Empat Hari Diberlakukan, PSBB Jakarta Belum Efektif
loading...
A
A
A
JAKARTA - Empat hari berjalan, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah DKI Jakarta belum menunjukkan perubahan signifikan. Kepadatan lalu lintas dan kerumunan orang masih terlihat di berbagai tempat. Perlu upaya ekstra keras semua pihak agar ikhtiar memutus mata rantai virus korona (Covid-19) benar-benar tercapai.
Apalagi, mulai besok, PSBB diperluas hingga Bogor, Depok dan Bekasi. Kesadaran dan tanggung jawab bersama seluruh masyarakat perlu terus didorong karena PSBB sangat sulit tercapai jika hanya mengandalkan regulasi, instruksi atau sistem pengawasan di lapangan. Luasnya wilayah dan banyaknya penduduk tidak sebanding dengan aparat yang harus diterjunkan.
Di sisi lain, sulitnya penegakan aturan menjaga jarak aman (phisycal distancing) di tempat-tempat umum seperti stasiun, halte atau terminal juga disebabkan masih banyaknya kebijakan pemerintah yang belum komprehensif. Pembatasan kapasitas transportasi publik misalnya harus mempertimbangkan sejauhmana kebijakan bekerja dari rumah (work from home) dijalankan perusahaan-perusahaan di Jakarta.
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Nana Sudjana mengakui selama PSBB berlaku, banyak kendaraan yang masuk ke DKI Jakarta. Dari pantauannya di Jalan Daan Mogot, Kalideres, Jakarta Barat, kemarin, masih banya kendaraan dari Tangerang yang masuk Jakarta. Padahal dalam prediksinya, masuk PSBB hari keempat, kepadatan mstinya sudah tidak terlihat. Beberapa pengendara juga terlihat tak menggunakan sarung tangan dan masker. “Kami melihat terkait masalah kepatuhan masyarakat, khususnya bagi pengendara yang mayoritas pakai masker. Tapi ini masih perlu evaluasi,” kata Nana Sudjana.
Aturan physical distancing di kendaraan umum juga harus banyak mendapatkan perhatian. Kapolda menyatakan, bedasar pantauannya ini, pihaknya bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan Pangdam Jaya Mayjen TNI Eko Margiyoni akan segera melakukan evaluasi terkait penerapan PSBB. Untuk meningkatkan kepatuhan masyarakat, kepolisian bersama tim akan mengintensifkan pemeriksaan di check pointn, baik di perbatasan, terminal, stasiun, gerbang told an dalam kota.
Pangdam Jaya Mayjen TNI Eko Margiyoni pun mengatakan pergerakan kendaraan masih cukup padat dan tak jauh berbeda dengan hari biasa. Karena itu, senada dengan Kapolda, pihaknya akan meninjau perbatasan dari arah Jawa Barat, khususnya dari Bogor. “Kami dapat informasi di stasiun KRL juga masih banyak penumpukan penumpang,” ucapnya.
Pagi kemarin, kerumunan massa berupa antrean ribuan calon penumpang yang hendak beraktivitas ke Jakarta dengan menggunakan moda transportasi massal KRL Commuterline masih terlihat di Stasiun Kota Bogor. Kepadatan terpantau sejak pukul 06.00 hingga 08.00 WIB. Kondisi tersebut bertolak belakang dengan protokol kesehatan seperti phisycal distancing sebagai upaya mencegah penyebaran Covid-19.
Andri (35) salah satu penumpang KRL mengaku, antrean panjang hingga mengular itu mulai dari sebelum masuk gate (gerbang elektronik masuk stasiun) hingga memasuki gerbong. Antrean karena para penumpang diwajibkan menjalani pemeriksaan suhu tubuh. Setelah berhasil melewati gate, antrean panjang kembali terjadi di peron sebelum menaiki KRL.
Antrean itu terjadi karena KRL membatasai penumpang dalam setiap rangkaian kereta. Kebijakan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) yang mengubah jam operasional KRL dari pukul 06.00-18.00 WIB juga membuat kerumunan tak terhindarkan. Apalagi penumpang di setiap rangkaian dibatasi maksimum 60 orang. Masalah ini berpotensi kian rumit karena Pemerintah Kota Bogor pun telah meminta PT KCI membatasi jumlah perjalanan KRL, baik yang hendak ke Bogor maupun ke Jakarta. Jumlah perjalanan KRL yang biasanya mencapai 400 trip diusulkan dipangkas hingga 50%.
