Menara Syahbandar, Menolak Punah Meski Dikepung Derap Pembangunan (2-Tamat)
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menurut catatan dan data Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya milik Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ( Kemendikbudristek ) dan pengelola Museum Kebaharian Jakarta, Menara Syahbandar pernah menjadi bangunan tertinggi di Batavia pada abad ke-18, bahkan dari lantai 3 bisa melihat langsung ke arah pelabuhan Sunda Kelapa .
baca juga: Menara Syahbandar, Larik Sejarah di Tengah Angkuh Ibu Kota (1)
Di masa silam, lingkungan di sekitar menara disebut sebagai area Galangan Kapal milik Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), Kongsi Dagang Hindia Timur Belanda yang mulai berfungsi sejak 1632.Masih berdasarkan data Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta, bangunan Museum Bahari atau bastion culemborg yang terdapat pondasi Menara Syahbandar didirikan pada era VOC.
Kondisi Menara Syahbandar tahun 2021
Staf Edukasi sekaligus Tour Guide Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta Firman Faturohman menuturkan, sebenarnya berdasarkan data yang dimiliki Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta di masa kepemimpinan Ali Sadikin , tidak ada penetapan Menara Syahbandar sebagai titik nol kilometer Jakarta. Yang ada, kata Firman, pada 1977 Ali Sadikin meresmikan kompleks Museum Bahari termasuk di dalamnya area Menara Syahbandar selepas pemugaran rampung pada 1976.
"Batu prasasti yang ada tulisan Cina di Gedung Tera (Gedung Meridian Utama) tidak tertulis jelas dan pasti kapan tahunnya. Tapi kemungkinan pada saat Gedung Tera dibangun sekitar 1800-an. Prasasti itu prasasti titik nol. Kemungkinan prasasti titik nol itu dibuat oleh pekerja yang dulu ada di situ. Fondasi Menara Syahbandar didirikan di zaman VOC," ungkap Firman.
baca juga: Sejarah Jakarta, Disebut di Batu Tulis Purnawarman yang Berkembang Menjadi Bandar Besar
Pada Desember 2014, arkeolog asal Belanda sekaligus peneliti Indonesian Heritage Society Arnold Haag berhasil merampungkan penelitian terhadap menara-menara yang ada di kompleks Museum Bahari, satu di antaranya adalah Menara Syahbandar. Kopian dokumen hasil penelitian juga disimpan oleh Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta. Arnold memastikan, ukuran batu prasasti dengan tulisan Cina yang ada di Gedung Tera persisnya 50 x 56 cm. Batu ini memperingati (menunjukkan) bahwa Meridian Utama atau garis bujur asal (nol) melewati titik ini.
Batu Prasasti Titik Nol Kilometer Jakarta beraksara Cina,
berukuran 50 x 56 cm, di Gedung Meridien Utama (Gedung Tera)
samping kiri gedung utama Menara Syahbandar. Foto: Sabir Laluhu.
"Tertulis, kiri: kantor survei, kanan: asal garis bujur. Batu yang berwarna hitam itu berukuran 50 x 56 cm tidak diketahui siapa yang menempatkan batu di sini dan kapan waktu batu ditempatkan di sini. Mengapa karakter Cina yang digunakan juga tidak diketahui," bunyi kopian dokumen hasil penelitian Arnold Haag yang diperoleh KORAN SINDO.
baca juga: Menara Syahbandar, Larik Sejarah di Tengah Angkuh Ibu Kota (1)
Di masa silam, lingkungan di sekitar menara disebut sebagai area Galangan Kapal milik Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), Kongsi Dagang Hindia Timur Belanda yang mulai berfungsi sejak 1632.Masih berdasarkan data Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta, bangunan Museum Bahari atau bastion culemborg yang terdapat pondasi Menara Syahbandar didirikan pada era VOC.
Kondisi Menara Syahbandar tahun 2021
Staf Edukasi sekaligus Tour Guide Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta Firman Faturohman menuturkan, sebenarnya berdasarkan data yang dimiliki Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta di masa kepemimpinan Ali Sadikin , tidak ada penetapan Menara Syahbandar sebagai titik nol kilometer Jakarta. Yang ada, kata Firman, pada 1977 Ali Sadikin meresmikan kompleks Museum Bahari termasuk di dalamnya area Menara Syahbandar selepas pemugaran rampung pada 1976.
"Batu prasasti yang ada tulisan Cina di Gedung Tera (Gedung Meridian Utama) tidak tertulis jelas dan pasti kapan tahunnya. Tapi kemungkinan pada saat Gedung Tera dibangun sekitar 1800-an. Prasasti itu prasasti titik nol. Kemungkinan prasasti titik nol itu dibuat oleh pekerja yang dulu ada di situ. Fondasi Menara Syahbandar didirikan di zaman VOC," ungkap Firman.
baca juga: Sejarah Jakarta, Disebut di Batu Tulis Purnawarman yang Berkembang Menjadi Bandar Besar
Pada Desember 2014, arkeolog asal Belanda sekaligus peneliti Indonesian Heritage Society Arnold Haag berhasil merampungkan penelitian terhadap menara-menara yang ada di kompleks Museum Bahari, satu di antaranya adalah Menara Syahbandar. Kopian dokumen hasil penelitian juga disimpan oleh Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta. Arnold memastikan, ukuran batu prasasti dengan tulisan Cina yang ada di Gedung Tera persisnya 50 x 56 cm. Batu ini memperingati (menunjukkan) bahwa Meridian Utama atau garis bujur asal (nol) melewati titik ini.
Batu Prasasti Titik Nol Kilometer Jakarta beraksara Cina,
berukuran 50 x 56 cm, di Gedung Meridien Utama (Gedung Tera)
samping kiri gedung utama Menara Syahbandar. Foto: Sabir Laluhu.
"Tertulis, kiri: kantor survei, kanan: asal garis bujur. Batu yang berwarna hitam itu berukuran 50 x 56 cm tidak diketahui siapa yang menempatkan batu di sini dan kapan waktu batu ditempatkan di sini. Mengapa karakter Cina yang digunakan juga tidak diketahui," bunyi kopian dokumen hasil penelitian Arnold Haag yang diperoleh KORAN SINDO.