Potensi Hujan Lebat di Jabodetabek hingga 10 Januari, Tetap Waspada

Kamis, 02 Januari 2020 - 16:12 WIB
Potensi Hujan Lebat di Jabodetabek hingga 10 Januari, Tetap Waspada
Potensi Hujan Lebat di Jabodetabek hingga 10 Januari, Tetap Waspada
A A A
JAKARTA - Hujan dengan intensitas tinggi di wilayah Jabodetabek masih akan terjadi hingga sepekan ke depan. Oleh karena itu, masyarakat diimbau tetap waspada terhadap potensi banjir dan longsor serta angin kencang.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, mengatakan, prakiraan cuaca yang terjadi di Jabodetabek rata-rata diawali pada pagi hari berawan, lalu siang hingga malam hujan. Meskipun sudah diprediksi, cuaca dapat sewaktu-waktu berubah karena anomali cuaca.

Menurut Dwikorita, cuaca ekstrem yang melanda Jabodetabek, termasuk sebagian Pulau Jawa dan Barat Sumatera, merupakan efek dari masuknya aliran udara basah dari Samudera Hindia, tepatnya di bagian Barat Pulau Sumatera.

"Dari data terakhir dari analisis kami, masuk aliran udara basah, dari arah Samudra Hindia di sebelah Barat Pulau Sumatera, di sepanjang ekuator. Jadi jalur masuknya itu di sepanjang ekuator, sehingga dampaknya meningkatkan intensitas curah hujan di musim hujan ini dapat menjadi ekstrim lagi," ujarnya seusai menggelar rapat koordinasi penanganan banjir Jabodetabek di Graha BNPB, Jakarta (2/1/2020).

Fenomena ini akan menyebabkan potensi cuaca ekstrem di wilayah bagian barat Sumatera hingga Pulau Jawa, termasuk Jabodetabek hingga 10 Januari 2020 mendatang. "Jadi potensi hujam ekstrem akan terjadi lagi, diperkirakan antara 5-10 Januari di wilayah Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Jambi sampai Lampung, termasuk Jawa, tentunya Jabodetabek juga termasuk di dalamnya," jelas Dwikorita.

Aliran basah dari Samudera Hindia itu juga akan terjadi secara bergantian di wilayah Kalimantan dan Sulawesi pada tanggal 10-15 Januari 2019. "Aliran ini kan berjalan, antara 5-10 di wilayah Indonesia Barat bagian Selatan, dekat equator. Kemudian tanggal 10-15 Januari dia bergerak ke Kalimantan Selatan, lalu ke Sulawesi bagian Selatan dan Tenggara. Jadi fenomena ini dapat meningkatkan kembali intensitas curah hujan," jelas Dwikorita.

Fenomena siklus basah ini akan terjadi berulang di musim hujan hingga bulan Februari mendatang. "Biasanya 3-5 hari, dan diprediksi lagi terjadi di pertengahan Februari. Sehingga periode tersebut tentunya perlu diantisipasi secara lebih dini disiapkan mitigasinya," pungkasnya.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7701 seconds (0.1#10.140)