Pembatasan ini, terang Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim, sebagai bagian dari implementasi kebijakan PSBB yang diterapkan besok. Dedie mengatakan, ada beberapa lokasi yang bakal dijadikan checkpoint atau pintu keluar masuk. “Lokasi penting atau titik kumpulan massa yang bakal dijadikan fokus perhatian kita yakni Stasiun Bogor dan Terminal Baranangsiang," kata Dedie.
Apalagi, mulai besok, PSBB diperluas hingga Bogor, Depok dan Bekasi. Kesadaran dan tanggung jawab bersama seluruh masyarakat perlu terus didorong karena PSBB sangat sulit tercapai jika hanya mengandalkan regulasi, instruksi atau sistem pengawasan di lapangan. Luasnya wilayah dan banyaknya penduduk tidak sebanding dengan aparat yang harus diterjunkan.
Di sisi lain, sulitnya penegakan aturan menjaga jarak aman (phisycal distancing) di tempat-tempat umum seperti stasiun, halte atau terminal juga disebabkan masih banyaknya kebijakan pemerintah yang belum komprehensif. Pembatasan kapasitas transportasi publik misalnya harus mempertimbangkan sejauhmana kebijakan bekerja dari rumah (work from home) dijalankan perusahaan-perusahaan di Jakarta.
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Nana Sudjana mengakui selama PSBB berlaku, banyak kendaraan yang masuk ke DKI Jakarta. Dari pantauannya di Jalan Daan Mogot, Kalideres, Jakarta Barat, kemarin, masih banya kendaraan dari Tangerang yang masuk Jakarta. Padahal dalam prediksinya, masuk PSBB hari keempat, kepadatan mstinya sudah tidak terlihat. Beberapa pengendara juga terlihat tak menggunakan sarung tangan dan masker. “Kami melihat terkait masalah kepatuhan masyarakat, khususnya bagi pengendara yang mayoritas pakai masker. Tapi ini masih perlu evaluasi,” kata Nana Sudjana.
Aturan physical distancing di kendaraan umum juga harus banyak mendapatkan perhatian. Kapolda menyatakan, bedasar pantauannya ini, pihaknya bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan Pangdam Jaya Mayjen TNI Eko Margiyoni akan segera melakukan evaluasi terkait penerapan PSBB. Untuk meningkatkan kepatuhan masyarakat, kepolisian bersama tim akan mengintensifkan pemeriksaan di check pointn, baik di perbatasan, terminal, stasiun, gerbang told an dalam kota.
Pangdam Jaya Mayjen TNI Eko Margiyoni pun mengatakan pergerakan kendaraan masih cukup padat dan tak jauh berbeda dengan hari biasa. Karena itu, senada dengan Kapolda, pihaknya akan meninjau perbatasan dari arah Jawa Barat, khususnya dari Bogor. “Kami dapat informasi di stasiun KRL juga masih banyak penumpukan penumpang,” ucapnya.
Pagi kemarin, kerumunan massa berupa antrean ribuan calon penumpang yang hendak beraktivitas ke Jakarta dengan menggunakan moda transportasi massal KRL Commuterline masih terlihat di Stasiun Kota Bogor. Kepadatan terpantau sejak pukul 06.00 hingga 08.00 WIB. Kondisi tersebut bertolak belakang dengan protokol kesehatan seperti phisycal distancing sebagai upaya mencegah penyebaran Covid-19.
Andri (35) salah satu penumpang KRL mengaku, antrean panjang hingga mengular itu mulai dari sebelum masuk gate (gerbang elektronik masuk stasiun) hingga memasuki gerbong. Antrean karena para penumpang diwajibkan menjalani pemeriksaan suhu tubuh. Setelah berhasil melewati gate, antrean panjang kembali terjadi di peron sebelum menaiki KRL.
Antrean itu terjadi karena KRL membatasai penumpang dalam setiap rangkaian kereta. Kebijakan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) yang mengubah jam operasional KRL dari pukul 06.00-18.00 WIB juga membuat kerumunan tak terhindarkan. Apalagi penumpang di setiap rangkaian dibatasi maksimum 60 orang. Masalah ini berpotensi kian rumit karena Pemerintah Kota Bogor pun telah meminta PT KCI membatasi jumlah perjalanan KRL, baik yang hendak ke Bogor maupun ke Jakarta. Jumlah perjalanan KRL yang biasanya mencapai 400 trip diusulkan dipangkas hingga 50%.
Pembatasan ini, terang Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim, sebagai bagian dari implementasi kebijakan PSBB yang diterapkan besok. Dedie mengatakan, ada beberapa lokasi yang bakal dijadikan checkpoint atau pintu keluar masuk. “Lokasi penting atau titik kumpulan massa yang bakal dijadikan fokus perhatian kita yakni Stasiun Bogor dan Terminal Baranangsiang," kata Dedie.