Mengenal 5 Perbedaan MRT, LRT, dan KRL Commuter Line
loading...
A
A
A
JAKARTA - Moda transportasi berbasis rel (kereta) kini menjadi pilihan banyak masyarakat Jabodetabek untuk mobilitas sehari-hari. Saat ini terdapat tiga moda transportasi publik di Jabodetabek berbasis rel, yakni MRT , LRT , dan KRL . Lantas apa perbedaan ketiganya?
Secara kasat mata sulit mencari perbedaan antara MRT (Mass Rapid Transit), LRT (Light Rail Transit), dan Kereta Rel Listrik (KRL). Sebab ketiga moda transportasi publik tersebut sama-sama berbergerak di atas rel. Ketiganya juga menggunakan listrik sebagai tenaga penggerak dan terdapat rangkaian gerbong-gerbong.
Meski demikian, terdapat beberapa perbedaan mendasar antara MRT, LRT, dan KRL. Berikut perbedaan MRT, LRT, dan KRL, dihimpun dari data Litbang SINDOnews, Sabtu (22/10/2022):
1. Panjang Gerbong dan Daya Tampung
MRT, LRT, dan KRL sama-sama memiliki kemampuan mengangkut penumpang (orang) dalam jumlah banyak. Akan tetapi, KRL memiliki daya tampung atau kapasitas penumpang yang lebih besar. Terlebih KRL Commuter Line Jabodetabek yang memiliki panjang gerbong hingga 12 dalam satu rangkaian kereta.
PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) menyebutkan, dalam satu gerbong kereta, KRL Commuter Line Jabodetabek mampu mengangkut penumpang sedikitnya 200 hingga 250 orang. Artinya, jika satu rangkaian KRL Commuter Line terdiri dari 12 gerbong, maka sekali angkut bisa mencapai 2.400-3.000 penumpang.
Sementara untuk MRT, daya tampung penumpang lebih terbatas. MRT memiliki kapasitas tempat duduk rata-rata sebanyak 50 kursi setiap gerbong kereta. Namun satu gerbong rata-rata bisa menampung hingga
325 penumpang. Satu rangkaian MRT rata-rata terdiri dari enam gerbong. Dengan demikian, 1 rangkaian MRT mampu mengangkut hingga 1.950 penumpang.
LRT memiliki daya tampung lebih sedikit dibandingkan dengan MRT dan KRL. Kapasitas LRT hanya sebanyak 628 penumpang dalam 1 rangkaian kereta. Jika dibandingkan dengan MRT dan KRL, panjang rangkaian LRT jauh lebih pendek.
LRT rata-rata hanya empat gerbong. Lantaran jumlah gerbongnya yang lebih pendek, maka secara otomastis kapasitas atau daya tampung penumpang LRT lebih sedikit.
Secara kasat mata sulit mencari perbedaan antara MRT (Mass Rapid Transit), LRT (Light Rail Transit), dan Kereta Rel Listrik (KRL). Sebab ketiga moda transportasi publik tersebut sama-sama berbergerak di atas rel. Ketiganya juga menggunakan listrik sebagai tenaga penggerak dan terdapat rangkaian gerbong-gerbong.
Meski demikian, terdapat beberapa perbedaan mendasar antara MRT, LRT, dan KRL. Berikut perbedaan MRT, LRT, dan KRL, dihimpun dari data Litbang SINDOnews, Sabtu (22/10/2022):
1. Panjang Gerbong dan Daya Tampung
MRT, LRT, dan KRL sama-sama memiliki kemampuan mengangkut penumpang (orang) dalam jumlah banyak. Akan tetapi, KRL memiliki daya tampung atau kapasitas penumpang yang lebih besar. Terlebih KRL Commuter Line Jabodetabek yang memiliki panjang gerbong hingga 12 dalam satu rangkaian kereta.
PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) menyebutkan, dalam satu gerbong kereta, KRL Commuter Line Jabodetabek mampu mengangkut penumpang sedikitnya 200 hingga 250 orang. Artinya, jika satu rangkaian KRL Commuter Line terdiri dari 12 gerbong, maka sekali angkut bisa mencapai 2.400-3.000 penumpang.
Sementara untuk MRT, daya tampung penumpang lebih terbatas. MRT memiliki kapasitas tempat duduk rata-rata sebanyak 50 kursi setiap gerbong kereta. Namun satu gerbong rata-rata bisa menampung hingga
325 penumpang. Satu rangkaian MRT rata-rata terdiri dari enam gerbong. Dengan demikian, 1 rangkaian MRT mampu mengangkut hingga 1.950 penumpang.
LRT memiliki daya tampung lebih sedikit dibandingkan dengan MRT dan KRL. Kapasitas LRT hanya sebanyak 628 penumpang dalam 1 rangkaian kereta. Jika dibandingkan dengan MRT dan KRL, panjang rangkaian LRT jauh lebih pendek.
LRT rata-rata hanya empat gerbong. Lantaran jumlah gerbongnya yang lebih pendek, maka secara otomastis kapasitas atau daya tampung penumpang LRT lebih sedikit.