Intervensi Gizi Balita, Wali Kota Jakpus Tinjau Posyandu di Kelurahan Kartini

Senin, 13 Juni 2022 - 17:13 WIB
loading...
Intervensi Gizi Balita,...
Wali Kota Jakarta Pusat Dhany Sukma meninjau pelaksanaan Posyandu Balita di Kantor Kelurahan Kartini, Kecamatan Sawah Besar, Minggu (12/6/2022). Foto: Ist
A A A
JAKARTA - Wali Kota Jakarta Pusat Dhany Sukma meninjau pelaksanaan Posyandu Balita di Kantor Kelurahan Kartini, Kecamatan Sawah Besar, Minggu (12/6/2022).

Kegiatan ini sebagai fokus kelompok sasaran stunting. Ternyata dari kelompok tersebut bukan hanya persoalan gizi saja, tetapi memang ada yang bersifat kompleks. Misalkan, ada penyakit penyerta bagi balita sehingga pendekatannya dengan layanan kesehatan perorangan yang sudah dirujuk ke RSCM, RS Harapan Kita untuk diselesaikan status kesehatannya.
Baca juga: Masalah Baru Pandemi, Gizi Buruk-Stunting Terancam Melonjak

"Setelah itu, baru kita intervensi dengan asupan gizi seimbang yang sudah direkomendasikan dari jajaran tim gizi puskesmas," ujar Dhany.

Pihaknya menggandeng Baznas Bazis Jakarta Pusat untuk ambil bagian dalam asupan gizi yang sudah disiapkan oleh puskesmas. "Tadi kita sudah berikan asupan makanan bergizi. Dan untuk seminggu ke depan bantuan dari Baznas Bazis berupa uang tunai sebesar Rp5 juta yang dititipkan kepada kader PKK Kelurahan untuk diberikan kepada kelompok sasaran stunting secara door to door," katanya.

Kepala Puskesmas Kelurahan Kartini dr I Gusti Ayu Ariwaty menjelaskan, pemahaman masyarakat tentang stunting masih terbilang minim. Indikasinya adalah stunting kerap diartikan sebagai gizi buruk di tengah masyarakat awam.

Menurutnya, ada ciri-ciri anak dengan gizi buruk biasanya memiliki ciri-ciri kulit yang kering, lemak di bawah kulit berkurang, dan otot mengecil. Jika telah mencapai tahap lanjut, ada kemungkinan perut anak menjadi buncit.
Baca juga: Tanggulangi Stunting dan Gizi Buruk dengan Gerakan Masif Masyarakat

Sementara itu, ciri anak yang mengalami stunting adalah pertumbuhannya melambat. Hal itu dapat dilihat dari tubuh yang lebih pendek dan tampak lebih muda dibanding teman-teman seusianya. Pubertas pada anak dengan kasus stunting pun kerap terlambat.

"Pada dasarnya, gizi buruk disebabkan oleh kekurangan asupan gizi dalam waktu yang relatif singkat ketimbang stunting. Sedangkan stunting umumnya diakibatkan kekurangan gizi dalam jangka panjang, terutama di masa 1.000 hari pertama kehidupan anak. Di samping itu, ada faktor lain seperti tingginya frekuensi sakit anak dan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang tidak tertangani dengan baik," ujar I Gusti Ayu Ariwaty.

"Kita harus menangani stunting secara menyeluruh, mulai dari pemeriksaan kesehatan pada saat remaja, memasuki pernikahan, kehamilan, hingga melahirkan. Semuanya kita pantau secara menyeluruh dan berkala," sambungnya.
(jon)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1294 seconds (0.1#10.140)