Hari Film Nasional Tema Jejak Kebudayaan, Heidy Hermia Ismail Berterima Kasih
loading...
A
A
A
JAKARTA - Terima kasih banyak telah menjadikan nama Usmar Ismail menjadi sosok di tema Jejak Pahlawan Kebudayaan pada pagelaran Hari Film Nasional 30 Maret 2022.
Demikianlah yang disampaikan Heidy Hermia Ismail dalam sambutan pembukaan acara Hari Film Nasional 2022 di The Tribatra Darmawangsa Jakarta, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Sebagai putri Usmar Ismail, dia juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah mengusungkan Bapak Perfilman Indonesia ini menjadi Pahlawan Nasional pada 10 November 2021 lalu.
Baca juga: Usmar Ismail, Bapak Perfilman Indonesia dengan Deretan Karya Apik
“Semoga semua karya bapak saya dapat menjadikan inspirasi, manfaat bagi generasi perfilman, serta warisan-warisan budayanya seperti sekolah perfilman dan lainnya dapat memajukan perfilman,” ujar Heidy.
Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Hilmar Farid mengatakan, melalui karya atau jejak sejarah Usmar Ismail, bangsa dapat mengenal jati diri bangsa dalam berkebudayaan.
“Melalui flim, kita dapat mengenalkan bangsa Indonesia ke dunia. Saya juga banyak terima kasih kepada semua insan perfilman yang telah bekerja untuk menampillkan budaya jati diri bangsa. Kepada semua lapisan yang terlibat dalam pembuatan filmnya saya ucapkan banyak terima kasih,” kata Hilmar.
Dalam pagelaran yang diselenggarakan oleh Usmar Ismail Cinema Society bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ini, turut juga dihadiri puluhan aktor/aktris dan sutradara seperti Rano Karno, Slamet Raharjo, Ray Sahetapi, Tio Pakusadewo, Arief Malimundo, Lisabona, Riri Riza, Paramitha Rosadi, Alicia Djohar, Ninik L Karim, serta Rina Hasyim.
Slamet Raharjo mengungkapkan dirinya selalu menjadikan panutan dan mengikuti jejak Usmar Ismail dengan turut serta menjadi guru di sekolah akting. “Bapak Usmar Ismail ini dulu mendirikan sekolah akting di mana berguna mengembangkan perfilman Indonesia. Begitu film pertamanya diputar beliau langsung membuat sekolah akting dan menjadi guru di situ. Saya pun demikian mengikutinya sekarang menjadi guru. Karena film yang baik itu tontonan, tatanan dan tuntunan,” ujar Slamet.
Baca juga: 5 Film Karya Usmar Ismail, Sutradara yang Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional
Diketahui, sejarah Hari Film Nasional dirayakan setiap 30 Maret. Dalam memperingatinya pagelaran dibuat mengenang sosok Usmar Ismail sang sutradara pembuat film pertama di Indonesia.
30 Maret juga merupakan tanggal di mana film pertama karya Usmar Ismail mengambil gambar perdananya.
Selain sutradara film pertama, pahlawan kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat 20 Maret 1921 ini juga dikenal sebagai penulis, sastrawan, wartawan, dan Mayor TNI.
Dia sudah menunjukkan bakat sastranya sejak masih duduk di bangku SMP, bahkan setelah duduk di bangku SMA di Yogyakarta, Usmar semakin banyak terlibat dengan dunia sastra.
Dia memperdalam pengetahuan dramanya dan aktif dalam kegiatan drama di sekolahnya. Bakatnya kian berkembang saat bekerja di Keimin Bunka Sidosho (Kantor Besar Pusat Kebudayaan Jepang).
Di tempat itu, dia bersama Armijn Pane dan budayawan lainnya bekerja sama untuk mementaskan drama.
Gadis Desa adalah garapan pertama filmnya lanjut dengan film Harta Karun di tahun 1949 diangkat dari karya Moliere, Tjitra di tahun 1949. Kemudian, Darah dan Doa 1950, Dosa Tak Berampun 1951, Enam Djam di Djogja 1951, Tiga Dara 1956, Anak Anak Revolusi 1964 dan banyak flim lainnya.
