Mengenal 5 Perbedaan MRT, LRT, dan KRL Commuter Line

Sabtu, 22 Oktober 2022 - 18:04 WIB
loading...
Mengenal 5 Perbedaan...
Moda transportasi berbasis rel (kereta) kini menjadi pilihan banyak masyarakat Jabodetabek. Saat ini terdapat tiga moda transportasi publik di Jabodetabek berbasis rel, yakni MRT, LRT, dan KRL. Foto: SINDOnews/Dok
A A A
JAKARTA - Moda transportasi berbasis rel (kereta) kini menjadi pilihan banyak masyarakat Jabodetabek untuk mobilitas sehari-hari. Saat ini terdapat tiga moda transportasi publik di Jabodetabek berbasis rel, yakni MRT , LRT , dan KRL . Lantas apa perbedaan ketiganya?

Secara kasat mata sulit mencari perbedaan antara MRT (Mass Rapid Transit), LRT (Light Rail Transit), dan Kereta Rel Listrik (KRL). Sebab ketiga moda transportasi publik tersebut sama-sama berbergerak di atas rel. Ketiganya juga menggunakan listrik sebagai tenaga penggerak dan terdapat rangkaian gerbong-gerbong.

Meski demikian, terdapat beberapa perbedaan mendasar antara MRT, LRT, dan KRL. Berikut perbedaan MRT, LRT, dan KRL, dihimpun dari data Litbang SINDOnews, Sabtu (22/10/2022):

1. Panjang Gerbong dan Daya Tampung
MRT, LRT, dan KRL sama-sama memiliki kemampuan mengangkut penumpang (orang) dalam jumlah banyak. Akan tetapi, KRL memiliki daya tampung atau kapasitas penumpang yang lebih besar. Terlebih KRL Commuter Line Jabodetabek yang memiliki panjang gerbong hingga 12 dalam satu rangkaian kereta.



PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) menyebutkan, dalam satu gerbong kereta, KRL Commuter Line Jabodetabek mampu mengangkut penumpang sedikitnya 200 hingga 250 orang. Artinya, jika satu rangkaian KRL Commuter Line terdiri dari 12 gerbong, maka sekali angkut bisa mencapai 2.400-3.000 penumpang.

Sementara untuk MRT, daya tampung penumpang lebih terbatas. MRT memiliki kapasitas tempat duduk rata-rata sebanyak 50 kursi setiap gerbong kereta. Namun satu gerbong rata-rata bisa menampung hingga
325 penumpang. Satu rangkaian MRT rata-rata terdiri dari enam gerbong. Dengan demikian, 1 rangkaian MRT mampu mengangkut hingga 1.950 penumpang.



LRT memiliki daya tampung lebih sedikit dibandingkan dengan MRT dan KRL. Kapasitas LRT hanya sebanyak 628 penumpang dalam 1 rangkaian kereta. Jika dibandingkan dengan MRT dan KRL, panjang rangkaian LRT jauh lebih pendek.

LRT rata-rata hanya empat gerbong. Lantaran jumlah gerbongnya yang lebih pendek, maka secara otomastis kapasitas atau daya tampung penumpang LRT lebih sedikit.

2. Sumber Daya Listrik dan Sistem Rel
KRL dan MRT mengambil daya dari Listrik Aliran Atas (LAA). Sementara LRT Jabodebek mengambil listrik dari bawah atau (Listrik Aliran Bawah).

KRL maupun MRT sama seperti sistem transportasi kereta pada umumnya yang menggunakan sepasang rel untuk bergerak. Sedangkan LRT Jabodebek, lantaran menggunakan Listrik Aliran Bawah (LAB), memiliki rel ketiga yang berisi aliran listrik atau biasa disebut Third Rail.

3. Jalur Lintas
Dari sisi lintasan, KRL Commuter Line menggunakan jalur bawah dan jalur layang (elevated track). Sementara MRT menggunakan perlintasan bawah tanah dan lintasan layang. Sedangkan LRT menggunakan lintasan layang untuk menghindari perlintasan sebidang.



4. Jangkauan Operasional
KRL Commuter Line memiliki jangkauan operasional yang lebih luas, yakni wilayah Jabodetabek. KRL Commuter Line malayani rute PP Bogor-Jakarta, Bekasi-Jakarta, dan Tangerang-Jakarta. KRL saat memiliki 80 stasiun di seluruh wilayah Jabodetabek.

MRT juga umumnya bisa menjangkau daerah yang lebih luas. Namun saat ini MRT Jakarta baru memiliki jalur Fase I sepanjang ± 16 kilometer baru melayani Terminal Lebak Bulus-Bundaran Hotel dengan hanya 13 stasiun berikut 1 Depo.

Jangkauan LRT sebenarnya lebih terbatas, hanya menjangkau wilayah tertentu. Saat ini LRT Jakarta beroperasi dari Kelapa Gading hingga Velodrome Rawamangun. Rute LRT Jakarta memiliki jalur sepanjang 5,8 KM melintasi 6 stasiun, yaitu Stasiun LRT Pegangsaan Dua (Kelapa Gading), Stasiun LRT Boulevard Utara, Stasiun LRT Boulevard Selatan, Stasiun LRT Pulomas, Stasiun LRT Equestrian, dan Stasiun LRT Velodrome (Rawamangun)

Namun ada LRT Jabodetabek yang direncanakan beroperasi pada Juni 2023, terdiri dari 3 lintas pelayanan, yakni Cawang-Harjamukti, Cawang-Dukuh Atas, dan Cawang-Jatimulya.

LRT Jabodetabek rencananya melintasi 18 stasiun yang berada di Jakarta dan sekitarnya. Stasiun tersebut mencakup Dukuh Atas, Setiabudi, Rasuna Said, Kuningan, Pancoran, Cikoko, Ciliwung, Cawang, TMII, Kampung Rambutan, Ciracas, Harjamukti, Halim, Jatibening Baru, Cikunir I, Cikunir II, Stasiun Bekasi Barat, dan Stasiun Jatimulya.

5. Kecepatan
KRL, MRT, dan LRT memiliki kecepatan yang berbeda. KRL hanya dapat berjalan dengan kecepatan maksimal 90 km per jam. Sementara MRT mampu berjalan hingga 110 km per jam di jalur layang dan 80 km per jam di underground atau bawah tanah. Sedangkan kecepatan LRT rata-rata 100 km per jam.
(thm)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1322 seconds (0.1#10.140)