Hormati Pengguna KRL yang Antre, Kereta Tiba di Stasiun Akhir Harus Dikosongkan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jumlah pengguna Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line semakin meningkat setiap pekannya seiring dengan pembukaan kembali berbagai sektor perekonomian pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Transisi . Hal itu diungkapkan oleh VP Corporate Communications PT KCI Anne Purba.
"Pada Senin 29 Juni 2020 jumlah pengguna KRL kembali mencatatkan rekor tertinggi di masa pandemi Covid-19 yaitu 393.498 pengguna," kata Anne kepada wartawan, Selasa (30/6/2020). ( )
Dia menambahkan, jumlah ini meningkat 10 persen dibanding pada Senin pekan lalu. Dengan jumlah pengguna yang terus meningkat, PT KCI juga senantiasa memaksimalkan upaya mengelola antrean pengguna agar dapat berjalan lancar dan tertib.
Anne melanjutkan, hasil dari pengamatan petugas di sejumlah stasiun dan keluhan yang disampaikan pelanggan, mulai ada beberapa orang yang naik KRL ke stasiun-stasiun yang menjadi titik pemberangkatan, meskipun stasiun tujuannya berada di arah sebaliknya.
"Mereka naik KRL ke arah yang sesungguhnya berlawanan dengan stasiun tujuannya agar dapat naik kereta dengan cepat tanpa harus mengikuti penyekatan dan antrean pengguna di stasiun," katap Anne.
Sebagai contoh, pada pagi hari sejumlah orang dengan tujuan akhir Stasiun Gondangdia naik dari Stasiun Cilebut. Namun bukannya menunggu kereta di peron arah ke Jakarta Kota, mereka menunggu kereta di peron arah ke Bogor yang tidak ada penyekatan karena memang arah tersebut berlawanan dengan pola pergerakan mayoritas penumpang pada jam sibuk.
Mereka kemudian menaiki kereta arah ke Bogor yang memang kosong. Sesampainya di Stasiun Bogor, mereka tetap duduk, tidak turun dari kereta dan langsung menunggu kereta berangkat kembali ke arah Jakarta Kota.
Pada sore hari, pengguna dengan tujuan Bogor atau Bekasi ada juga yang memilih untuk naik kereta tujuan Jakarta Kota lebih dahulu. Di Stasiun Jakarta Kota, mereka menunggu di dalam hingga kereta berangkat kembali ke arah sesuai stasiun tujuannya.
"Perilaku ini sebenarnya telah ada sejak masa sebelum pandemi Covid-19. Sebelumnya, sebagian pengguna KRL menempuh cara ini untuk mendapatkan tempat duduk selama perjalanan menggunakan KRL," terangnya.
Namun di masa pandemi dengan berbagai pembatasan yang ada, tindakan tidak bertanggungjawab semacam ini membuat jumlah pengguna dari stasiun pemberangkatan tidak dapat dimuat maksimum ke dalam kereta.
Dampaknya, antrean kereta di stasiun menjadi tidak lancar. Tindakan sebagian pengguna membuat ribuan orang harus mengantre lebih lama lagi di stasiun. ( )
Untuk itu petugas pengamanan saat menyisir kereta sesampainya di stasiun juga akan meminta seluruh pengguna yang ada untuk turun dan mengosongkan kereta sebelum diisi pengguna yang telah menunggu di peron.
Para pengguna tersebut jika ingin kembali menggunakan KRL harus melakukan tap out di gate elektronik stasiun kemudian mengantre kembali dari titik awal antrean di stasiun pemberangkatan. "Hal ini agar mereka yang hendak menyiasati antrean dapat diedukasi dan tidak coba-coba lagi melakukan hal serupa," tutur Anne.
Pihaknya meminta seluruh pengguna KRL untuk disiplin dan bekerja sama mengikuti protokol kesehatan di stasiun dan di dalam kereta. "PT KCI juga mengajak para pengguna untuk bertenggang rasa kepada sesame pengguna termasuk dengan tertib mengikuti antrean dan penyekatan di stasiun," tutupnya.
