Akibat Pandemi Covid, 20 Persen PKL di Puncak Tutup
loading...
A
A
A
BOGOR - Sekitar 20 persen pedagang kaki lima di kawasan Puncak , Kabupaten Bogor terpaksa tutup selama pandemi Covid-19. Hal itu dikarenakan sepinya wisatawan sehingga membuat omset merosot tajam.
"Yang tutup mah mungkin 20 persen," kata Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Puncak Teguh Mulyana kepada wartawan, Kamis (5/8/2021).
Adapun pedagang, khususnya makanan matang yang masih buka, kerap merugi. Pasalnya, bahan makanan yang mereka siapkan sering kali tersisa banyak sehingga terpaksa dibuang atau tidak bisa dijual lagi.
"Kayak soto, kuliner itu tidak ada tamu kan dibuang makanya (mending) tutup. Bakso juga kan enggak kuat sampai 3-4 hari. Kalau enggak hahis dibuang. Kalau oleh-oleh mah masih bisa (tahan lama)," ungkapnya.
Selain itu, warga Puncak yang bergantung pada sektor pariwisata seperti sopir travel pun banting setir menjadi pedagang keliling. Karena tidak ada wisatawan asing yang datang ke kawasan Puncak.
"Ada travel khusus tamu Timur Tengah jumlahnya 32 pangkalan biasanya antar tamu menjemput dari bandara tapi tamunya enggak ada. Tamu Timur Tengah biasanya per tahun nyampe 3.000," jelasnya.
Karena itu, pedagang maupun usaha kecil dan menengah lainnya berharap PPKM tidak berlanjut agar wisatawan kembali datang ke Puncak. Mereka pun siap melaksanakan protokol kesehatan ketat.
"Hampir 80 persen warga Puncak ini mencari nafkah melalui kegiatan kepariwisataan. Kuncinya adalah kunjungan wisatawan, kalau itu nggak ada (wisatawan) yaudah kita tutup," tutup Teguh.
Sebelumnya, sejumlah pedagang kaki lima di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor memasang bendera putih. Aksi ini sebagai pesan kondisi mereka tengah terpuruk karena tidak ada wisatawan.
"Yang tutup mah mungkin 20 persen," kata Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Puncak Teguh Mulyana kepada wartawan, Kamis (5/8/2021).
Adapun pedagang, khususnya makanan matang yang masih buka, kerap merugi. Pasalnya, bahan makanan yang mereka siapkan sering kali tersisa banyak sehingga terpaksa dibuang atau tidak bisa dijual lagi.
"Kayak soto, kuliner itu tidak ada tamu kan dibuang makanya (mending) tutup. Bakso juga kan enggak kuat sampai 3-4 hari. Kalau enggak hahis dibuang. Kalau oleh-oleh mah masih bisa (tahan lama)," ungkapnya.
Selain itu, warga Puncak yang bergantung pada sektor pariwisata seperti sopir travel pun banting setir menjadi pedagang keliling. Karena tidak ada wisatawan asing yang datang ke kawasan Puncak.
"Ada travel khusus tamu Timur Tengah jumlahnya 32 pangkalan biasanya antar tamu menjemput dari bandara tapi tamunya enggak ada. Tamu Timur Tengah biasanya per tahun nyampe 3.000," jelasnya.
Karena itu, pedagang maupun usaha kecil dan menengah lainnya berharap PPKM tidak berlanjut agar wisatawan kembali datang ke Puncak. Mereka pun siap melaksanakan protokol kesehatan ketat.
"Hampir 80 persen warga Puncak ini mencari nafkah melalui kegiatan kepariwisataan. Kuncinya adalah kunjungan wisatawan, kalau itu nggak ada (wisatawan) yaudah kita tutup," tutup Teguh.
Sebelumnya, sejumlah pedagang kaki lima di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor memasang bendera putih. Aksi ini sebagai pesan kondisi mereka tengah terpuruk karena tidak ada wisatawan.
(thm)