Begal Payudara, Ketidaknyamanan Bagi Perempuan

Senin, 31 Agustus 2020 - 07:03 WIB
loading...
Begal Payudara, Ketidaknyamanan Bagi Perempuan
Foto/dok
A A A
Vinita Susanti
Pengajar di Departemen Kriminologi FISIP UI

Seorang perempuan yang berprofesi sebagai artis mengaku mengalami pelecehan seksual ketika lari pagi di daerah Bintaro, Tangerang Selatan. Bahkan, peristiwa tersebut viral di media sosial. Menurut keterangan artis tersebut, kasusnya terjadi secara tiba-tiba. Saat itu situasi di lokasi kejadian sangat sepi, hanya ada seorang ibu penjual jamu. Pelaku yang menggunakan sepeda motor tiba-tiba mendekati dan meraba payudara korban lalu bergegas kabur.

Kasus serupa juga terjadi di Surabaya pada seorang ibu. Kejadiannya pagi hari. Pelaku yang mengendarai sepeda motor ngebut ke arah korban kemudian melancarkan aksinya. Setelah itu, pelaku kabur. Dua kejadian itu menggambarkan kekerasan yang dialami perempuan dalam bentuk begal payudara. (Baca: Keranjingan Film Porno, Mahasiswa Palembang Jadi Begal Payudara)

Kejahatan ini memberikan situasi tidak nyaman bagi perempuan. Kita akan membahasnya dalam analisis kriminologi feminis, kenapa begal payudara terjadi dan tidak berkurang di masa Covid-19 ini. Bagaimana cara pelaku melakukan aksinya? Apa sebenarnya yang dimaksud dengan begal payudara dan bagaimana pencegahan dan penanggulangannya?

Selama Januari sampai dengan Juli 2020, termasuk di masa Covid-19, sudah terjadi begal payudara di 18 wilayah di Indonesia, seperti Bekasi, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Surabaya, Sumatera Barat, Rangkasbitung, Serang, Pontianak, Wonosobo, Palembang, Jombang, Sulawesi Selatan, Sragen, Probolinggo, Depok, dan Soppeng. Secara statistik, kasus ini tidak banyak jumlahnya jika dibandingkan dengan kasus lainnya. Akan tetapi, dari seriusitas kejahatan, kasus ini sangat serius karena korban dibuat tidak berdaya.

Hasil kategorisasi terhadap 18 kejadian tersebut menunjukkan semua pelakunya adalah laki-laki dan korbannya perempuan. Dari waktu terjadi yang paling sering adalah saat pagi dan malam hari serta hampir semuanya menunjukkan terjadi di tempat sepi. Beragam cerita yang digambarkan korban tentang kejadiannya. Namun, pelaku menggunakan sepeda motor, kemudian mendekati korban dan melakukan aksinya dalam waktu singkat, selanjutnya melarikan diri, semua hampir sama.

Kajian dari Bratingham (1984), mengenai pola kejahatan, masih relevan digunakan sampai saat ini, terutama dalam menganalisis kasus begal payudara . Bratingham mengidentifikasi wilayah yang ‘aman’ bagi pelaku untuk beraksi sesuai dengan karakteristik pelaku dan korban.

Penjelasan mengenai pelaku dan korban di atas jelas menunjukkan pola pelaku kejahatan begal payudara. Pelaku telah memperhitungkan sebelum tertangkap sehingga melakukannya di saat sepi dan memanfaatkan korban yang tidak akan memperkirakan. Korban biasanya akan terkejut dan tidak bisa berbuat apa-apa. (Baca juga: Dokter Yunani Ungkap Rahasia Vaksin Covid-19 Buatan Rusia)

Pelaku menyerang korban dengan cara memegang atau memeras payudara korban secara cepat. Dari 18 kasus di atas, hanya satu pelaku yang berhasil ditangkap. Usianya masih 14 tahun. Korbannya seorang perempuan dewasa berusia 24 tahun. Pada saat kejadian korban sedang terjebak macet. Pelaku tertangkap dan mengaku sudah berapa kali melakukan aksinya. Kasus lainnya, pelaku menghilang dengan cepat setelah kejadian.

