Profil RA Wiriadinata, Pendamping Ali Sadikin yang Punya Pengalaman Mentereng di TNI AU
loading...
A
A
A
JAKARTA - Marsekal Muda TNI (Anumerta) Raden Atje Wiriadinata dikenal pendamping Ali Sadikin yang mempunyai karier mentereng di TNI AU . Duet Ali Sadikin-RA Wiriadinata memimpin DKI Jakarta periode 1966-1977 bisa disebut periode emas.
Keduanya sama-sama asli Sumedang, Jawa Barat. RA Wiriadinata ditunjuk Presiden Soekarno sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta mendampingi Letjen (KKO) Ali Sadikin pada tahun 1966.
Baca juga: Kisah Ali Sadikin dan Rumitnya Lalu Lintas Jakarta
Tak lagi menjabat Wagub DKI, pria kelahiran Sumedang 15 Agustus 1920 itu diangkat Presiden kedua RI Soeharto sebagai Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) periode 1978-1983.
Jauh sebelum duduk di pemerintahan, dikutip dari situs tni.mil.id, RA Wiriadinata mengawali karier di AURI sejak tahun 1940 setelah lulus dari pendidikan di vliegtuigmakerschool militaire luchtvaart andir Bandung.
Di Pangkalan Udara Andir Bandung, dia sebagai teknisi pesawat terbang lalu pindah tugas ke Pangkalan Udara Maospati Madiun. Di pangkalan udara ini, Wiriadinata dan pasukannya yang terdiri atas anggota pangkalan dan Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) mempertahankan pangkalan udara dari serangan tentara Belanda saat terjadi agresi militer.
Wiriadinata juga dipercaya memimpin pasukan Penembahan Senopati 105 yang dikenal dengan sebutan pasukan Garuda Mulya yang beroperasi di sekitar Yogyakarta dan Surakarta (Solo) dalam melawan agresi militer Belanda tahun 1947 dan 1948.
Selama menjadi tentara/Kopasgat, RA Wiriadinata telah melewati berbagai penugasan mulai penumpasan DI/TII dan Apra di Bandung, penumpasan pemberontakan Andi Aziz di Makassar, penumpasan PRRI/Permesta di Sumatera dan Sulawesi Utara, pembebasan Irian Barat, serta operasi-operasi militer lainnya.
Baca juga: Kisah Ali Sadikin Mengejar dan Menampar Sopir Truk ALRI yang Ugal-ugalan
Dikutip dari buku RA Wiriadinata, Panglima Pertama Korps Baret Jingga, atas berbagai keberhasilan dalam memimpin pasukan, maka berdasarkan keputusan Menteri/Panglima Angkatan Udara (Men/Pangau) Nomor 45 Tahun 1966 tanggal 17 Mei 1966, RA Wiriadinata dipercaya sebagai Panglima Pertama Kopasgat (Komando Pasukan Gerak Cepat/saat ini Korpaskhasau).
Selepas berkiprah dari AURI, Wiriadinata dipercaya meneruskan pengabdian di pemerintahan sebagai Wagub DKI Jakarta dan kepercayaan terakhir yang diembannya yaitu Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) periode 1978-1983.
Sebagai penghormatan kepada RA Wiriadinata, pada tahun 2001 TNI Angkatan Udara (AU) melakukan penggantian nama atas Lanud Cibeureum, Tasikmalaya, Jawa Barat menjadi Lanud Wiriadinata. Penggantian ini berasal dari usulan Paguyuban Masyarakat Pasundan mengingat besarnya jasa Wiriadinata kepada TNI AU dan negara.
Keduanya sama-sama asli Sumedang, Jawa Barat. RA Wiriadinata ditunjuk Presiden Soekarno sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta mendampingi Letjen (KKO) Ali Sadikin pada tahun 1966.
Baca juga: Kisah Ali Sadikin dan Rumitnya Lalu Lintas Jakarta
Tak lagi menjabat Wagub DKI, pria kelahiran Sumedang 15 Agustus 1920 itu diangkat Presiden kedua RI Soeharto sebagai Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) periode 1978-1983.
Jauh sebelum duduk di pemerintahan, dikutip dari situs tni.mil.id, RA Wiriadinata mengawali karier di AURI sejak tahun 1940 setelah lulus dari pendidikan di vliegtuigmakerschool militaire luchtvaart andir Bandung.
Di Pangkalan Udara Andir Bandung, dia sebagai teknisi pesawat terbang lalu pindah tugas ke Pangkalan Udara Maospati Madiun. Di pangkalan udara ini, Wiriadinata dan pasukannya yang terdiri atas anggota pangkalan dan Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) mempertahankan pangkalan udara dari serangan tentara Belanda saat terjadi agresi militer.
Wiriadinata juga dipercaya memimpin pasukan Penembahan Senopati 105 yang dikenal dengan sebutan pasukan Garuda Mulya yang beroperasi di sekitar Yogyakarta dan Surakarta (Solo) dalam melawan agresi militer Belanda tahun 1947 dan 1948.
Selama menjadi tentara/Kopasgat, RA Wiriadinata telah melewati berbagai penugasan mulai penumpasan DI/TII dan Apra di Bandung, penumpasan pemberontakan Andi Aziz di Makassar, penumpasan PRRI/Permesta di Sumatera dan Sulawesi Utara, pembebasan Irian Barat, serta operasi-operasi militer lainnya.
Baca juga: Kisah Ali Sadikin Mengejar dan Menampar Sopir Truk ALRI yang Ugal-ugalan
Dikutip dari buku RA Wiriadinata, Panglima Pertama Korps Baret Jingga, atas berbagai keberhasilan dalam memimpin pasukan, maka berdasarkan keputusan Menteri/Panglima Angkatan Udara (Men/Pangau) Nomor 45 Tahun 1966 tanggal 17 Mei 1966, RA Wiriadinata dipercaya sebagai Panglima Pertama Kopasgat (Komando Pasukan Gerak Cepat/saat ini Korpaskhasau).
Selepas berkiprah dari AURI, Wiriadinata dipercaya meneruskan pengabdian di pemerintahan sebagai Wagub DKI Jakarta dan kepercayaan terakhir yang diembannya yaitu Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) periode 1978-1983.
Sebagai penghormatan kepada RA Wiriadinata, pada tahun 2001 TNI Angkatan Udara (AU) melakukan penggantian nama atas Lanud Cibeureum, Tasikmalaya, Jawa Barat menjadi Lanud Wiriadinata. Penggantian ini berasal dari usulan Paguyuban Masyarakat Pasundan mengingat besarnya jasa Wiriadinata kepada TNI AU dan negara.
(jon)