Pengamat Nilai Media Sosial Dapat Picu Konflik Antar Warga
A
A
A
JAKARTA - Persiapan Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017 diwarnai dengan kericuhan yang bermula di media sosial (medsos). Dalam hal ini adalah video pernyataan calon gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang menyulutkan sejumlah pihak.
Karena, dalam video tersebut Ahok diduga telah melakukan penistaan agama. Meski begitu, gubernur DKI Jakarta itu telah membantah dengan menyatakan video itu tidak utuh alias video editan.
Pengamat komunikasi Agus Sudibyo mengatakan, Pilgub DKI Jakarta 2017 telah memanas melalui medsos. Menurutnya, sangat mungkin tensi politik akan semakin memanas akibat arus perdebatan di medsos. Sangat penting pula untuk mengingatkan agar semua pihak menahan diri dan lebih arif dalam berkomunikasi di medsos.
"Jika digunakan secara serampangan, media sosial dapat memicu konflik antar warga atau antar kelompok, dan menguatkan sentimen negatif bernuansa SARA. Hal-hal ini tentu saja sangat tidak produktif bagi perwujudan Pilkada yang berkualitas dan damai," kata Agus di Jakarta, Sabtu (8/10/2016).
Agus mewanti-wanti agar tim sukses para kandidat, simpatisan, pengamat, dan kalangan pers harus mampu menahan diri dan bijaksana dalam berkomunikasi melalui medsos.
Menurut Agus, yang juga Kaprodi Komunikasi Massa Akademi Televisi Indonesia, kecenderungan untuk menghakimi pihak lain harus dikendalikan dan setiap orang harus bertanggung jawab memastikan bahwa, informasi yang hendak disebarkan melalui medsos adalah informasi yang benar dan tidak merugikan pihak lain.
"Baik atau buruknya pelaksanaan pilkada DKI di sini, turut ditentukan oleh sejauh mana semua pihak mampu untuk secara beradab berkomunikasi melalui media sosial," katanya.
Karena, dalam video tersebut Ahok diduga telah melakukan penistaan agama. Meski begitu, gubernur DKI Jakarta itu telah membantah dengan menyatakan video itu tidak utuh alias video editan.
Pengamat komunikasi Agus Sudibyo mengatakan, Pilgub DKI Jakarta 2017 telah memanas melalui medsos. Menurutnya, sangat mungkin tensi politik akan semakin memanas akibat arus perdebatan di medsos. Sangat penting pula untuk mengingatkan agar semua pihak menahan diri dan lebih arif dalam berkomunikasi di medsos.
"Jika digunakan secara serampangan, media sosial dapat memicu konflik antar warga atau antar kelompok, dan menguatkan sentimen negatif bernuansa SARA. Hal-hal ini tentu saja sangat tidak produktif bagi perwujudan Pilkada yang berkualitas dan damai," kata Agus di Jakarta, Sabtu (8/10/2016).
Agus mewanti-wanti agar tim sukses para kandidat, simpatisan, pengamat, dan kalangan pers harus mampu menahan diri dan bijaksana dalam berkomunikasi melalui medsos.
Menurut Agus, yang juga Kaprodi Komunikasi Massa Akademi Televisi Indonesia, kecenderungan untuk menghakimi pihak lain harus dikendalikan dan setiap orang harus bertanggung jawab memastikan bahwa, informasi yang hendak disebarkan melalui medsos adalah informasi yang benar dan tidak merugikan pihak lain.
"Baik atau buruknya pelaksanaan pilkada DKI di sini, turut ditentukan oleh sejauh mana semua pihak mampu untuk secara beradab berkomunikasi melalui media sosial," katanya.
(mhd)