Mengintip Pesona Nara Kupu Village, Surga Buku dan Penghasil Sayuran Organik
loading...
A
A
A
Sekitar 60 persen dari tiga hektar tanah Nara Kupu Village merupakan lahan pertanian hijau yang secara serius dikelola beberapa pemuda daerah seusia Ismail.
Ada Falah, misalnya, yang senantiasa sibuk mengurusi tanah yang ditanami kacang panjang, sereh dan jahe. Ada juga Yudi yang secara khusus mengelola “kebun digital” yang menggunakan tangan teknologi digital untuk menyiram dan mengawasi kebunnya.
“Satu pesan khusus bahwa para petani dewasa ini harus berkawan, ketimbang menghindari teknologi mutakhir,” ujarnya di Depok, Selasa 9 November 2021.
Burung-burung pipit, gereja dan tekukur mampir, boleh jadi sekedar melepas dahaga, atau singgah dengan tujuan tunggal: bertelur. Nara Kupu Village meletakkan rumah-rumah burung berikut tempat air minumnya, pada dahan-dahan pohon rindang. Benar, titik hijau ini menyediakan lingkungan yang nyaman bagi siapa saja.
Karakter Nara Kupu Village yang tak hendak mengasingkan diri dari alam sekitar juga tampak jelas pada bangunan berlantai dua tempat para pengujung menginap yang disebut vila. Vila dengan beranda lebar dan jendela-jendela vertikal berkaca lebar itu seakan-akan hendak menegaskan bahwa rumah batu tersebut tidak berdiri terpisah atau terasingkan dari alam sekitar.
Suasana serupa juga terasa ketika matahari mulai tenggelam di ufuk barat dan lampu-lampu menyala redup. Ya, redup. Rumah batu dengan plafon anyaman tikar bambu itu seperti “tahu diri” untuk tidak menonjolkan diri terlalu berbeda dari alam yang mulai temaram.
“Padahal villa yang di depannya terdapat patung seorang pemuda berseragam anak sekolah dari bahan fiber itu menyimpan harta terpendam yang sangat berharga. Yakni sebuah secret gem, perpustakaan dengan ribuan buku di dalamnya. Selamat datang di Nara Kupu Village, Sawangan, Depok,” tuturnya.
Ada Falah, misalnya, yang senantiasa sibuk mengurusi tanah yang ditanami kacang panjang, sereh dan jahe. Ada juga Yudi yang secara khusus mengelola “kebun digital” yang menggunakan tangan teknologi digital untuk menyiram dan mengawasi kebunnya.
“Satu pesan khusus bahwa para petani dewasa ini harus berkawan, ketimbang menghindari teknologi mutakhir,” ujarnya di Depok, Selasa 9 November 2021.
Burung-burung pipit, gereja dan tekukur mampir, boleh jadi sekedar melepas dahaga, atau singgah dengan tujuan tunggal: bertelur. Nara Kupu Village meletakkan rumah-rumah burung berikut tempat air minumnya, pada dahan-dahan pohon rindang. Benar, titik hijau ini menyediakan lingkungan yang nyaman bagi siapa saja.
Karakter Nara Kupu Village yang tak hendak mengasingkan diri dari alam sekitar juga tampak jelas pada bangunan berlantai dua tempat para pengujung menginap yang disebut vila. Vila dengan beranda lebar dan jendela-jendela vertikal berkaca lebar itu seakan-akan hendak menegaskan bahwa rumah batu tersebut tidak berdiri terpisah atau terasingkan dari alam sekitar.
Suasana serupa juga terasa ketika matahari mulai tenggelam di ufuk barat dan lampu-lampu menyala redup. Ya, redup. Rumah batu dengan plafon anyaman tikar bambu itu seperti “tahu diri” untuk tidak menonjolkan diri terlalu berbeda dari alam yang mulai temaram.
“Padahal villa yang di depannya terdapat patung seorang pemuda berseragam anak sekolah dari bahan fiber itu menyimpan harta terpendam yang sangat berharga. Yakni sebuah secret gem, perpustakaan dengan ribuan buku di dalamnya. Selamat datang di Nara Kupu Village, Sawangan, Depok,” tuturnya.
(mhd)