Kekerasan Terhadap Perempuan

Begal payudara merupakan bentuk kekerasan seksual yang terjadi di ruang publik. Menurut Komnas Perempuan, pelecehan seksual adalah tindakan seksual lewat sentuhan fisik maupun nonfisik dengan sasaran seksualitas ataupun organ seksual korban. Begal payudara adalah sebuah tindakan kejahatan yang dilakukan dengan cara menyentuh maupun meremas payudara korban.

Untuk usia pelaku maupun korban tidak ada ciri khusus karena dari data yang diperoleh usianya beragam mulai dari remaja sampai dengan dewasa. Pada umumnya dilakukan di tempat sepi saat korban sedang sendiri. Hal ini sesuai dengan tipologi ke-4 dan ke-5 yang dibuat oleh Dzeich & Winer (1990), menyebutkan bahwa pelecehan seksual dilakukan oleh pelaku secara tersembunyi, tidak ingin terlihat oleh siapa pun.

Aksi memegang tubuh korban bisa dilakukan di tempat umum ataupun di tempat sepi. Relasi korban dan pelaku merupakan ciri khas lainnya dari kasus begal payudara , yakni tidak diketahuinya hubungan antara pelaku dan korban. Pelaku dalam beberapa kasus melakukan aksinya dengan tujuan iseng-iseng atau ingin menyalurkan hasrat seksualnya. (Baca juga: Pertanyakan BLT, Warga Aceh Utara Luka Parah Dibacok Kepala Desa)

Sebaliknya, korban menderita tidak hanya secara fisik, tetapi juga psikis. Pelecehan seksual dalam bentuk begal payudara ini mengancam perempuan. Berdasarkan kajian kriminologi feminis, begal payudara ini menunjukkan dominasi laki-laki terhadap perempuan yang melihat perempuan sebagai objek seksual. Terjadi penindasan terhadap perempuan. Dalam aksi pelaku bukan saja memosisikan perempuan sebagai objek seksual, tetapi juga sebagai objek pengaturan atau objek ekspresi kuasa oleh laki-laki terhadap perempuan.

Alison Jaggar dan Paula Rothernberg (Tong, 2009), menyebutkan lima aspek penindasan pada perempuan, yakni 1) secara historis, perempuan adalah kelompok tertindas pertama; 2) penindasan perempuan adalah yang paling tersebar luas; 3) penindasan perempuan adalah bentuk penindasan tersulit untuk diberantas dan tidak bisa dihilangkan oleh perubahan sosial; 4) penindasan perempuan menyebabkan penderitaan terbesar bagi para korbannya; 5) penindasan perempuan memberikan model konseptual untuk memahami semua bentuk penindasan lainnya. Terkait dengan begal payudara, dapat dikategorikan sebagai penindasan yang disebutkan oleh Jaggar.

Salah satu yang menjadi alternatif solusi adalah membuat perubahan pola pikir dan cara pandang masyarakat (khususnya masyarakat patriarki) terhadap perempuan, yang tidak lagi memandang perempuan sebagai objek seksual, melainkan sebagai manusia yang memiliki hak dan otoritas tubuhnya dan hak untuk dilindungi dari segala bentuk pelecehan seksual, termasuk dalam hal ini begal payudara. (Lihat videonya: Polsek Ciracas Dibakar Gerombolan Orang Tidak Dikenal)

Sementara itu, alternatif sederhana dalam pencegahan dan menanggulangi begal payudara adalah bagi perempuan tidak berjalan sendirian di tempat sepi ataupun melewati tempat gelap yang berpotensi menjadi korban kejahatan begal. Kemudian bersikap waspada dan berani berteriak saat kejadian. Jangan diam, bila jadi korban atau melihat korban begal, segera laporkan kepada pihak yang berwajib.
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1344 seconds (0.1#10.140)