kalangan, khususnya para pelayan publik.
(abd)
tulis komentar anda