Asal Muasal Rawa Bangke Jatinegara yang Dulunya Tempat Buang Mayat

Sabtu, 16 Oktober 2021 - 05:00 WIB
loading...
Asal Muasal Rawa Bangke...
Rawa Bangke, Jatinegara, Jakarta Timur. Foto: YouTube Candrian Attahiyyat berjudul Rawa Bangke
A A A
JAKARTA - Apa kesan pertama mendengar wilayah Rawa Bangke di Jatinegara, Jakarta Timur? Tentunya seram, ngeri, dan angker . Benar, Rawa Bangke dulunya sebuah rawa-rawa yang dikenal tempat buang mayat manusia.

Nama Rawa Bangke berasal dari kata bangkai. Suku Betawi kemudian melafalkan bangkai dengan bangke, maka terucaplah nama bangke. Kini Rawa Bangke berganti nama menjadi Rawa Bunga untuk menghilangkan kesan seram.
Baca juga: Jejak Curhat Tulisan Tangan pada Kasus Mayat Pria di Indekos Jakbar

Dikutip dari Lembaga Kebudayaan Betawi dan Ensiklopedia Betawi, Sabtu (16/10/2021), nama Rawa Bangke berasal dari bau bangkai yang disebabkan oleh dibuangnya para pemberontak Tionghoa di rawa tersebut hingga membusuk. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1740.

Pada zaman dahulu di Jatinegara ke utara merupakan daerah rawa yang sangat luas. Di antara sekian banyak rawa itu terdapat satu daerah yang tidak aman. Ini disebabkan seringnya terjadi pembunuhan di wilayah tersebut. Karena banyaknya pembunuhan, bangkai-bangkai manusia akhirnya tidak sempat lagi dibuang jauh-jauh, namun dibiarkan begitu saja di rawa-rawa.

Tidak mengherankan kalau di wilayah itu akhirnya banyak terdapat bangkai. Lama-kelamaan karena penduduk semakin banyak, rawa-rawa itu dijadikan daerah perkampungan untuk dihuni manusia. Lantaran awalnya daerah itu timbunan bangkai manusia, kemudian dinamakan Rawa Bangkai.

Orang Betawi di Jakarta menyebutnya Rawa Bangke sesuai logat Suku Betawi. Selain itu, ada juga satu cerita rakyat yang mengisahkan tentang awal mula daerah Rawa Bangke berjudul Si Hamsyah.

Salah satu sesepuh di Rawa Bunga Haji Sanap menuturkan ada banyak cerita tentang asal muasal nama Rawa Bangke. Dari cerita kakeknya selain pembantaian etnis Tionghoa yang memberontak di Rawa Bangke adalah tempat pembuangan mayat korban perampokan.
Baca juga: Mayat Wanita Ditemukan Membusuk di Kolong Fly Over Tanah Abang

Haji Sanap yang sudah berusia 86 tahun ini mengatakan, banyak juga yang bilang bau busuk dari mayat-mayat yang dibuang oleh para perampok yang zaman Belanda dinamakan begal. Mereka membuang mayat untuk menghilangkan jejak.

"Waktu zaman Belanda saya masih kecil melewati rawa-rawa itu hampir setengahnya hutan. Saya ngeri kalau melewati daerah itu. Kendaraan yang banyak lewat zaman itu adalah sepeda. Di dekat wilayah Rawa Bangke ada pabrik es yang sekarang jadi pasar batu akik," katanya.

Di sekitaran Rawa Bangke ada musala yang dibangun Datuk Biru. Dinamakan demikian karena selalu memakai baju biru. Menurut cerita dari mulut ke mulut Datuk itu adalah pengikut Pangeran Mataram yang menyerbu Batavia pada 1629. Dulu tentara Mataram bermukim di sana. Di sekeliling musala itu masih banyak pohon sawo.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1750 seconds (0.1#10.140)