Maju Jalur Partai, Ahok Dinilai Haus Kekuasan
A
A
A
JAKARTA - Calon petahanan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) akhirnya resmi memilih jalur partai politik untuk maju dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017. Ahok dinilai tidak konsisten dan bukan kriteria seorang pemimpin.
Pengamat Politik Universitas Pelita Harapan (UPH), Emrus Sihombing sudah memprediksi, bila Ahok akan maju melalui jalur partai politik (parpol). Sebab, sebagai politikus cair, Ahok sadar bila kendaraan ideal di negara demokrasi adalah partai politik.
Menurut dia, terbentuknya relawan Teman Ahok' memang diciptakan untuk menarik partai politik mengusungnya mengingat Ahok tidak punya partai politik. Terlebih, pengumpulan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang dilakukan relawan 'Teman Ahok' tidak bisa dibuktikan kebenaranya dan membuat Ahok tambah ragu apakah lolos verifikasi atau tidak.
Kendati demikian, lanjut Emrus, sebagai calon petahanan, Ahok harusnya konsisten agar warga dapat menilai bila Ahok merupakan seorang pemimpin yang ideal. Terlebih, dia berulangkali mengucapkan untuk maju melalui jalur independent lantaran menghargai kerja keras 'Teman Ahok' yang sudah mengumpulkan satu juta Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai syarat untuk maju melalui jalur independent.
"Seorang pemimpin itu harus konsisten. Ahok harus minta maaf secara referendum terhadap pemilik KTP yang diberikan untuk Ahok. Termasuk dengan Heru yang disebut sebagai wakil dirinya di jalur independent. Saya yakin pemilik KTP kecewa," kata Emrus saat dihubungi, Rabu (27/7/2016).
Emrus menjelaskan, Ahok merupakan seorang politikus cair yang sudah seringkali meninggalkan partai pendukungnya ketika sudah mendapat kekuasaan. Artinya, apapun akan dilakukan Ahok demi kekuasaan semata. Dia berharap agar para partai lain memiliki ideologis untuk dapat menciptakan kader partai politik menjadi pemimpin yang konisten dan bekerja demi kepentingan rakyat. Khususnya PDIP yang jelas terkenal dengan partai ideologis dibanding partai lain.
Sebab, kata Emrus, kemungkinan partai lain mengusung Ahok lantaran maju melalui jalur partai itu bisa saja itu terjadi sebelum dibukanya pendaftaran di Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta.
"Politik sangat dinamis. Jadi bisa saja terjadi. Tapi kalau sampai itu terjadi apalagi PDI Perjuangan, sama saja dengan menurunkan Citra partai dimata masyarakat. PDI Perjuangan banyak memiliki kader pemimpin yang mumpuni, ada Risma, Ganjar, Djarot dan sebagainya. PDI satu-satunya partai ideologis yang dibuktikan dengan dua period diluar pemerintahan. Risma merupakan sosok yang mampu mengalahkan Ahok," tegasnya.
Juru Bicara Teman Ahok, Amalia Ayuningtyas mengatakan, pihaknya menghargai keputusan Ahok yang akhirny menentukan jalur pencalonan dalam Pilkada DKI 2017 melalui partai politik bersama dengan tiga partai pendukung Golkar, Nasdem dan Hanura bersama-sama dengan Teman Ahok untuk melanjutkan tugasnya membenahi Jakarta
"Kami menghargai dan mendukung keputusan Ahok, setelah kami melakukan dialog dengan BTP , perwakilan dari tiga partai pendukung Golkar, Nasdem dan Hanura akhirnya, Ahok memutuskan untuk maju menggunakan kendaraan partai politik bersama dengan Teman Ahok," jelas Amalia di Sekretariat Teman Ahok, Pejaten, Jakarta.
Pengamat Politik Universitas Pelita Harapan (UPH), Emrus Sihombing sudah memprediksi, bila Ahok akan maju melalui jalur partai politik (parpol). Sebab, sebagai politikus cair, Ahok sadar bila kendaraan ideal di negara demokrasi adalah partai politik.
Menurut dia, terbentuknya relawan Teman Ahok' memang diciptakan untuk menarik partai politik mengusungnya mengingat Ahok tidak punya partai politik. Terlebih, pengumpulan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang dilakukan relawan 'Teman Ahok' tidak bisa dibuktikan kebenaranya dan membuat Ahok tambah ragu apakah lolos verifikasi atau tidak.
Kendati demikian, lanjut Emrus, sebagai calon petahanan, Ahok harusnya konsisten agar warga dapat menilai bila Ahok merupakan seorang pemimpin yang ideal. Terlebih, dia berulangkali mengucapkan untuk maju melalui jalur independent lantaran menghargai kerja keras 'Teman Ahok' yang sudah mengumpulkan satu juta Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai syarat untuk maju melalui jalur independent.
"Seorang pemimpin itu harus konsisten. Ahok harus minta maaf secara referendum terhadap pemilik KTP yang diberikan untuk Ahok. Termasuk dengan Heru yang disebut sebagai wakil dirinya di jalur independent. Saya yakin pemilik KTP kecewa," kata Emrus saat dihubungi, Rabu (27/7/2016).
Emrus menjelaskan, Ahok merupakan seorang politikus cair yang sudah seringkali meninggalkan partai pendukungnya ketika sudah mendapat kekuasaan. Artinya, apapun akan dilakukan Ahok demi kekuasaan semata. Dia berharap agar para partai lain memiliki ideologis untuk dapat menciptakan kader partai politik menjadi pemimpin yang konisten dan bekerja demi kepentingan rakyat. Khususnya PDIP yang jelas terkenal dengan partai ideologis dibanding partai lain.
Sebab, kata Emrus, kemungkinan partai lain mengusung Ahok lantaran maju melalui jalur partai itu bisa saja itu terjadi sebelum dibukanya pendaftaran di Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta.
"Politik sangat dinamis. Jadi bisa saja terjadi. Tapi kalau sampai itu terjadi apalagi PDI Perjuangan, sama saja dengan menurunkan Citra partai dimata masyarakat. PDI Perjuangan banyak memiliki kader pemimpin yang mumpuni, ada Risma, Ganjar, Djarot dan sebagainya. PDI satu-satunya partai ideologis yang dibuktikan dengan dua period diluar pemerintahan. Risma merupakan sosok yang mampu mengalahkan Ahok," tegasnya.
Juru Bicara Teman Ahok, Amalia Ayuningtyas mengatakan, pihaknya menghargai keputusan Ahok yang akhirny menentukan jalur pencalonan dalam Pilkada DKI 2017 melalui partai politik bersama dengan tiga partai pendukung Golkar, Nasdem dan Hanura bersama-sama dengan Teman Ahok untuk melanjutkan tugasnya membenahi Jakarta
"Kami menghargai dan mendukung keputusan Ahok, setelah kami melakukan dialog dengan BTP , perwakilan dari tiga partai pendukung Golkar, Nasdem dan Hanura akhirnya, Ahok memutuskan untuk maju menggunakan kendaraan partai politik bersama dengan Teman Ahok," jelas Amalia di Sekretariat Teman Ahok, Pejaten, Jakarta.
(mhd)