4 Jam Debat dengan Mahasiswa Soal Proyek TMII (Bagian-3)

Senin, 05 September 2016 - 05:35 WIB
4 Jam Debat dengan Mahasiswa Soal Proyek TMII (Bagian-3)
4 Jam Debat dengan Mahasiswa Soal Proyek TMII (Bagian-3)
A A A
BANG Ali baru tiba dari Manila, Philipina. Badan masih capek akibat kurang istirahat. Namun mahasiswa ngotot segera ingin bertemu pria kelahiran Sumedang, Jabar, itu terkait pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang digagas Ibu Tien Soeharto. Bahkan saat masih di Manila pun Bang Ali mendapat telepon para stafnya yang mengabarkan mahasiswa gelisah, ribut.

Akhirnya, meski capek belum hilang, Bang Ali dengan tangan terbuka menerima sekitar 200 perwakilan mahasiswa dari berbagai universitas di gedung DPRD DKI Jaya. Mereka berasal dari Jakarta, Bandung, dan kota besar lainnya.

Mereka protes rencana pembangunan TMII. Bang Ali dan mahasiswa berdialog, berdiskusi. Bang Ali merasa satu-satunya pejabat yang membantu Ibu Tien Soeharto menghadapi protes TMII. Serangan mahasiswa sangat gencar. Tapi, Bang Ali berfikir ini untuk kepentingan Jakarta.

Mahasiswa menilai pembangunan TMII tidak tepat waktu karena banyak rakyat Indonesia hidup dalam kemelaratan. Bahkan mereka mempersoalkan keterangan Ibu Tien bahwa TMII butuh dana Rp 10,5 miliar. Menurut mahasiswa TMII proyek mercusuar dan terlalu mewah saat itu.

Bang Ali yang menjabat gubernur DKI Jaya pun ditunjuk menjadi wakil ketua project officer karena lokasi TMII berada di DKI Jaya. Sedangkan Ketuanya dijabat Ali Murtopo.

Bang Ali secara gamblang menerangkan, bahwa rencana pembuatan taman seperti itu sudah lama ada dalam master plan Jakarta. Itu amanat rakyat. Hal semacam itu juga ada di Bangkok berupa miniatur Negara Thailand maupun miniatur Negara Philipina di di Manila.

Di jaman Pak Marno, Gubernur DKI Jaya sebelum Ali Sadikin ternyata sudah ada rencana mendirikan proyek seperti TMII. Waktu itu namanya Taman Bhineka Tunggal Ika. Sebab itu, Bang Ali menganggap proyek TMII itu amanat rakyat atau dewan. Makanya sebagai gubernur, Bang Ali berusaha mewujudkannya.

Yang jadi soal waktu itu dimana taman harus dibangun? Bagaimana dananya? Mula-mula dipilih Waduk Melati dekat Hotel Indonesia. Tapi, luasnya hanya 20 kilometerpersegi. Lalu dipindahkan di Cempaka Putih, Jakpus. Pertimbangnya dekat pusat kota agar memudahkan rakyat berkunjung. Tapi, lahannya juga sempit. Akhirnya dipilih kawasan Pondok Gede, Jaktim yang luasnya 400 hektare atau separuh luas Kebayoran Baru.

Suasana perdebatan begitu sengit dan lama. Bang Ali tegaskan proyek TMII sesuai rencana Pemda DKI seperti tertera dalam master plan. Yang jadi soal yang mengerjakannya siapa. Karena Pemda DKI tidak punya uang, dan ada Yayasan Harapan Kita, ada Ibu Tien Soeharto yang akan melaksanakan dan membiayai proyek itu. Apa salah Pemda DKI menerima? Tidak ada alasan gubernur DKI menolaknya. Malahan itu menguntungkan masyarakat Jakarta.

Bang Ali ingat waktu Ibu Tien tampil di mimbar rapat gubernur seluruh Indonesia di gedung DPR GR Jakarta. Ibu Tien bicara rencana pembangunan TMII dan bukan proyek mercusuar. Kepada ke-26 gubernur yang hadir saat itu, Ibu Tien meminta para gubernur membantu pembangunan proyek. Targetnya awal 1972 harus tuntas dan menelan sekitar Rp 10, 5 miliar dengan dana "non budgeter" yang dibebankan kepada pengusaha.

