Demo Buruh, Ini Kesaksian Korban Kekerasan Polisi

Senin, 02 November 2015 - 16:05 WIB
Demo Buruh, Ini Kesaksian Korban Kekerasan Polisi
Demo Buruh, Ini Kesaksian Korban Kekerasan Polisi
A A A
JAKARTA - Dua orang kuasa hukum dari LBH Jakarta dan 23 aktivis buruh lintas serikat pekerja menjadi korban kebrutalan polisi saat menggelar aksi damai di depan Istana Negara pada Jumat 30 Oktober 2015 kemarin.

Asisten pengacara publik LBH Jakarta, Obed menceritakan kronologis saat dirinya mendapatkan perlakuan kasar dari aparat kepolisian. (Baca: Buruh Kocar-kacir Ditembak Gas Airmata & Water Canon)

Sore itu sekira pukul 16.00 WIB Obed bertugas memantau sekaligus mendampingi aksi buruh di depan Istana Negara. Lewat pukul 18.00 WIB suasana agak memanas. (Baca juga: Aksi Demo Buruh, 20 Orang Ditangkap)

"Saat itu saya berada di dekat pospol melihat polisi memukul buruh. Saya mencoba mendokumentasikan namun para polisi menyuruh saya menghapus. Saya lari polisi tetap mengejar sambil berteriak woi tangkep tuh orang. Akhirnya saya pun disekap polisi padahal saya sudah bilang dari LBH tapi tetap ditangkap," ujar Obed di kantor LBH Jakarta, Senin (2/11/2015).

Obed melanjutkan, saat ditangkap dan dibawa ke mobil Dalmas, Obed masih terus mendapat siksaan baik fisik maupun psikis. (Baca juga: LBH Jakarta Kecam Keburtalan Polisi Hadapi Buruh)

"Saya diseret, ditendang kepala saya tangan saya. Kacamata saya jatuh dan pecah sepatu saya terlepas. Di mobil dalmas ada polisi yang bilang habis lu ama gua tar di Mako Brimob," tambah Obed.

Senada dengan Obed, Tigor Gempita Hutapea pengacara publik LBH juga menjadi korban saat hendak mendokumentasikan aksi brutal polisi kepada Obed.

"Saya mau mendokumentasikan kekerasan polisi sebagai bukti tapi tiba-tiba saya dikerumuni polisi dan menyeret serta memukul saya secara membabi buta," kata Tigor.

Sementara itu salah satu buruh yang menjadi korban, Sahrul juga mendapatkan kekerasan dari pihak kepolisian. "Saya dipukul dengan bambu. Kepala, tangan dan badan. Kepala dan badan saya memar. Kami tidak ingin berbuat rusuh malah polisi yang bertindak represif," ujar Sahrul.

Sebelumnya diberitakan puluhan ribu buruh menggelar aksi menuntut pembatalan Peraturan Pemerintah RI Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan di depan Istana Negara pada Jumat 30 Oktober 2015. Polisi membubarkan buruh dengan gas air mata serta melakukan aksi brutal kepada para demonstran.

PILIHAN:

Kantor Go-Jek di Kemang Dihujani Tembakan

Komplotan Penipu via SMS Dibekuk di Cianjur
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6634 seconds (0.1#10.140)
pixels