Di Masa Gubernur Jenderal Hindia Belanda Ini Banyak Prestasi juga Marak Korupsi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Di masa Gubernur Jenderal Hindia Belanda ini banyak prestasi ditorehkan sekaligus juga marak Korupsi , Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Itulah Cornelis Janszoon van der Lijn yang berhasil menjaga kestabilan VOC di Pulau Jawa, namun menimbulkan kemerosotan pelayanan publik di Batavia lantaran anggaran habis dikorupsi.
Berikut jejak Cornelis Janszoon van der Lijn yang dikutip dari laman gghindiabelanda.blogspot.com, Sabtu (18/9/2021). Van der Lijn lahir di Alkmaar, Belanda sekitar tahun 1608. Dia pergi meninggalkan Belanda pada 1627 sebagai asisten saudagar di kapal Wapen van Hoorn dengan tujuan Hindia. Pada April 1630, van der Lijn menikah dengan wanita kelahiran Belanda Levina Polet.
Baca juga: Schout Hinne, Penakluk Si Pitung yang Dijuluki Sherlock Holmes dari Hindia
Sejak 1632 hingga 18 Januari 1636 van der Lijn sebagai kepala akuntan di Batavia. Pada tahun 1639 (menurut Valentijn-1637) dia diangkat menjadi Konsul Luar Biasa untuk Hindia. Setahun kemudian van der Lijn menjadi presiden dari Schepenrechtbank dan dilantik menjadi konsul penuh di Raad van Indie pada tahun berikutnya. Pada tahun 1642 (menurut Valentijn-1640) dia menjabat sebagai Direktur Jenderal.
Gubernur Jenderal saat itu Antonio van Diemen sudah sakit-sakitan dan merasa tidak mampu memimpin VOC lagi. Maka pada 12 April 1645 (seminggu sebelum wafat), dia menunjuk van der Lijn yang saat itu menjabat anggota Raad van Indie untuk menggantikan posisinya.
Penunjukan ini tidak melalui persetujuan dari Heeren XVII di mana sejak tahun 1617 setiap pergantian Gubernur Jenderal harus berdasarkan mandat yang diberikan oleh Heeren XVII bukan pejabat lain. Sehingga saat pergantian ini dilaporkan ke Belanda, bos-bos VOC kaget dan mula-mula menolak penunjukan tersebut.
Tapi, mengingat jasa yang diberikan van Diemen saat itu sangat besar bagi VOC akhirnya Heeren XVII memberi persetujuannya. Dan pada 10 Oktober 1646 van der Lijn resmi diangkat menjadi Gubernur Jenderal.
Kepemimpinan van der Lijn berbeda jauh dengan van Diemen. Pengaruhnya di VOC tidak sebesar saat van Diemen menjadi Gubernur Jenderal, tetapi walaupun demikian ada beberapa prestasi yang bisa dicapai selama kepemimpinannya.
Yang dilakukannya pertama memperkuat posisi VOC di Semenanjung Malaya dengan mendirikan pos di Perak. Van der Lijn juga dengan jeli melihat peluang menguasai Jawa saat mengetahui pemimpin Mataram meninggal dunia (Sultan Agung) pada tahun 1646 dan digantikan Amangkurat I.
Mengetahui pemimpin Mataram yang baru ini tidak sekeras Sultan Agung, maka pada 24 September 1646, dia mengajak Mataram berdamai dan diberi imbalan bahwa Mataram berhak berdagang di semua pelabuhan VOC kecuali Ambon, Ternate, dan Banda. Juga dengan membawa surat pas dari VOC, Mataram diperbolehkan berdagang ke Malaka atau daerah yang lebih jauh di utara Hindia.
Kemudian, untuk menjaga kestabilan VOC di Pulau Jawa van der Lijn membuat perjanjian perdamaian dengan Banten. Untuk memperkuat posisi VOC di Maluku, van der Lijn merebut Solor dari Portugis dan menduduki Hitu sepenuhnya setelah dapat membunuh Kakiali, pemimpin Hitu saat itu.
Baca juga: Jembatan Merah Bogor, Tempat Kongkow Gubernur Jenderal Hindia Belanda Sambil Makan Doclang
Dari sederet prestasi tersebut, van der Lijn juga memiliki kekurangan. Selama kepemimpinannya, tingkat KKN sangat tinggi terutama kedekatannya dengan Direktur Jenderal Caron. Akibat KKN, pelayanan publik di Batavia merosot dikarenakan dana habis dikorupsi.
Pada 7 Oktober 1650, para pemimpin VOC di Belanda meminta dengan hormat supaya van der Lijn mengundurkan diri dan digantikan oleh Carel Reyniersz.
Pada 1651 van der Lijn kembali ke negaranya dengan menumpang kapal Prinses Royaal. Di Belanda, sambutan terhadap van der Lijn sangat dingin dan hanya diberi jabatan sebagai komandan armada kapal dagang VOC. Van der Lijn kemudian menghabiskan masa hidupnya di Alkmaar dan pada 24 Desember 1668 dia diangkat menjadi wali kota di kota itu. Van der Lijn meninggal pada 27 Juli 1679 di kota kelahirannya.