"Pada Senin 29 Juni 2020 jumlah pengguna KRL kembali mencatatkan rekor tertinggi di masa pandemi Covid-19 yaitu 393.498 pengguna," kata Anne kepada wartawan, Selasa (30/6/2020). ( )
Dia menambahkan, jumlah ini meningkat 10 persen dibanding pada Senin pekan lalu. Dengan jumlah pengguna yang terus meningkat, PT KCI juga senantiasa memaksimalkan upaya mengelola antrean pengguna agar dapat berjalan lancar dan tertib.
Anne melanjutkan, hasil dari pengamatan petugas di sejumlah stasiun dan keluhan yang disampaikan pelanggan, mulai ada beberapa orang yang naik KRL ke stasiun-stasiun yang menjadi titik pemberangkatan, meskipun stasiun tujuannya berada di arah sebaliknya.
"Mereka naik KRL ke arah yang sesungguhnya berlawanan dengan stasiun tujuannya agar dapat naik kereta dengan cepat tanpa harus mengikuti penyekatan dan antrean pengguna di stasiun," katap Anne.
Sebagai contoh, pada pagi hari sejumlah orang dengan tujuan akhir Stasiun Gondangdia naik dari Stasiun Cilebut. Namun bukannya menunggu kereta di peron arah ke Jakarta Kota, mereka menunggu kereta di peron arah ke Bogor yang tidak ada penyekatan karena memang arah tersebut berlawanan dengan pola pergerakan mayoritas penumpang pada jam sibuk.
Mereka kemudian menaiki kereta arah ke Bogor yang memang kosong. Sesampainya di Stasiun Bogor, mereka tetap duduk, tidak turun dari kereta dan langsung menunggu kereta berangkat kembali ke arah Jakarta Kota.
Pada sore hari, pengguna dengan tujuan Bogor atau Bekasi ada juga yang memilih untuk naik kereta tujuan Jakarta Kota lebih dahulu. Di Stasiun Jakarta Kota, mereka menunggu di dalam hingga kereta berangkat kembali ke arah sesuai stasiun tujuannya.
"Perilaku ini sebenarnya telah ada sejak masa sebelum pandemi Covid-19. Sebelumnya, sebagian pengguna KRL menempuh cara ini untuk mendapatkan tempat duduk selama perjalanan menggunakan KRL," terangnya.
Namun di masa pandemi dengan berbagai pembatasan yang ada, tindakan tidak bertanggungjawab semacam ini membuat jumlah pengguna dari stasiun pemberangkatan tidak dapat dimuat maksimum ke dalam kereta.
Dampaknya, antrean kereta di stasiun menjadi tidak lancar. Tindakan sebagian pengguna membuat ribuan orang harus mengantre lebih lama lagi di stasiun. ( )
Untuk itu petugas pengamanan saat menyisir kereta sesampainya di stasiun juga akan meminta seluruh pengguna yang ada untuk turun dan mengosongkan kereta sebelum diisi pengguna yang telah menunggu di peron.
Para pengguna tersebut jika ingin kembali menggunakan KRL harus melakukan tap out di gate elektronik stasiun kemudian mengantre kembali dari titik awal antrean di stasiun pemberangkatan. "Hal ini agar mereka yang hendak menyiasati antrean dapat diedukasi dan tidak coba-coba lagi melakukan hal serupa," tutur Anne.
Pihaknya meminta seluruh pengguna KRL untuk disiplin dan bekerja sama mengikuti protokol kesehatan di stasiun dan di dalam kereta. "PT KCI juga mengajak para pengguna untuk bertenggang rasa kepada sesame pengguna termasuk dengan tertib mengikuti antrean dan penyekatan di stasiun," tutupnya.
(mhd)