Marbot Masjid di Rawamangun Puluhan Tahun Menabung untuk Pergi Haji, Dari Tukang Tambal Ban hingga Dicurigai Mencuri Kas Masjid
loading...
A
A
A
Disitulah Waridjun mengaku lama membuka usaha tambal bannya hingga tahun 1992. Istri Waridjun menambahkan, suaminya berhenti karena sempat mengalami sakit hernia.
"Bapak sempat sakit hernia sehingga berhenti sebentar usaha tambal bannya karena harus operasi. Tetapi bapak belum kapok karena masih layanin pelanggan untuk tambal ban karena datang langsung ke rumah. Tetapi baru stop total lantaran bapak kena sakit jantung juga di tahun 1993," tambah Sopiah.
Akan tetapi, meski sudah sakit jantung, Waridjun tetap membuka usaha tambal ban namun dikerjakan oleh anak-anaknya. Pria beranak lima ini menjelaskan usahanya dikerjakan oleh dua putranya ketika libur sekolah dan dibantu putrinya yang lain.
"Anak saya yang laki-laki kalau lagi libur atau pulang sekolah yaa ikut bantuin. Bapak tinggal mengarahkan saja karena sudah ga kuat tangannya untuk angkat berat," imbuh Sopiah.
Sambilan sebagai Marbot Masjid
Ketika hendak mendekati adzan Ashar, Waridjun menyampaikan izin kepada MNC Portal untuk mempersiapkan shalat ashar berjamaah di masjid dekat rumahnya, Masjid Jami Al-Hilal. Sebelum beranjak, Sopiah dan anaknya, Atun, mengungkapkan keinginan Waridjun yang tetap ingin beramal dengan tenaganya.
"Bapak saya sudah jadi marbot masjid sekitar tahun 1982, itu saat saya mau masuk TK. Kami baru tinggal di rumah ini sekitar dua tahun," kata Atun.
Saat ditegaskan mengapa dirinya ingin menjadi marbot Masjid , Waridjun dengan singkat menjawab hanya ingin memenuhi panggilan hatinya dan ibadah. Putrinya menyambar dengan segera bahwa ayahnya hanya ingin beramal dengan apa saja yang dimilikinya.
"Bapak saya itu prinsipnya jika tidak bisa beramal dengan harta, maka amal dengan tenaga. Hanya itu yang dipikirkan bapak saya," sergah Atun menimpali ayahnya yang terbata-bata menjelaskan.
Baca juga: Volume Makanan Jamaah Haji 2022 Bakal Ditingkatkan 3x Sehari
Sopiah pun menambahkan, suaminya bekerja sebagai marbot dengan ikhlas tanpa bayaran. Ia pun menceritakan suaminya iba melihat marbot yang menjaga masjid di dekat rumahnya karena sudah sepuh.
"Suami saya selain ibadah hanya ingin membantu marbot yang sudah tua. Itu pun tidak digaji, benar-benar panggilan hatinya," kata Sopiah.
"Bapak sempat sakit hernia sehingga berhenti sebentar usaha tambal bannya karena harus operasi. Tetapi bapak belum kapok karena masih layanin pelanggan untuk tambal ban karena datang langsung ke rumah. Tetapi baru stop total lantaran bapak kena sakit jantung juga di tahun 1993," tambah Sopiah.
Akan tetapi, meski sudah sakit jantung, Waridjun tetap membuka usaha tambal ban namun dikerjakan oleh anak-anaknya. Pria beranak lima ini menjelaskan usahanya dikerjakan oleh dua putranya ketika libur sekolah dan dibantu putrinya yang lain.
"Anak saya yang laki-laki kalau lagi libur atau pulang sekolah yaa ikut bantuin. Bapak tinggal mengarahkan saja karena sudah ga kuat tangannya untuk angkat berat," imbuh Sopiah.
Sambilan sebagai Marbot Masjid
Ketika hendak mendekati adzan Ashar, Waridjun menyampaikan izin kepada MNC Portal untuk mempersiapkan shalat ashar berjamaah di masjid dekat rumahnya, Masjid Jami Al-Hilal. Sebelum beranjak, Sopiah dan anaknya, Atun, mengungkapkan keinginan Waridjun yang tetap ingin beramal dengan tenaganya.
"Bapak saya sudah jadi marbot masjid sekitar tahun 1982, itu saat saya mau masuk TK. Kami baru tinggal di rumah ini sekitar dua tahun," kata Atun.
Saat ditegaskan mengapa dirinya ingin menjadi marbot Masjid , Waridjun dengan singkat menjawab hanya ingin memenuhi panggilan hatinya dan ibadah. Putrinya menyambar dengan segera bahwa ayahnya hanya ingin beramal dengan apa saja yang dimilikinya.
"Bapak saya itu prinsipnya jika tidak bisa beramal dengan harta, maka amal dengan tenaga. Hanya itu yang dipikirkan bapak saya," sergah Atun menimpali ayahnya yang terbata-bata menjelaskan.
Baca juga: Volume Makanan Jamaah Haji 2022 Bakal Ditingkatkan 3x Sehari
Sopiah pun menambahkan, suaminya bekerja sebagai marbot dengan ikhlas tanpa bayaran. Ia pun menceritakan suaminya iba melihat marbot yang menjaga masjid di dekat rumahnya karena sudah sepuh.
"Suami saya selain ibadah hanya ingin membantu marbot yang sudah tua. Itu pun tidak digaji, benar-benar panggilan hatinya," kata Sopiah.