Berikut jejak Cornelis Janszoon van der Lijn yang dikutip dari laman gghindiabelanda.blogspot.com, Sabtu (18/9/2021). Van der Lijn lahir di Alkmaar, Belanda sekitar tahun 1608. Dia pergi meninggalkan Belanda pada 1627 sebagai asisten saudagar di kapal Wapen van Hoorn dengan tujuan Hindia. Pada April 1630, van der Lijn menikah dengan wanita kelahiran Belanda Levina Polet.
Baca juga: Schout Hinne, Penakluk Si Pitung yang Dijuluki Sherlock Holmes dari Hindia
Sejak 1632 hingga 18 Januari 1636 van der Lijn sebagai kepala akuntan di Batavia. Pada tahun 1639 (menurut Valentijn-1637) dia diangkat menjadi Konsul Luar Biasa untuk Hindia. Setahun kemudian van der Lijn menjadi presiden dari Schepenrechtbank dan dilantik menjadi konsul penuh di Raad van Indie pada tahun berikutnya. Pada tahun 1642 (menurut Valentijn-1640) dia menjabat sebagai Direktur Jenderal.
Gubernur Jenderal saat itu Antonio van Diemen sudah sakit-sakitan dan merasa tidak mampu memimpin VOC lagi. Maka pada 12 April 1645 (seminggu sebelum wafat), dia menunjuk van der Lijn yang saat itu menjabat anggota Raad van Indie untuk menggantikan posisinya.
Penunjukan ini tidak melalui persetujuan dari Heeren XVII di mana sejak tahun 1617 setiap pergantian Gubernur Jenderal harus berdasarkan mandat yang diberikan oleh Heeren XVII bukan pejabat lain. Sehingga saat pergantian ini dilaporkan ke Belanda, bos-bos VOC kaget dan mula-mula menolak penunjukan tersebut.
Tapi, mengingat jasa yang diberikan van Diemen saat itu sangat besar bagi VOC akhirnya Heeren XVII memberi persetujuannya. Dan pada 10 Oktober 1646 van der Lijn resmi diangkat menjadi Gubernur Jenderal.
Kepemimpinan van der Lijn berbeda jauh dengan van Diemen. Pengaruhnya di VOC tidak sebesar saat van Diemen menjadi Gubernur Jenderal, tetapi walaupun demikian ada beberapa prestasi yang bisa dicapai selama kepemimpinannya.
Yang dilakukannya pertama memperkuat posisi VOC di Semenanjung Malaya dengan mendirikan pos di Perak. Van der Lijn juga dengan jeli melihat peluang menguasai Jawa saat mengetahui pemimpin Mataram meninggal dunia (Sultan Agung) pada tahun 1646 dan digantikan Amangkurat I.
Mengetahui pemimpin Mataram yang baru ini tidak sekeras Sultan Agung, maka pada 24 September 1646, dia mengajak Mataram berdamai dan diberi imbalan bahwa Mataram berhak berdagang di semua pelabuhan VOC kecuali Ambon, Ternate, dan Banda. Juga dengan membawa surat pas dari VOC, Mataram diperbolehkan berdagang ke Malaka atau daerah yang lebih jauh di utara Hindia.
Kemudian, untuk menjaga kestabilan VOC di Pulau Jawa van der Lijn membuat perjanjian perdamaian dengan Banten. Untuk memperkuat posisi VOC di Maluku, van der Lijn merebut Solor dari Portugis dan menduduki Hitu sepenuhnya setelah dapat membunuh Kakiali, pemimpin Hitu saat itu.
Baca juga: Jembatan Merah Bogor, Tempat Kongkow Gubernur Jenderal Hindia Belanda Sambil Makan Doclang
Dari sederet prestasi tersebut, van der Lijn juga memiliki kekurangan. Selama kepemimpinannya, tingkat KKN sangat tinggi terutama kedekatannya dengan Direktur Jenderal Caron. Akibat KKN, pelayanan publik di Batavia merosot dikarenakan dana habis dikorupsi.
Pada 7 Oktober 1650, para pemimpin VOC di Belanda meminta dengan hormat supaya van der Lijn mengundurkan diri dan digantikan oleh Carel Reyniersz.
Pada 1651 van der Lijn kembali ke negaranya dengan menumpang kapal Prinses Royaal. Di Belanda, sambutan terhadap van der Lijn sangat dingin dan hanya diberi jabatan sebagai komandan armada kapal dagang VOC. Van der Lijn kemudian menghabiskan masa hidupnya di Alkmaar dan pada 24 Desember 1668 dia diangkat menjadi wali kota di kota itu. Van der Lijn meninggal pada 27 Juli 1679 di kota kelahirannya.
(jon)