YLKI Sarankan Tarif MRT Perhatikan Kemampuan Bayar Konsumen

Jum'at, 22 Maret 2019 - 11:06 WIB
YLKI Sarankan Tarif MRT Perhatikan Kemampuan Bayar Konsumen
YLKI Sarankan Tarif MRT Perhatikan Kemampuan Bayar Konsumen
A A A
JAKARTA - Yayasan Lembaga Konsumen (YLKI) menyarankan tarif Mass Rapid Transit (MRT) mememperhatikan kemampuan membayar konsumen. Rencannya tarif MRT akan diketok palu DPRD DKI Jakarta pada 25 Maret 2019 mendatang.

Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi mengatakan, dalam hitungan hari MRT Jakarta segera diresmikan, kehadiran MRT sebagai angkutan masal patut diberikan apresiasi. Sebab MRT Jakarta akan mengukuhkan kota Jakarta sebagai kota modern, sejajar dengan kota-kota modern lain di dunia.Salah satu ciri kota modern adalah eksistensi sarana transportasi masal, seperti MRT. Namun, ironisnya hingga saat ini belum ada kesepahaman berapa tarif yang akan disepakati, antara Pemprov DKI dengan DPRD DKI.

Pemprov DKI telah mengusulkan tarif MRT sebesar Rp10.000 per kilometer dan LRT sebesar Rp6.000. Namun DPRD belum menyepakati besaran tarif tersebut. Jika tarif yang diusulkan tersebut disepakati, Pemprov DKI akan menggelontorkan subsidi yang sangat signifikan, bahkan lebih dari 60% tarif MRT dan LRT adalah tarif subsidi.

Dengan usulan tarif Rp 10.000/penumpang maka subsidinya sebesar Rp21.659. Bahkan untuk LRT, dengan tarif Rp6.000, subsidinya akan mencapai Rp31.659. Dengan asumsi 65.000 penumpang per hari, maka total subsidi MRT mencapai Rp572 per tahun, dan Rp327 miliar untuk LRT.

"Dalam pandangan YLKI, besaran tarif MRT harus benar-benar memperhatikan aspek ability to pay atau kemampuan membayar konsumen. Bahkan harus ada gambaran konkrit, berapa sebenarnya alokasi anggaran/belanja transportasi calon konsumen MRT, dari total pengeluaran dan pendapatannya," kata Tulus kepada SINDOnews, Jumat (22/3/2019).

Dia menambahkan, hal ini harus di-back up dengan hasil survei yang komprehensif dan meyakinkan. Tanpa memerhitungkan aspek kemampuan membayar konsumen, maka MRT Jakarta akan ditinggal konsumennya alias tidak laku.

"Namun kemampuan membayar ini harus dielaborasi, siapakah mayoritas pengguna MRT? Pemprov juga harus punya data, untuk tujuan apa konsumen memilih menggunakan MRT? Jika tujuannya karena faktor kenyamanan dan efisiensi waktu tempuh maka tarif Rp10.000 juga masih make sense," ucapnya.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7208 seconds (0.1#10.140)