Ini Tips dari Psikolog Mencegah Anak Gabung Geng Motor
A
A
A
JAKARTA - Tantangan orang tua zaman sekarang terbilang semakin berat menyusul fenomena geng motor beberapa tahun belakangan ini. Geng motor kerap berbuat onar dan bertindak kriminalitas sehingga sangat meresahkan masyarakat.
Banyak remaja yang nekat bergabung dengan sebuah kelompok motor tertentu demi ingin mendapat status atau pengakuan dari teman-temannya atau lingkungan sekitar. Untuk mencegah anak bergabung dengan geng motor, orang tua perlu meningkatkan perhatian.
Psikolog Rose Mini mengatakan, guna mengantisipasi agar remaja tidak terjerumus ke hal negatif, seperti masuk geng motor dan melakukan aksi kekerasan, si anak harus diberikan wadah untuk eksis. (Baca juga: Pelajar di Jakbar Terindikasi Jadi Geng Motor Sadis )
"Remaja harus diarahkan ke hal positif, seperti ikut karate atau kegiatan lainnya yang bisa membuat kemampuannya berkembang dan terus eksis," ujarnya pada SINDOnews, Selasa (19/2/2019).
Bagi remaja yang tidak berprestasi di sekolah, bisa mencarinya di luar kegiatan sekolah, seperti mengikuti kegiatan menari ataupun olahraga, sehingga eksistensinya terus ada dan identitas dirinya terbentuk lantaran memiliki kemampuan yang dihargai orang lain.
"Jadi, tidak perlu kemampuan itu diambil dari kelompok yang bergerak secara negatif untuk dapat penghargaan dari lingkungannya," tuturnya. (Baca juga: Psikolog: Remaja Masuk Geng Motor Ingin Terlihat Kuat dan Keren)
Bagi remaja yang telah terlanjur masuk penjara karena melakukan aksi kekerasan atau kriminalitas, juga harus tetap mendapatkan perhatian. Dengan begitu, saat dia bebas tidak lagi mengulangi perbuatannya yang serupa.
Rose menyebutkan, seorang remaja memilih lari ke pergaulan negatif bisa jadi karena di rumah atau lingkungannya, dia tidak mendapatkan apa yang dibutuhkan, seperti perhatian dan arahan. Remaja itu lalu merasa lebih nyaman dengan menghabiskan waktu bersama teman-temannya meski ke arah negatif.
"Harus ada pengawasan dari lingkungan. Apalagi mereka masih di bawah umur, orang tuanya harus perketat pengawasan, akar permasalahannya harus diperbaiki, dan orang tua harus dipanggil untuk sama-sama mendidik si remaja itu. Bukan dimarahi karena kalau dimarahi artinya makin kabur," pungkasnya.
Banyak remaja yang nekat bergabung dengan sebuah kelompok motor tertentu demi ingin mendapat status atau pengakuan dari teman-temannya atau lingkungan sekitar. Untuk mencegah anak bergabung dengan geng motor, orang tua perlu meningkatkan perhatian.
Psikolog Rose Mini mengatakan, guna mengantisipasi agar remaja tidak terjerumus ke hal negatif, seperti masuk geng motor dan melakukan aksi kekerasan, si anak harus diberikan wadah untuk eksis. (Baca juga: Pelajar di Jakbar Terindikasi Jadi Geng Motor Sadis )
"Remaja harus diarahkan ke hal positif, seperti ikut karate atau kegiatan lainnya yang bisa membuat kemampuannya berkembang dan terus eksis," ujarnya pada SINDOnews, Selasa (19/2/2019).
Bagi remaja yang tidak berprestasi di sekolah, bisa mencarinya di luar kegiatan sekolah, seperti mengikuti kegiatan menari ataupun olahraga, sehingga eksistensinya terus ada dan identitas dirinya terbentuk lantaran memiliki kemampuan yang dihargai orang lain.
"Jadi, tidak perlu kemampuan itu diambil dari kelompok yang bergerak secara negatif untuk dapat penghargaan dari lingkungannya," tuturnya. (Baca juga: Psikolog: Remaja Masuk Geng Motor Ingin Terlihat Kuat dan Keren)
Bagi remaja yang telah terlanjur masuk penjara karena melakukan aksi kekerasan atau kriminalitas, juga harus tetap mendapatkan perhatian. Dengan begitu, saat dia bebas tidak lagi mengulangi perbuatannya yang serupa.
Rose menyebutkan, seorang remaja memilih lari ke pergaulan negatif bisa jadi karena di rumah atau lingkungannya, dia tidak mendapatkan apa yang dibutuhkan, seperti perhatian dan arahan. Remaja itu lalu merasa lebih nyaman dengan menghabiskan waktu bersama teman-temannya meski ke arah negatif.
"Harus ada pengawasan dari lingkungan. Apalagi mereka masih di bawah umur, orang tuanya harus perketat pengawasan, akar permasalahannya harus diperbaiki, dan orang tua harus dipanggil untuk sama-sama mendidik si remaja itu. Bukan dimarahi karena kalau dimarahi artinya makin kabur," pungkasnya.
(thm)