Biaya Kremasi Pasien Covid-19 Capai Puluhan Juta, Polres Jakbar Periksa Pemilik Yayasan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Polisi tengah menyilidiki dugaan pemerasan kartel kremasi yang terjadi di salah satu rumah duka di kawasan Jakarta Barat. Informasi tersebut diketahui melalui pesan yang beredar di media sosial WhatsApp.
Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Pol Ady Wibowo mengatakan, pihaknya telah memeriksa pemilik yayasan dan salah seorang penyebar informasi berantai mengenai dugaan pemerasan kartel kremasi itu.
"Artinya sampai saat ini kita masih dalam tahap pendalaman atau penyelidikan untuk pastikan apa yang sebenarnya terjadi," katanya kepada wartawan, Kamis (22/7/2021).
Kendati demikian, Ady belum dapat menjelaskan lebih rinci terkait kasus itu. Nantinya, informasi pelapor akan dijadikan acuan agar dapat menyelidiki kasus dugaan pemerasan kartel kremasi lebih lanjut.
"Pastinya dalam kasus ini kami belum bisa sampaikan hal yang banyak karena masih proses penyelidikan," ungkapnya.
Diketahui, sebuah pesan berantai tentang kuitansi kartel kremasi viral di masyarakat. Dalam kuitansi itu tertulis atas nama Martin asal Jakarta Barat. Ia mengaku diperas Rp65 juta oleh sindikat kartel kremasi untuk mengkremasi ibunya yang meninggal dunia di rumah sakit pada Senin (12/7/2021).
Martin lantas terkejut, sebab enam pekan lalu kakaknya yang meninggal dunia dan dikremasi, paket tersebut tidak sampai Rp10 juta. Lalu dua pekan kemudian besan kakaknya meninggal bersama anak perempuannya akibat Covid-19, paketnya Rp24 juta per orang.
"Bagaimana harga bisa meroket begini tinggi dalam waktu singkat?," tanya Martin.
Dia lalu berupaya menghubungi hotline berbagai krematorium di Jabodetabek. Kebanyakan tidak diangkat sementara yang mengangkat teleponnya mengaku sudah penuh.
Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Pol Ady Wibowo mengatakan, pihaknya telah memeriksa pemilik yayasan dan salah seorang penyebar informasi berantai mengenai dugaan pemerasan kartel kremasi itu.
"Artinya sampai saat ini kita masih dalam tahap pendalaman atau penyelidikan untuk pastikan apa yang sebenarnya terjadi," katanya kepada wartawan, Kamis (22/7/2021).
Baca Juga
Kendati demikian, Ady belum dapat menjelaskan lebih rinci terkait kasus itu. Nantinya, informasi pelapor akan dijadikan acuan agar dapat menyelidiki kasus dugaan pemerasan kartel kremasi lebih lanjut.
"Pastinya dalam kasus ini kami belum bisa sampaikan hal yang banyak karena masih proses penyelidikan," ungkapnya.
Diketahui, sebuah pesan berantai tentang kuitansi kartel kremasi viral di masyarakat. Dalam kuitansi itu tertulis atas nama Martin asal Jakarta Barat. Ia mengaku diperas Rp65 juta oleh sindikat kartel kremasi untuk mengkremasi ibunya yang meninggal dunia di rumah sakit pada Senin (12/7/2021).
Martin lantas terkejut, sebab enam pekan lalu kakaknya yang meninggal dunia dan dikremasi, paket tersebut tidak sampai Rp10 juta. Lalu dua pekan kemudian besan kakaknya meninggal bersama anak perempuannya akibat Covid-19, paketnya Rp24 juta per orang.
"Bagaimana harga bisa meroket begini tinggi dalam waktu singkat?," tanya Martin.
Dia lalu berupaya menghubungi hotline berbagai krematorium di Jabodetabek. Kebanyakan tidak diangkat sementara yang mengangkat teleponnya mengaku sudah penuh.
(thm)