Menara Syahbandar, Menolak Punah Meski Dikepung Derap Pembangunan (2-Tamat)
loading...
A
A
A
Arnold melanjutkan, untuk batu prasasti dengan aksara Cina berukuran persegi panjang yang ada di lantai 1 Ruang Menara Syahbandar adalah batu nisan. Tulisannya kurang lebih memiliki arti, makam seorang kepala keluarga bernama Huang Chi Weng pada masa Kerajaan Guang Xu padatahun 14 Kerajaan Guang Xu (1888 Masehi). Menurut Arnold, dua batu prasasti beraksara itu bisa saja dibuat pada waktu yang sama, kira-kira tahun 1888.
baca juga: Di Era Gubernur DKI Jakarta Ini Monas dan Patung Selamat Datang Dibangun
Firman menceritakan, dahulu kala di Gedung Tera terdapat alat seperti tiang yang menjadi penanda waktu internasional dan garis meridian utama. Di masa penjajahan Belanda, fungsi Menara Syahbandar adalah menara pemantau (uitkijk) lalu lintas kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa dan kantor pabean. Di masa penjajahan Jepang, fungsinya sempat berubah sebagai gudang logistik. Selain itu, ada cerita yang beredar bahwa di kompleks Menara Syahbandar terdapat terowongan bawah tanah yang menuju atau ujungnya mengarah ke kawasan Kota Tua dan kompleks Monumen Nasional (Monas).
Penjara bawah tanah di bawah gedung utama Menara Syahbandar.
Foto: Sabir Laluhu.
"Kalau ruang terowongan bawah tanah sih saat ini belum diketahui pastinya. Kemungkinan sih ada. Tapi masih harus dibuktikan lagi dengan penelitian lebih lanjut, karena itu masih rumor-rumor. Katanya sih ada petanya, tapi kami belum temukan juga petanya," tandas Firman.
Kini, Menara Syahbandar tak lagi menjadi gedung tertinggi di Jakarta. Deru pembangunan di Kota Jakarta membuatnya tak bisa lagi bertatapan langsung dengan Pelabuhan Sunda Kelapa. Ia terhimpit berbagai gedung yang menjulang tinggi. Tetapi sosoknya tetap menolak sirna dari ingatan warga Jakarta dan rakyat Indonesia. Ia masih tegak berdiri, kokoh di tengah hingar-bingar dan angkuh kota metropolitan.
baca juga: Anies Ceritakan 76 Tahun Lalu Separuh Warga Jakarta Pernah Berkumpul di Monas
Seyogianya pamor Menara Syahbandar dipoles ulang dan diangkat kembali oleh pemerintah pusat dalam hal ini Kemendikbud dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Agar ia bisa bersaing atau paling tidak setara dengan titik nol kilometer kota-kota lain yang mendapat perhatian dan kunjungan dari para wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Ini agar ia tak kalah tenar oleh Tugu Monas dan kawasan Silang Monas, Jakarta Pusat, yang disebut-sebut telah mengakuisisi posisi titik nol Jakarta terhitung sejak sekitar 1980-an (Permana dkk, 2011: h. 1-5). Meski sampai saat ini, belum tampak dokumen resmi yang dipublikasikan pemerintah kepada publik terkait akuisisi tersebut.
Petugas mengecek penjara bawah tanah
di bawah gedung utama Menara Syahbandar.
Foto: Sabir Laluhu
Pemprov DKI Jakarta bisa memugar kembali area Menara Syahbandar disusul dengan promosi secara digital kepada khalayak, guna memantik daya tarik dan kedatangan calon pengunjung. Selain itu, Pemprov DKI bisa memulai penelitian lanjutan untuk menemukan bukti keberadaan pasti terowongan bawah tanah yang konon berada di area menara. Apalagi, tercatat bahwa pemugaran terakhir dilakukan Pemprov DKI Jakarta saat masih di bawah komando Ali Sadikin.
baca juga: Di Era Gubernur DKI Jakarta Ini Monas dan Patung Selamat Datang Dibangun
Firman menceritakan, dahulu kala di Gedung Tera terdapat alat seperti tiang yang menjadi penanda waktu internasional dan garis meridian utama. Di masa penjajahan Belanda, fungsi Menara Syahbandar adalah menara pemantau (uitkijk) lalu lintas kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa dan kantor pabean. Di masa penjajahan Jepang, fungsinya sempat berubah sebagai gudang logistik. Selain itu, ada cerita yang beredar bahwa di kompleks Menara Syahbandar terdapat terowongan bawah tanah yang menuju atau ujungnya mengarah ke kawasan Kota Tua dan kompleks Monumen Nasional (Monas).
Penjara bawah tanah di bawah gedung utama Menara Syahbandar.
Foto: Sabir Laluhu.
"Kalau ruang terowongan bawah tanah sih saat ini belum diketahui pastinya. Kemungkinan sih ada. Tapi masih harus dibuktikan lagi dengan penelitian lebih lanjut, karena itu masih rumor-rumor. Katanya sih ada petanya, tapi kami belum temukan juga petanya," tandas Firman.
Kini, Menara Syahbandar tak lagi menjadi gedung tertinggi di Jakarta. Deru pembangunan di Kota Jakarta membuatnya tak bisa lagi bertatapan langsung dengan Pelabuhan Sunda Kelapa. Ia terhimpit berbagai gedung yang menjulang tinggi. Tetapi sosoknya tetap menolak sirna dari ingatan warga Jakarta dan rakyat Indonesia. Ia masih tegak berdiri, kokoh di tengah hingar-bingar dan angkuh kota metropolitan.
baca juga: Anies Ceritakan 76 Tahun Lalu Separuh Warga Jakarta Pernah Berkumpul di Monas
Seyogianya pamor Menara Syahbandar dipoles ulang dan diangkat kembali oleh pemerintah pusat dalam hal ini Kemendikbud dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Agar ia bisa bersaing atau paling tidak setara dengan titik nol kilometer kota-kota lain yang mendapat perhatian dan kunjungan dari para wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Ini agar ia tak kalah tenar oleh Tugu Monas dan kawasan Silang Monas, Jakarta Pusat, yang disebut-sebut telah mengakuisisi posisi titik nol Jakarta terhitung sejak sekitar 1980-an (Permana dkk, 2011: h. 1-5). Meski sampai saat ini, belum tampak dokumen resmi yang dipublikasikan pemerintah kepada publik terkait akuisisi tersebut.
Petugas mengecek penjara bawah tanah
di bawah gedung utama Menara Syahbandar.
Foto: Sabir Laluhu
Pemprov DKI Jakarta bisa memugar kembali area Menara Syahbandar disusul dengan promosi secara digital kepada khalayak, guna memantik daya tarik dan kedatangan calon pengunjung. Selain itu, Pemprov DKI bisa memulai penelitian lanjutan untuk menemukan bukti keberadaan pasti terowongan bawah tanah yang konon berada di area menara. Apalagi, tercatat bahwa pemugaran terakhir dilakukan Pemprov DKI Jakarta saat masih di bawah komando Ali Sadikin.