Pemkab Bogor Siapkan Pemukiman Baru bagi Warga Korban Longsor di Sukajaya
A
A
A
BOGOR - Bupati Bogor Ade Yasin mengatakan, instruksi dari presiden sudah jelas bahwa masyarakat yang terdampak bencana banjir dan longsor di Kampung Sinar Harapan, Desa Harkat Jaya, Sukajaya, harus dipindahkan, karena sudah tak mungkin lagi tinggal di kawasan rawan bencana.
"Soal itu (relokasi), beliau (presiden) menyarankan dan sudah dipersiapkan untuk relokasi bagi masyarakat yang rumahnya tidak tertolong," ujarnya, Minggu (12/1/2020).
Terkait dengan itu, Pemkab Bogor melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Litbang sedang mengidentifikasi lokasi yang aman untuk tempat relokasi warga. Nantinya tidak semua warga direlokasi. Bagi warga yang masih aman untuk menetap di rumah lama, maka tidak ikut di data. "Hanya rumah yang terkubur, rusak parah dan berada di tanah yang tidak stabil yang harus segera direlokasi," ujarnya.
Saat ini sedang dilakukan pendataan berapa rumah yang harus direlokasi dan diperbaiki. Nantinya akan ada penilaian tersendiri. Di samping itu, kebutuhan bantuan masyarakat yang terdampak bencana juga harus terpenuhi. Meskipun bantuan silih berganti datang ke lokasi.
"Kita harus paham merelokasi itu tidak mudah karena harus memindahkan orang. Tentunya ini yang harus kita sosialisasikan dulu ke masyarakat. Setelah itu kita carikan lokasi-lokasi yang memang ada dan yang tidak berbahaya," pungkasnya.
Di sisi lain, pascabencana longsor dan banjir yang terjadi pada 1 Januari 2020 lalu, para pengungsi di Kabupaten Bogor mulai terserang berbagai penyakit gatal dan diare. Lokasi pengungsian dan curah hujan yang terus mengguyur menjadi faktor utama menularnya penyakit tersebut. Berdasarkan data tim medis di posko pengungsian PT PLN, dalam sehari ada 47 pasien yang berobat di sana.
Tim Dokter PT PLN Dodi Nugraha menuturkan, akses air bersih yang tidak didapatkan warga hingga saat ini, khawatir membuat warga yang terkena penyakit diare makin bertambah.
"Yang jelas mereka banyak yang diare dan gatal-gatal karena tidak ada air bersih. Ini kalau terus seperti ini, khawatir makin banyak," ujarnya, Minggu (12/2/2020).
Saat ini, pihaknya hanya bisa memberikan bantuan obat-obatan bagi pasien yang sudah dalam kondisi yang baik. "Mereka berobat, ya pasti kita kasih obat. Semoga kondisi seperti ini tidak berlarut-larut agar warga bisa mendapatkan air bersih dan kembali ke aktifitas seperti biasa," tandasnya.
"Soal itu (relokasi), beliau (presiden) menyarankan dan sudah dipersiapkan untuk relokasi bagi masyarakat yang rumahnya tidak tertolong," ujarnya, Minggu (12/1/2020).
Terkait dengan itu, Pemkab Bogor melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Litbang sedang mengidentifikasi lokasi yang aman untuk tempat relokasi warga. Nantinya tidak semua warga direlokasi. Bagi warga yang masih aman untuk menetap di rumah lama, maka tidak ikut di data. "Hanya rumah yang terkubur, rusak parah dan berada di tanah yang tidak stabil yang harus segera direlokasi," ujarnya.
Saat ini sedang dilakukan pendataan berapa rumah yang harus direlokasi dan diperbaiki. Nantinya akan ada penilaian tersendiri. Di samping itu, kebutuhan bantuan masyarakat yang terdampak bencana juga harus terpenuhi. Meskipun bantuan silih berganti datang ke lokasi.
"Kita harus paham merelokasi itu tidak mudah karena harus memindahkan orang. Tentunya ini yang harus kita sosialisasikan dulu ke masyarakat. Setelah itu kita carikan lokasi-lokasi yang memang ada dan yang tidak berbahaya," pungkasnya.
Di sisi lain, pascabencana longsor dan banjir yang terjadi pada 1 Januari 2020 lalu, para pengungsi di Kabupaten Bogor mulai terserang berbagai penyakit gatal dan diare. Lokasi pengungsian dan curah hujan yang terus mengguyur menjadi faktor utama menularnya penyakit tersebut. Berdasarkan data tim medis di posko pengungsian PT PLN, dalam sehari ada 47 pasien yang berobat di sana.
Tim Dokter PT PLN Dodi Nugraha menuturkan, akses air bersih yang tidak didapatkan warga hingga saat ini, khawatir membuat warga yang terkena penyakit diare makin bertambah.
"Yang jelas mereka banyak yang diare dan gatal-gatal karena tidak ada air bersih. Ini kalau terus seperti ini, khawatir makin banyak," ujarnya, Minggu (12/2/2020).
Saat ini, pihaknya hanya bisa memberikan bantuan obat-obatan bagi pasien yang sudah dalam kondisi yang baik. "Mereka berobat, ya pasti kita kasih obat. Semoga kondisi seperti ini tidak berlarut-larut agar warga bisa mendapatkan air bersih dan kembali ke aktifitas seperti biasa," tandasnya.
(thm)