Psikolog Bilang Begini Soal Tren Kejahatan yang Menyasar Anak-anak

Senin, 12 April 2021 - 05:35 WIB
loading...
Psikolog Bilang Begini Soal Tren Kejahatan yang Menyasar Anak-anak
Foto: Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Tren kejahatan yang menyasar anak-anak mulai prostitusi online, penjambretan, pembegalan dan tindak kriminal lainnya marak terjadi belakangan ini.

Psikolog Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta mengatakan, sebenarnya kejadian kejahatan pada anak-anak sudah lama ada. Terdapat dua hal yang menjadi penyebabnya. Pertama, anak cenderung lebih bebas berada di luar rumah, lebih banyak kesempatan berada di luar dan pengawasan orang tua kurang. Kedua, pelaku kejahatan juga sudah berkembang modusnya.
Baca juga: Prostitusi Anak di Hotel Cynthiara Alona, DPR Minta Korban Diberi Konseling

“Anak-anak digunakan sebagai objek kejahatan karena pada dasarnya anak belum memiliki kemampuan untuk menjaga dirinya dan mengambil keputusan atas apa yang ada di hadapannya,” ujar Shinta, Senin (12/4/2021).

Dia juga melihat saat ini anak-anak dibekali fasilitas yang memungkinkan untuk dijadikan korban, seperti membawa handphone, memakai jam mahal/bagus, membawa motor dan lainnya. Hubungan dengan dunia luar yang semakin mudah dengan media sosial dan lainnya yang membuat anak lebih mudah terpapar pada orang asing.

“Kesempatan yang lebih besar untuk bertemu orang lain juga membuat anak semakin besar kemungkinannya menjadi sasaran kejahatan,” ucapnya.

Di sisi lain, pengawasan orang tua kian melemah. Bagi banyak orang tua, sulit untuk bisa mengawasi anak-anaknya terutama jika terkait media sosial. Demikian juga di dunia nyata, pengawasan orang tua semakin lama semakin berkurang terutama saat anak beranjak dewasa.

“Orang tua wajib memberikan pembekalan pada anaknya mengenai keselamatan dirinya sendiri. Yang paling dini adalah mengajarkan mana yang benar dan tidak (moral),” kata Shinta.
Baca juga: Ungkap Kasus Prostitusi Anak, Polsek Tanjung Priok Dapat Apresiasi dari LPAI

Kemudian, mengajarkan kepada siapa kita harus berperilaku seperti apa, termasuk di dalamnya bersikap kepada orang lain. Dia juga mengingatkan untuk bagaimana sikap menjaga diri, tidak lengah, tetap awas, menjaga barang pribadi dan lainnya.

“Dan juga kemampuan bela diri saat diperlukan. Misalnya saat kondisi kritis apa yang harus dilakukan, menghubungi siapa, bercerita kepada siapa. Ini sangat perlu disampaikan kepada anak pada keseharian hidupnya,” ungkapnya.

Pengawasan orang tua tentu berbeda pada tiap usia. Bantuan teknologi juga dapat dimanfaatkan. Yang penting adalah komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua. “Orang tua perlu mengajarkan kemandirian pada anak, tetapi juga membekali dengan kemampuan-kemampuan tadi,” ujarnya.
(jon)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1739 seconds (0.1#10.140)