Soal Angka Gizi Buruk di Jakpus Tinggi, Rekan Indonesia: Jangan Salah Persepsi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Relawan Kesehatan (Rekan) Indonesia Jakarta Pusat Nandang Kosasih memberikan penjelasan terkait angka gizi buruk di wilayah itu. Jakarta Pusat terpersepsikan sebagai wilayah yang tinggi angka gizi buruknya menyusul adanya 26 balita yang mengalami stunting.
Nandang menjelaskan, stunting bukan gizi buruk dan jelas berbeda. Stunting adalah kondisi dimana pertumbuhan tinggi badan tidak sesuai dengan umur saat ini.
Kondisi ini dipicu dengan kurangnya nutrisi saat hamil, bayi, dan saat masih kanak. Sedangkan gizi buruk merupakan jenis kondisi dimana kekurangan baik dari segi protein, kalori, serta vitamin dan mineral.
"Meski gizi buruk salah satu penyebab timbulnya stunting, namun penanganan dan pengaruh pada perkembangan balita yang menderita gizi buruk dan stunting berbeda" ujar Gopes panggilan akrab Nandang Kosasih, melalui siaran persnya (Jumat (10/6/2022, menanggapi pemberitaan di beberapa media terkait gizi buruk di Jakarta Pusat.
Gopes mengatakan, stunting terjadi sebagai efek jangka panjang dari kurangnya nutrisi. Sedangkan gizi buruk merupakan efek jangka pendek yang menimbulkan keluhan hingga adanya perut yang membuncit.
Gizi buruk dapat mempengaruhi kecerdasan, sedangkan stunting lebih kepada gangguan pada kesehatan tubuh dan terhambatnya pertumbuhan tinggi badan.
"Jadi memang gizi buruk dan stunting itu tidaklah sama, tapi sama-sama membahayakan kesehatan tubuh balita," tegas Gopes.
Gopes mengingatkan, stunting dan gizi buruk itu harus diatasi dan dicegah sedini mungkin agar tidak berdampak buruk untuk kesehatan anak jangka panjang.
"Kami apresiasi kepada Pemerintahan Kota Jakarta Pusat yang telah serius menurunkan angka stunting dari 7% menjadi 3%," kata Gopes.
Namun, Gopes juga meminta kepada posyandu dan puskesmas untuk lebih meningkatkan lagi sosilasisasi pencegahan gizi buruk dan stunting di warga Jakpus, terutama warga yang sedang hamil.
Hal ini untuk semakin meningkatkan kesadaran warga Jakpus, sehingga dapat semakin menekan angka stunting dan gizi buruk.
"Karena kebanyakan warga yg hamil itu masih rendah kesadaran keseimbangan gizinya dalam mengkonsumsi makanan, makan asal kenyang saja. Padahal untuk mengkonsumsi keseimbangan gizi gak perlu mahal," tutup Gopes
Jakarta Pusat terpersepsikan sebagai wilayah yang tinggi angka gizi buruknya bermula dari pernyataan Lurah Kartini yang menyatakan 26 balita di wilayahnya alami stunting.
"Tadinya ada 36 balita, saat ini sudah menjadi 26 balita," ujar Lurah Kartini, Ati Mediana Rabu (8/6/2022).
Balita yang mengalami stunting tersebar di sejumlah rukun warga (RW) di Kelurahan Kartini, yakni RW 001, 002, 004, 005, 007, dan 009. Lurah Kartini juga jelas menyebutkan itu sebagai stunting, bukan gizi buruk.
Nandang menjelaskan, stunting bukan gizi buruk dan jelas berbeda. Stunting adalah kondisi dimana pertumbuhan tinggi badan tidak sesuai dengan umur saat ini.
Kondisi ini dipicu dengan kurangnya nutrisi saat hamil, bayi, dan saat masih kanak. Sedangkan gizi buruk merupakan jenis kondisi dimana kekurangan baik dari segi protein, kalori, serta vitamin dan mineral.
"Meski gizi buruk salah satu penyebab timbulnya stunting, namun penanganan dan pengaruh pada perkembangan balita yang menderita gizi buruk dan stunting berbeda" ujar Gopes panggilan akrab Nandang Kosasih, melalui siaran persnya (Jumat (10/6/2022, menanggapi pemberitaan di beberapa media terkait gizi buruk di Jakarta Pusat.
Gopes mengatakan, stunting terjadi sebagai efek jangka panjang dari kurangnya nutrisi. Sedangkan gizi buruk merupakan efek jangka pendek yang menimbulkan keluhan hingga adanya perut yang membuncit.
Gizi buruk dapat mempengaruhi kecerdasan, sedangkan stunting lebih kepada gangguan pada kesehatan tubuh dan terhambatnya pertumbuhan tinggi badan.
"Jadi memang gizi buruk dan stunting itu tidaklah sama, tapi sama-sama membahayakan kesehatan tubuh balita," tegas Gopes.
Gopes mengingatkan, stunting dan gizi buruk itu harus diatasi dan dicegah sedini mungkin agar tidak berdampak buruk untuk kesehatan anak jangka panjang.
"Kami apresiasi kepada Pemerintahan Kota Jakarta Pusat yang telah serius menurunkan angka stunting dari 7% menjadi 3%," kata Gopes.
Namun, Gopes juga meminta kepada posyandu dan puskesmas untuk lebih meningkatkan lagi sosilasisasi pencegahan gizi buruk dan stunting di warga Jakpus, terutama warga yang sedang hamil.
Hal ini untuk semakin meningkatkan kesadaran warga Jakpus, sehingga dapat semakin menekan angka stunting dan gizi buruk.
"Karena kebanyakan warga yg hamil itu masih rendah kesadaran keseimbangan gizinya dalam mengkonsumsi makanan, makan asal kenyang saja. Padahal untuk mengkonsumsi keseimbangan gizi gak perlu mahal," tutup Gopes
Jakarta Pusat terpersepsikan sebagai wilayah yang tinggi angka gizi buruknya bermula dari pernyataan Lurah Kartini yang menyatakan 26 balita di wilayahnya alami stunting.
"Tadinya ada 36 balita, saat ini sudah menjadi 26 balita," ujar Lurah Kartini, Ati Mediana Rabu (8/6/2022).
Balita yang mengalami stunting tersebar di sejumlah rukun warga (RW) di Kelurahan Kartini, yakni RW 001, 002, 004, 005, 007, dan 009. Lurah Kartini juga jelas menyebutkan itu sebagai stunting, bukan gizi buruk.
(thm)