Kisah Prajurit Brimob Bidik Senapan AR 15 ke Arah Komandan Detasemen

Selasa, 15 Maret 2022 - 18:40 WIB
loading...
Kisah Prajurit Brimob...
AKBP (Purn) Hartino. Foto: IG Matapadi/buku Resimen Pelopor (Edisi Revisi), Pasukan Elite Yang Terlupakan, karya Anton Agus Setyawan dan Andi Muh Darlis, Januari 2013
A A A
JAKARTA - Nyali AKBP (Purn) Hartino tak bergeming sedikit pun ketika berhadapan dengan sang Komandan Detasemen. Saat itu, Hartino yang menjabat Inspektur Dua (Ipda) mengacungkan senapan AR 15 dan melepas pengamannya untuk membidik Komandan Detasemen demi membela prajurit Ranger atau Resimen Pelopor Brimob .

Ketegangan mengendur ketika Ipda Hartino melihat Komandan Detasemen yang berpangkat Ajun Komisaris itu pucat. Jiwa keras Hartino terkuak ketika dia diturunkan dalam misi infiltrasike Irian Barat/Papua pada tahun 1962.
Baca juga: Mantan Kapolri Menangis, Pasukan Resimen Pelopor Brimob Keheranan

Dikutip dari buku Resimen Pelopor (Edisi Revisi), Pasukan Elite Yang Terlupakan, karya Anton Agus Setyawan dan Andi Muh Darlis, Januari 2013, Hartino beralasan sang komandan belum berhak menggunakan nama Pelopor karena belum melaksanakan ujian kualifikasi Pelopor.
Kisah Prajurit Brimob Bidik Senapan AR 15 ke Arah Komandan Detasemen

Tim Resimen Pelopor dalam Operasi Trikora tahun 1962. Foto: Koleksi Andi Muh Darlis, penulis buku Resimen Pelopor (Edisi Revisi), Pasukan Elite Yang Terlupakan, Januari 2013.

Karena dalam Resimen Pelopor jumlah perwira tidak mencukupi, maka untuk menutupi kekurangan tersebut beberapa perwira Brimob yang pernah mendapat pendidikan Pelopor dipanggil kembali untuk kepentingan justifikasi jumlah pasukan agar bisa mencapai setingkat Detasemen.

Ketika sang Komandan Detasemen memberi perintah dengan nada keras, si prajurit segera membidikkan senjatanya. Beruntung, insiden ini tidak membawa korban jiwa karena prajurit dapat ditenangkan oleh para Bintara komandan tim.

Akibat peristiwa itu, sang Komandan Detasemen diganti oleh perwira muda yang kelak menjadi komandan legendaris Resimen Pelopor yakni Jenderal Polisi (Purn) Anton Soedjarwo yang akhirnya menjabat Kapolri periode tahun 1982-1986.

Karena insiden membidik senapan ke arah sang komandan, Hartino yang kemudian menjabat Komandan Kompi A Brimob Ranger ditakuti dan disegani anak buahnya.

Pada misi membasmi pemberontak DI/TII di Tasikmalaya, Jawa Barat pada tahun 1959, Hartino memimpin satu regu untuk menghadang lawan. Dia selalu berada di depan dan terus berlari kencang mencari posisi sambil melepas tembakan.

Ini membuat anak buahnya yang berada di belakangnya kewalahan mengejar sang komandan. Anggota Kompi A selalu teringat dalam setiap kontak senjata, US Carabine milik Hartino yang selalu menjadi senapan pertama pasukan Ranger melepaskan peluru.

Gerombolan pemberontak yang bertemu pasukan Ranger pimpinan Hartino selalu dikejar dan jarang dilepaskan. Hartino juga memiliki kebijakan lapangan yang terkenal yaitu tidak diperkenankan membawa tawanan dalam pertempuran. Artinya, setiap musuh harus ditembak. Itulah yang membuat sosok Hartino menjadi kontroversial.
Baca juga: Profil AKBP Singgih Hermawan, Bekuk Preman Tanah Abang hingga Acak-acak Kampung Bahari
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1539 seconds (0.1#10.140)