Siswa SDN 1 Cibarusah Belajar di Gudang, Kelas Dibatasi Triplek
A
A
A
BEKASI - Lebih dari dua tahun puluhan siswa SDN 1 Ridhogalih Kecamatan Cibarusah Kabupaten Bekasi terpaksa belajar di dalam gudang milik BPBD karena gedung sekolahnya memprihatinkan. Untuk kegiatan belajar mengajar, setiap kelas terpaksa hanya dibatasi lembaran triplek.
Saat ini, gudang milik BPBD ukuran sekitar 10x20 meter harus direlakan sementara waktu untuk ruang kelas, ruang guru, dan ruang kepala sekolah.
Menurut guru SDN 1 Ridogalih, Ahmad (43), gudang BPBD disekat mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Setiap kelas dibatasi dengan papan tulis, beberapa di antaranya menggunakan triplek yang disusun membentuk ruangan setengah tertutup.
Soalnya, susunan triplek pembentuk ruangan itu hanya memiliki tinggi sekitar 120 sentimeter. Proses belajar mengajar pun tidak efektif. Suara guru yang menerangkan di satu kelas kerap terganggu dengan guru lain yang juga menerangkan di kelas lainnya.
Belum lagi bila ada kelas yang ribut kemudian dengan spontan menular ke kelas lainnya. ”Jadi memang kalau saya lagi menerangkan, kelas sebelah ribut, ya anak-anak enggak konsen. Terus kalau guru sedikit saja suaranya lebih kencang saat menerangkan pasti mengganggu kelas lainnya,” ungkapnya saat ditemui di sekolah, Senin 10 September 2018.
Selayaknya gudang pada umumnya, gudang milik BPBD ini tidak memiliki jendela. Gudang dikelilingi tembok serta gerbang besi berukuran sekitar 4x3 meter. Gudang minim ventilasi sehingga para siswa dan guru sering tidak nyaman karena suhu di dalam gudang panas.
Selain enam kelas yang batasi triplek, terdapat juga ruang guru yang disatukan dengan ruang kepala sekolah serta ruangan tata usaha. Akibat kondisi sekolah yang kunjung membaik, jumlah murid pun makin sedikit. Kini, SD Negeri 1 Ridhogalih hanya berisikan 90 siswa di enam kelas.
Ahmad berharap, keprihatinan ini segera berakhir dengan dibangun kembali gedung sekolah yang lama. ”Ya harapannya tidak ada lagi. Cuma ini minta dibangun saja, kasian anak-anak sekolahnya enggak layak. Belajar juga susah, pemerintah harus buka mata,” tegasnya.
Saat ini, gudang milik BPBD ukuran sekitar 10x20 meter harus direlakan sementara waktu untuk ruang kelas, ruang guru, dan ruang kepala sekolah.
Menurut guru SDN 1 Ridogalih, Ahmad (43), gudang BPBD disekat mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Setiap kelas dibatasi dengan papan tulis, beberapa di antaranya menggunakan triplek yang disusun membentuk ruangan setengah tertutup.
Soalnya, susunan triplek pembentuk ruangan itu hanya memiliki tinggi sekitar 120 sentimeter. Proses belajar mengajar pun tidak efektif. Suara guru yang menerangkan di satu kelas kerap terganggu dengan guru lain yang juga menerangkan di kelas lainnya.
Belum lagi bila ada kelas yang ribut kemudian dengan spontan menular ke kelas lainnya. ”Jadi memang kalau saya lagi menerangkan, kelas sebelah ribut, ya anak-anak enggak konsen. Terus kalau guru sedikit saja suaranya lebih kencang saat menerangkan pasti mengganggu kelas lainnya,” ungkapnya saat ditemui di sekolah, Senin 10 September 2018.
Selayaknya gudang pada umumnya, gudang milik BPBD ini tidak memiliki jendela. Gudang dikelilingi tembok serta gerbang besi berukuran sekitar 4x3 meter. Gudang minim ventilasi sehingga para siswa dan guru sering tidak nyaman karena suhu di dalam gudang panas.
Selain enam kelas yang batasi triplek, terdapat juga ruang guru yang disatukan dengan ruang kepala sekolah serta ruangan tata usaha. Akibat kondisi sekolah yang kunjung membaik, jumlah murid pun makin sedikit. Kini, SD Negeri 1 Ridhogalih hanya berisikan 90 siswa di enam kelas.
Ahmad berharap, keprihatinan ini segera berakhir dengan dibangun kembali gedung sekolah yang lama. ”Ya harapannya tidak ada lagi. Cuma ini minta dibangun saja, kasian anak-anak sekolahnya enggak layak. Belajar juga susah, pemerintah harus buka mata,” tegasnya.
(ysw)