Ibu Tien juga mengintruksikan para gubernur agar di daerahnya dikumpulkan dana sekitar Rp40 juta sampai Rp50 juta dari pengusaha. Sisanya dari pusat.

Sekali lagi, Ibu Tien menegaskan di hadapan gubernur bahwa proyek TMII bukan proyek mercu suar karena proyek ini menyangkut kehidupan masyarakat. Nantinya, di TMII akan dipamerkan industri kerajinan rakyat.

Tapi kehadiran Ibu Tien dalam forum rapat para gubernur se-Indonesia dikritik keras mahasiswa. Mereka menganggap hadirnya Ibu Tien di depan gubernur merupakan preseden berbahaya.

Tapi, Bang Ali membantahnya. "Siapa bilang preseden berbahaya kalau Ibu Tien berbicara di depan para gubernur? Menerima tamu adalah pekerjaan saya setiap hari. Kebetulan waktu itu sedang ada rapat gubernur. Apa salahnya," tepis Bang Ali.

Bang Ali tambahkan, sebagai administrator dirinya tak hanya mengurus soal sosial, ekonomi, kebudayaan, dll. "Apa saudara tidak tahu, dengan pembangunan TMII sekian ribu penganggur akan tertampung,". Kata-kata itu begitu saja melompat dari mulut bang Ali.

Namun mahasiswa tetap mempersoalkan kedudukan Ibu Tien yang dianggapnya ada kekaburan antara proyek swasta dengan kedudukan sebagai Ibu Negara. "Kalau orang lain yang memprakarsai tentu tidak bisa berbicara di depan para gubernur," protes mahasiswa.

Bang Ali mencontohkan daya gerak Ny Marcos sebagai ibu Negara Philipina. Bahwa Ny Marcos di Philipina juga memimpin suatu usaha yang bersangkutan dengan kebudayaan.
Tapi, ratusan mahasiswa tak mau kalah. "Itu lah sebabnya ada kekaburan, karena Yayasan Harapan Kita mempergunakan fungsi istri Kepala Negara," ujar mahasiswa asal Bandung tadi.

Bang Ali menjelaskan, Ibu Tien Soeharto tidak memanggil para gubernur yang sedang rapat. Tapi, Ibu Tien datang ke DKI dan minta bertemu dengan para gubernur dalam pertemuan terbuka. "Dan, itu boleh saja," papar Bang Ali. Dimana Bang Ali proyek TMII sama dengan proyek Ancol yang dibiayai swasta.

Tapi, mahasiswa bersikukuh menolak proyek TMII dan minta pembangunan kampus didahulukan daripada TMII. "Oke. Saya setuju jika ada yang mau mendahulukan pembangunan kampus. Tapi, mana program rencananya? Dan siapa yang akan membangun itu? Ajukan kepada saya, nanti saya beri tanah," tantang Bang Ali.

Pertemuan, atau diskusi Bang Ali dengan ratusan mahasiswa berlangsung seru dan lama. Sekitar empat jam. Mulai pukul 10.00 sampai pukul 14.00 siang hari.

Meski terkesan membela Ibu Tien Soeharto dalam proyek TMII namun Bang Ali menegaskan, dirinya merasa tidak ditunganggi Ibu Tien Soeharto. "Saya punya karakter. Saya tidak akan mau ditunganggi orang, oleh siapa pun. Saya tidak mau," tegas Bang Ali di hadapan mahasiswa.

Meski mendapat tentangan keras mahasiswa, proyek TMII tidak akan dibatalkan. Mengapa? Karena sudah dijamin Presiden Soeharto. Hal itu sudah diungkapkannya di depan pers dan dewan.

Bang Ali juga sudah melihat gelagatnya, siapa saja yang menentang, menghalangi apalagi membuat onar terkait proyek TMII akan ditindak tegas karena dianggap menentang pemerintah pusat. (bersambung)
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4165 seconds (0.1#10.140)