63 pedagang Blok G tutup kios
A
A
A
Sindonews.com - Sebanyak 63 pedagang di Pasar Blok G Tanah Abang menutup kiosnya. Penutupan kios lantaran setelah enam bulan menempati kios, namun tidak ada penghasilan yang signifikan.
Tidak hanya itu sebagian pedagang yang masih bertahan berharap agar pemerintah memperpanjang sewa gratis kios tersebut.
Keberadaan Pasar Blok G Tanah Abang, yang merupakan tempat relokasi pedagang Kaki-5 di sekitar kawasan Tanah Abang sudah enam bulan yang lalu diresmikan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.
Berbagai upaya dilakukan Pemprov DKI Jakarta untuk membuat kawasan tersebut ramai. Di antaranya dengan memberikan undian berhadiah, senam bersama serta pagelaran musik.
Namun hal ini tidak membawa perubahan yang signifikan. Karena hal itu, banyak pedagang terutama yang ada di lantai 3 memilih untuk mebiarkan kiosnya tertutup.
Muhammad Warno, Kepala Keuangan Pasar Blok G Tanah Abang mengatakan, sebanyak 63 kios yang ada di lantai 1, 2 dan 3 tidak diisi pemiliknya sejak sebulan terakhir. Dirinya mengaku sudah memberikan surat peringatan terakhir kepada pemilik kios.
"Bila memang itu diabaikan, kita melakukan pembatalan sementara. Dan bila itu juga tetap diabaikan, maka langkah terakhirnya pembatalan selamanya, yakni pedagang tidak boleh lagi berjualan di Pasar Blok G," ungkapnya, Selasa (11/2/2014).
Dirinya mengatakan, seharusnya para pedagang bisa lebih bersabar dan melakukan penjualan yang lebih inovatif. Misalnya dengan cara mengiklankan di jejaring sosial. Sebab menurutnya saat ini banyak cara untuk berjualan dan jangan hanya mengandalkan pemerintah untuk melariskan barang dagangannya.
"Saya rasa pemerintah sudah berupaya maksimal, sekarang tinggal bagaimana kreativitas pedagang untuk bisa bersaing dengan pedagang lainnya," ujar Warno.
Rahman, salah seorang pedagang pakaian di lantai dua Blok G itu mengatakan, enam bulan bukan waktu yang sebentar, sehingga bagi pedagang yang hanya mengharapkan penghasilan dari satu tempat ini pasti akan frustasi.
Mayoritas pedagang yang masih bertahan memilik trik agar bisa bertahan. Mulai dari ikut night market yang diadakan di setiap akhir pekan ataupun dengan cara berjualan dari mulut ke mulut.
Melihat kondisi pasar yang masih sepi, sambungnya, ia dan pedagang lainnya pun kian resah karena terhitung bulan keenam sejak penempatan kios dirinya harus sudah mulai membayar sewa.
"Memang ketentuan dari pasar seperti itu, tapi kalau melihat kondisi seperti ini kami tidak sanggup membayar," ucapnya.
Keluhan serupa diungkapkan pedagang lainnya di lantai 3, Yusuf, ia memilih menutup kiosnya karena setiap harinya hampir tidak adanya pembeli satu pun. "Kalau di lantai 3 orang lewat saja enggak, bagaimana mau belanja," tuturnya.
Baca:
Ini harapan pedagang Blok G pada Jokowi
Sebulan, pedagang Blok G hanya jual 3 pakaian
Tidak hanya itu sebagian pedagang yang masih bertahan berharap agar pemerintah memperpanjang sewa gratis kios tersebut.
Keberadaan Pasar Blok G Tanah Abang, yang merupakan tempat relokasi pedagang Kaki-5 di sekitar kawasan Tanah Abang sudah enam bulan yang lalu diresmikan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.
Berbagai upaya dilakukan Pemprov DKI Jakarta untuk membuat kawasan tersebut ramai. Di antaranya dengan memberikan undian berhadiah, senam bersama serta pagelaran musik.
Namun hal ini tidak membawa perubahan yang signifikan. Karena hal itu, banyak pedagang terutama yang ada di lantai 3 memilih untuk mebiarkan kiosnya tertutup.
Muhammad Warno, Kepala Keuangan Pasar Blok G Tanah Abang mengatakan, sebanyak 63 kios yang ada di lantai 1, 2 dan 3 tidak diisi pemiliknya sejak sebulan terakhir. Dirinya mengaku sudah memberikan surat peringatan terakhir kepada pemilik kios.
"Bila memang itu diabaikan, kita melakukan pembatalan sementara. Dan bila itu juga tetap diabaikan, maka langkah terakhirnya pembatalan selamanya, yakni pedagang tidak boleh lagi berjualan di Pasar Blok G," ungkapnya, Selasa (11/2/2014).
Dirinya mengatakan, seharusnya para pedagang bisa lebih bersabar dan melakukan penjualan yang lebih inovatif. Misalnya dengan cara mengiklankan di jejaring sosial. Sebab menurutnya saat ini banyak cara untuk berjualan dan jangan hanya mengandalkan pemerintah untuk melariskan barang dagangannya.
"Saya rasa pemerintah sudah berupaya maksimal, sekarang tinggal bagaimana kreativitas pedagang untuk bisa bersaing dengan pedagang lainnya," ujar Warno.
Rahman, salah seorang pedagang pakaian di lantai dua Blok G itu mengatakan, enam bulan bukan waktu yang sebentar, sehingga bagi pedagang yang hanya mengharapkan penghasilan dari satu tempat ini pasti akan frustasi.
Mayoritas pedagang yang masih bertahan memilik trik agar bisa bertahan. Mulai dari ikut night market yang diadakan di setiap akhir pekan ataupun dengan cara berjualan dari mulut ke mulut.
Melihat kondisi pasar yang masih sepi, sambungnya, ia dan pedagang lainnya pun kian resah karena terhitung bulan keenam sejak penempatan kios dirinya harus sudah mulai membayar sewa.
"Memang ketentuan dari pasar seperti itu, tapi kalau melihat kondisi seperti ini kami tidak sanggup membayar," ucapnya.
Keluhan serupa diungkapkan pedagang lainnya di lantai 3, Yusuf, ia memilih menutup kiosnya karena setiap harinya hampir tidak adanya pembeli satu pun. "Kalau di lantai 3 orang lewat saja enggak, bagaimana mau belanja," tuturnya.
Baca:
Ini harapan pedagang Blok G pada Jokowi
Sebulan, pedagang Blok G hanya jual 3 pakaian
(hyk)