Untuk mengenang jasanya, namanya juga diabadikan di sebuah gedung perfilman yaitu Pusat Perfilman Usmar Ismail di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Usmar Ismail wafat pada 2 Januari 1971 karena sakit stroke dalam usia hampir genap 50 tahun.
Demikianlah yang disampaikan Heidy Hermia Ismail dalam sambutan pembukaan acara Hari Film Nasional 2022 di The Tribatra Darmawangsa Jakarta, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Sebagai putri Usmar Ismail, dia juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah mengusungkan Bapak Perfilman Indonesia ini menjadi Pahlawan Nasional pada 10 November 2021 lalu.
Baca juga: Usmar Ismail, Bapak Perfilman Indonesia dengan Deretan Karya Apik
“Semoga semua karya bapak saya dapat menjadikan inspirasi, manfaat bagi generasi perfilman, serta warisan-warisan budayanya seperti sekolah perfilman dan lainnya dapat memajukan perfilman,” ujar Heidy.
Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Hilmar Farid mengatakan, melalui karya atau jejak sejarah Usmar Ismail, bangsa dapat mengenal jati diri bangsa dalam berkebudayaan.
“Melalui flim, kita dapat mengenalkan bangsa Indonesia ke dunia. Saya juga banyak terima kasih kepada semua insan perfilman yang telah bekerja untuk menampillkan budaya jati diri bangsa. Kepada semua lapisan yang terlibat dalam pembuatan filmnya saya ucapkan banyak terima kasih,” kata Hilmar.
Dalam pagelaran yang diselenggarakan oleh Usmar Ismail Cinema Society bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ini, turut juga dihadiri puluhan aktor/aktris dan sutradara seperti Rano Karno, Slamet Raharjo, Ray Sahetapi, Tio Pakusadewo, Arief Malimundo, Lisabona, Riri Riza, Paramitha Rosadi, Alicia Djohar, Ninik L Karim, serta Rina Hasyim.
Slamet Raharjo mengungkapkan dirinya selalu menjadikan panutan dan mengikuti jejak Usmar Ismail dengan turut serta menjadi guru di sekolah akting. “Bapak Usmar Ismail ini dulu mendirikan sekolah akting di mana berguna mengembangkan perfilman Indonesia. Begitu film pertamanya diputar beliau langsung membuat sekolah akting dan menjadi guru di situ. Saya pun demikian mengikutinya sekarang menjadi guru. Karena film yang baik itu tontonan, tatanan dan tuntunan,” ujar Slamet.
Baca juga: 5 Film Karya Usmar Ismail, Sutradara yang Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional
Diketahui, sejarah Hari Film Nasional dirayakan setiap 30 Maret. Dalam memperingatinya pagelaran dibuat mengenang sosok Usmar Ismail sang sutradara pembuat film pertama di Indonesia.
30 Maret juga merupakan tanggal di mana film pertama karya Usmar Ismail mengambil gambar perdananya.
Selain sutradara film pertama, pahlawan kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat 20 Maret 1921 ini juga dikenal sebagai penulis, sastrawan, wartawan, dan Mayor TNI.
Dia sudah menunjukkan bakat sastranya sejak masih duduk di bangku SMP, bahkan setelah duduk di bangku SMA di Yogyakarta, Usmar semakin banyak terlibat dengan dunia sastra.
Dia memperdalam pengetahuan dramanya dan aktif dalam kegiatan drama di sekolahnya. Bakatnya kian berkembang saat bekerja di Keimin Bunka Sidosho (Kantor Besar Pusat Kebudayaan Jepang).
Di tempat itu, dia bersama Armijn Pane dan budayawan lainnya bekerja sama untuk mementaskan drama.
Gadis Desa adalah garapan pertama filmnya lanjut dengan film Harta Karun di tahun 1949 diangkat dari karya Moliere, Tjitra di tahun 1949. Kemudian, Darah dan Doa 1950, Dosa Tak Berampun 1951, Enam Djam di Djogja 1951, Tiga Dara 1956, Anak Anak Revolusi 1964 dan banyak flim lainnya.
Untuk mengenang jasanya, namanya juga diabadikan di sebuah gedung perfilman yaitu Pusat Perfilman Usmar Ismail di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Usmar Ismail wafat pada 2 Januari 1971 karena sakit stroke dalam usia hampir genap 50 tahun.
(jon)